1. Sifat-sifat Mulia Merupakan Jalan bagi Peminat Kehidupan Rohani
(Saat ini kita hidup dalam zaman yang dikenal sebagai Zaman Kali. Zaman ini ditandai oleh kerusuhan, kejahatan, serta kemerosotan moral). Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya, Kali Yuga ini menyodorkan lebih banyak jalan spiritual untuk mencapai viveka. Jika yang diperlukan adalah pendidikan, pada masa ini tersedia berbagai macam sekolah dan perguruan tinggi untuk mempelajari apa pun juga yang dibutuhkan. Jika kekayaan yang diinginkan, sekarang terdapat bermacam- macam jalan untuk memperolehnya secara terhormat. Meskipun demikian, kebahagiaan dan kedamaian tidak bertambah. Sebaliknya, bila dibandingkan dengan zaman- zaman sebelumnya, kini bahkan terdapat lebih banyak penderitaan lahir batin!
Apakah penyebab semua ini? Sebabnya terletak pada tingkah laku manusia, cara hidup manusia masa kini. Kehidupan sebagai manusia adalah tahap tertinggi dalam evolusi. Meskipun begitu, tanpa usaha spiritual yang murni dan suci, hidup ini tidak ada artinya. Karakter sangat penting dalam usaha rohani semacam ini. Karakter membuat hidup kita abadi; karakter hidup terus mengatasi kematian. Ada yang mengatakan, pengetahuan adalah kekuatan, tetapi ini tidak benar. Karakter adalah kekuatan. Bahkan karakter yang baik merupakan prasyarat untuk memperoleh pengetahuan. Karena itu, setiap orang harus menginginkan dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai karakter yang tidak bercela, bebas dari segala noda kejahatan.
Buddha, Yesus Kristus, Śankarācārya, dan Vivekānanda, semuanya selalu dikenang dan dikagumi. Orang-orang suci dan bhakta Tuhan yang agung ini dihormati hingga sekarang. Kualitas apakah yang membuat mereka dikenang sepanjang masa? Kukatakan, itu adalah karena karakter mereka.
Tanpa karakter yang baik, kekayaan, pendidikan, dan status sosial, semuanya tidak berguna. Karakter adalah keharuman bunga yang memberi nilai dan berharga. Seorang penyair atau pelukis, seniman atau ilmuwan, mungkin terkemuka dalam bidangnya masing-masing. Meskipun demikian, tanpa karakter yang baik ia tidak akan dihargai sebagai tokoh yang besar.
Mungkin engkau bertanya, apakah semua orang yang kini dianggap besar dan dihormati masyarakat benar- benar mempunyai watak yang luhur? Tetapi sekarang Aku berbicara tentang suatu masyarakat dan jenis karakter yang mengikuti nilai-nilai yang tidak berubah dan ini berlaku sepanjang waktu di segala tempat. Biasanya sifat-sifat yang dikagumi dunia berubah dari hari ke hari. Ragam watak berubah-ubah seiring dengan tingkah masyarakat. Tetapi watak yang tidak tercela mempunyai sifat utama yang abadi, tidak terpengaruh oleh perubahan masyarakat. Dalam pengertian itu, karakter yang baik bersifat langgeng karena berhubungan dengan sesuatu yang abadi, yaitu ātmā atau diri sejati.
Sifat utama dalam karakter yang ideal adalah: kasih, kesabaran, kemampuan untuk menahan diri, ketabahan, kesetiaan, dan kedermawanan. Inilah sifat-sifat paling luhur yang harus kita junjung tinggi.
Ratusan hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari akhirnya menetap menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini memberi bentuk pada kecerdasan dan mempengaruhi pandangan serta cara hidup kita. Semua hal yang kita jalin dalam rekaan angan-angan, semua yang kita cari dalam idaman, dan kita rindukan dalam cita-cita, meninggalkan jejak yang tidak terhapus dalam pikiran serta perasaan. Hal ini menyimpangkan dan memutar-balikkan pengertian serta gambaran yang kita bentuk mengenai dunia di sekeliling kita, dan kita lalu terikat pada pengertian serta gambaran ini.
Keadaan seseorang sekarang diakibatkan oleh masa lalunya dan oleh kebiasaan-kebiasaan yang selama itu terbentuk. Apa pun juga sifat karakter seseorang, hal itu pasti dapat diubah dengan mengubah proses berpikir dan berangan-angan yang selama ini merupakan kebiasaannya.
Tidak ada orang jahat yang tidak dapat diperbaiki. Angulimala, bandit pembunuh, berubah menjadi orang yang baik budi karena pengaruh Buddha. Ratnākara, seorang pencuri, menjadi Resi Vālmīki yang bijak waskita. Kebiasaan dapat diubah dan karakter dapat diperhalus dengan usaha yang sungguh-sungguh. Di dalam diri manusia, dalam pencapaiannya, selalu ada kemampuan untuk menentang kecenderungan-kecenderungan yang buruk dan mengubah kebiasaan yang tidak baik. Dengan melakukan pengabdian tanpa pamrih, dengan penyangkalan diri, dengan bhakti, doa, dan renungan, kita dapat membuang kebiasaan-kebiasaan lama yang mengikat manusia pada dunia. Kita dapat membentuk kebiasaan baru yang membawa kita di sepanjang jalan menuju Tuhan.
Tujuan semua kepustakaan spiritual: puisi, epik, buku, dan majalah adalah untuk membahas sifat ka-rakter, mengungkapkan ciri-ciri serta keistimewaannya dan memberi penjelasan tentang proses perbaikannya. Inilah tujuan Sanātana Sarathi. Majalah ini tidak dimaksudkan untuk memamerkan kecendekiawanan, atau mencari nama dan kemasyhuran.
Meskipun demikian, camkanlah, bahwa sekadar membaca buku atau majalah spiritual saja tidak akan memberimu viveka. Kebenaran yang kaulihat, kaudengar, atau kaubaca harus diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Tanpa praktik, membaca buku hanya membuang-buang waktu. Bila kita membaca sesuatu hanya untuk melewatkan waktu, maka hal yang kita baca akan lewat bersama waktu dan kita tidak akan mendapat manfaat apa pun.