P-R-A-Y-E-R

OM SRI SAIRAM

Dalam sebuah dialog  antara Swami dengan student “... Swami, aku ingin selalu terhubung denganMu dan merasakan kasihMu. Namun sering sekali saat berdoa ... terasa hampa, tidak merasakan kehadiranMu. Apa ada yang salah dalam berdoa ?

Swami menjawab, “ ... banyak yang tidak memahami, makna dan bagaimana harusnya berdoa..., lalu lanjut bertanya, jika engkau ingin ke bombay, lalu kamu tahu perjalanan itu begitu jauh dan susah, apakah  kamu akan berpaling dan tidak melanjutkan perjalanan ? Bila tujuan sudah ditetapkan jangan berhenti apalagi balik arah, kamu harus punya keyakinan akan bisa melewati nya... inilah yang dilakukan oleh pejalan pejalan spiritual sejati...”

Akhirnya Swami juga  memberikan rahasia makna dan kekuatan doa, dengan hanya memberi pengertian dari huruf yang tersusun atas kata doa  itu sendiri,“PRAYER”. Beliau menyuruh memahaminya  dari huruf paling belakang.

R=REMINDER (media pengingat)

E=EQUINEMITY (Ketenangan bhatin)

Y=YEARNING (Kerinduan)

A=ACTION (Tindakan)

R=RESULT (Hasil)

P=POWER (Kekuatan)

1. REMINDER = doa sebagai media pengingat

        Diceritakan, setelah acara akhanda bhajan, semua bhakta bergembira karena Swami berkenan memberi wacana.

“...Swami sangat senang karena kalian telah melakukan AKHANDA BHAJAN selama satu hari satu malam”. Beliau diam sejenak lalu melanjutkan wacanannya, “...tahukah kalian, bahwa kalian tidak melakukan akhanda bhajan, tapi hanya melakukan KHANDA BHAJAN.... A-KHANDA BHAJAN mestinya dilakukan selama hidupmu, dari kamu ada didalam rahim hingga kamu meninggal dunia. Akhanda Bhajan ditujukan agar  selalu ingat dan terhubung denganKu. Dan untuk itu, Aku telah memberi media pengingat dari kamu dilahirkan, yaitu NAFAS, yang sehari berhembus 3600 kali. Isilah setiap tarikan nafasmu dengan SO (Brahman) - HUM (Aku), maka engkau akan selalu dalam rahmat dan perlindunganKu.”

Swami mengharapkan kita selalu dalam kesadaran terjaga, mengisi hidup dari bangun tidur hingga tidur kembali dengan selalu mengingat nama Beliau. Karena beliau termanifestasi kedalam semua aspek, maka kitapun bisa menggunakan semua aspek tersebut untuk mengingat Swami.

Saat  bangun tidur, kelopak mata terbuka... sudahkah kita isi dengan doa dan rasa syukur ?. Swami memberi kesempatan kembali untuk menjalankan dharma, untuk hidup lebih murni dan bermakna

Setelah itu...kita membersihkan diri lalu menuju ke altar. Dalam keheningan pagi, kita melakukan meditasi dan suprabhatam.  Mengembangkan kesadaran diri, membangunkan niat-niat mulia, memohon pada Swami agar menjadi menuntun kehidupan kita.  Momen yang paling baik untuk menghubungkan diri dengan Swami.

 

Setelah itu, ada yang tergerak untuk melakukan puja surya,olah raga, melakukan kewajiban pagi, bersih-bersih, melayani keluarga ataupun bersiap ketempat kerja. Di poin ini, Swami menyadarkan kita bahwa semua aktivitas harus digunakan sebagai media pengingat dengan Tuhan.

Ada sebuah cerita yang disampaikan Pimpinan kita Dr. Reddy saat berkunjung ke Indonesia. Dipagi hari, istri beliau menyajikan prasadham untuk Baba, lalu bertanya pada Bhagawan dengan nada sedikit protes tentang suaminya (Dr. Reddy), ... Oh Swami, maafkan hamba tidak bisa disiplin melakukan puja dan ritual pagi seperti suamiku, karena hamba harus lebih banyak menggunakan waktu pagi di dapur. menyediakan hidangan buat keluarga. Lalu Swami menjawab “... yang lebih sering terhubung denganKu adalah kamu..., karena kamu dengan penuh kasih menjalankan dharmamu”.

Beliau juga memberi saran para ibu, bila memotong sayur, bayangkan engkau sedang memohon padaku untuk memotong egomu, saat menyapu rumah, bayangkan engkau sedang memohon padaKu untuk membersihkan karma burukmu. Hasilnya, tidak hanya halamanmu bersih, badanmu sehat, dicintai keluarga, dan yang terpenting... doanyapun  akan terkabulkan. Jadikan semua aktivitasmu harus menjadi pengingat akan keberadaan dan kemahakuasaan Tuhan, dan kita hanya instrument .

Setelah itu, kita mandi. Swami mengingatkan, sebelum mandi chantingkan GAYATRI MANTRA. Karena saat mandi engkau sebenarnya sedang melakukan ABHISEKAM (menyadari, menyucikan dan menstanakan Tuhan di dalam diri), kalau tidak, hanya mandi biasa...karena yang dibersihkan hanya tubuh.

 

Saat Makan, Kita harusnya menchantingkan doa BRAHMARPHANAM, mengingatkan kita akan anugrah pemberian Hyang Maha Kuasa,

Saat pergi ketempat suci, kita dihadapkan pada Archa seperti Ganesha ataupun sarana pemujaan lainnya. Saat kita melakukan puja, mata kita terpejam..., kenapa ? karena memberi ruang  untuk menyadari dan menghubungkan dengan Tuhan yang ada dalam diri. Semua yang kita puja, oleh Swami  hanya dinyatakan sebagai sarana untuk mengingat keberadaan sang pencipta di dalam diri dan ada di mana-mana. Saat kita memuja Ganesha kita sedang diajak mengingat  sifat - sifat tuhan dari personifikasi Dewa Ganesha,lalu diinternalisasi ke dalam diri.

Hingga akhirnya kita menutup hari dengan tidur malam, dengan doa dan ucapan terima kasih kepada Tuhan .

Intinya, DOA ADALAH SARANA UNTUK MENGINGAT DAN MANYADARI TUHAN SEBAGAI PENGGERAK KEHIDUPAN... KITA HANYA INSTRUMENT BELIAU...

     DAN KEHIDUPAN ADALAH SARANA UNTUK  BERDOA....

 

2. E=EQUINEMITY (Ketenangan bhatin)

 

Doa harus jiwai dengan kemurnian dan  ketenangan bhatin. Doa tidak akan terhubung bila dilantunkan dalam suasana bhatin yang keruh, tertutup oleh ilusi dan kepentingan diri sendiri.

Ibarat sinar bulan yang terpancar ditengah kolam, hanya bisa tampak dengan jelas bila bebas dari kotoran yang tiada lain adalah ego (ahangkara), dan airnya tidak beriak akibat ilusi yang mempengaruhi pikiran (manas). Hanya dengan suasana bhatin yang tenang  doa akan dihantarkan oleh budi dan kesadaran menuju penguasa bhatin, Swami.

Bhatin adalah penggerak paling dalam dari diri manusia yang disebut dengan antahkaranasudhi, terdiri dari 4 aspek: Citta (kesadaran), Budhi (kemampuan menimbang dan membedakan, akhlak manusia), Manas (pikiran yang dikuasai oleh indriya/ilusi), dan Ahangkara (ego).

                       Murnikan bhatin dari ego dan ilusi, maka budhi dan kesadaran akan berkembang.

                       Murnikan bhatin dari ego dan ilusi, maka budhi dan kesadaran akan berkembang.

 

3. Y=YEARNING (Kerinduan)

        

Doa seyogyanya dilandasi dengan KERINDUAN yang mendalam.

Dikisahkan dengan cerita yang disampaikan sister Githa Mohan yang saat itu masih kecil diajak oleh Swami, mengunjungi hall tempat pelaksanaan pelaksaaan akhanda bhajan pertama. Masyarakat dari berbagai penjuru tahu kalau setiap akahandha Bhajan, Swami akan datang. Masyarakat juga tahu kalau Swami maha pemurah dan bisa memberi banyak muksizat termasuk penyembuhan sebagai bentuk leela.

Dua orang yang terkena penyakit lepra dari desa amat jauh datang ketempat tersebut. Singkat cerita, apa yang tergambar dari cerita orang benar adanya . Dia duduk didepan dan berhadapan langsung dengan Swami. Bhajan berjalan....   Namun kemudian Swami mengajak sister gita meninggalkan hall bhakan, menuju tempat peristirahatan. 

Tentu tidak bisa dipungkiri, ada rasa kecewa di hati dua orang lepra tersebut. Karena harapannya untuk disembuhkan sirna. Namun dia tetap bergabung dalam acara akhanda bhajan.

Beberapa lama kemudian... sementara Swami disambut dengan penuh bhakti oleh pemilik rumah, tiba-tiba Gita melihat Swami terhenyak..., lalu mengajak sister Gita kembali ke Hall. Semua kaget dengan sikap Swami... namun tidak ada yang berani bertanya... apalagi menghalangi. Swami meluncur ke tempat bhajan. Tampak Bhajan berlangsung sangat khusuk...hingga banyak yang tidak menyadari termasuk dua orang lepra kalau Swami sudah berada tepat di hadapannya. Hingga akhirnya Swami memberikan blessing pada kedua orang tersebut... apa yang terjadi ? Cahaya kasih... memancar ... melenyapkan penyakit lepra orang tersebut... , kulitnya jadi bersih, mereka sangat berbahagia... dan semua terharu melihat kejadian tersebut...

Swami menyatakan, “KERINDUANmu yang  mendalam, membuat Aku hadir dan memberkati kalian”. Pertanyaan kemudian, kenapa Swami tidak menyembuhkannya tadi ? kenapa harus ketempat peristirahatan dulu ?. Swami menjawab “... tadi doa yang dilantunkan melalui bhajan tidak terhubung denganKu, karena ditutupi oleh keinginan dan harapan. Saat harapannya mulai sirna, kemurniannya menghadirkan kerinduan..., dan bhajan yang khusus sebagai ekpresi kerinduan menarik Aku untuk datang dan memberkati”.

 

4. A=ACTION (Tindakan dan )

5.  R=RESULT (Hasil)

Intinya, doa akan bertuah bila diimbangi dengan tindakan/ usaha (A=Action)  sebagai bentuk pelayanan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan hasil (R=Result).

Doa terwujud dalam dharma yang harus dijalankan, namun tanpa mengharapkan hasil. Sebagaimana sabda Krishna pada Arjuna dalam Bhagawad Gita, “Wahai Arjuna, kau adalah pemanah terbaik, kau berhak atas kepandaianmu, kau berhak atas anak panahmu, tapi kau tidak berhak atas kijang yang kau bidik dengan anak panahmu. Sadarilah batas-batas hak dan kewajibanmu

 

6. P=Power (Kekuatan) 

Bila doa sudah menjadi media pengingat yang selalu dalam kesadaran Tuhan, dilandasi kemurnian dan ketenangan bhatin, bebas dari ego dan ilusi, diungkapkan dengan kerinduan yang mendalam serta di wujudkan dengan tindakan tampa pamrih, maka doa yang dilantunkan akan terhubung dengan dimensi Ketuhanan. Disanalah KEKUATAN DOA akan hadir sebagai jawaban dari Sang Pencipta kepada Ciptaannya...

Seperti kekuatan doa yang dilantunkan oleh Prahlada yang mampu dalam sekejap menghadirkan Dewa Wisnu dalam bentuk Narasinma Avatar, doa Jatayu yang dilandasai pengorbanan dapat menghembuskan nafas terakhir di pangkuan Rama, doa Drupadi yang menghadirkan Krishna saat hendak di permalukan di ruang persidangan Hastinapura, begitu juga doa Arjuna yang membuat Krishna menghempas segala keraguannya hingga berperang dan terlahir Kitab Suci Bhagawad Gita, dan tentu doa para bhakta Sai  hingga mendapatkan berguru dan kesempatan  sujud dikaki padma Bhagawan Sri Sathya Sai Baba.

 

Demikian artikel singkat bagaimana Swami sebagai Sadguru, membantu umat manusia dapat memahami makna lebih menyeluruh dari Doa hanya dengan mengerti arti dari kata doa itu sendiri (PRAYER). Semoga dapat memberi pandangan baru untuk kemajuan spiritualitas kita.

 

Om Shanti Shanti Shanti

Salam Kasih

I Gede Putu Suwitra