2. Pengkajian Buku-Buku dan Pemusatan Pikiran


   Ada banyak buku dan harganya pun tidak mahal. Veda, kitab-kitab suci (Śāstra), serta kisah-kisah mitologi (Purāṇa) dapat diperoleh dan dibaca oleh setiap orang. Kita juga tidak kekurangan guru. Yayasan pendidikan bertebaran di mana- mana dan tampaknya menyebarkan pengetahuan. Fasilitas untuk melatih pikiran pun banyak dan mudah didapat. Meskipun demikian, kita tidak mendengar adanya kepuasan bahwa ada orang yang telah mengecap madu kebijaksanaan.

   Bila Kulihat timbunan buku yang berserakan di mana-mana, Kurasa bahwa kebijaksanaan di dalamnya tidak berhasil menembusi ikatan kertasnya yang tebal dan mengungkapkan diri keluar. Sebagaimana halnya Tuhan tersembunyi oleh pegunungan hawa nafsu, kemarahan, iri hati, dan egoisme, demikian pula surya kebijaksanaan tidak dapat memancarkan terangnya, tersembunyi oleh timbunan kitab ini. Walau buku-buku tersebut telah disebarkan ke segala penjuru dunia, kita tidak dapat mengatakan bahwa kebudayaan manusia telah meningkat atau kebijaksanaan bertambah. Manusia masih belum jauh dari kera. Judul dan kulit buku yang menarik, gambar yang indah, inilah yang dicari pembaca, yaitu kesenangan yang sementara sifatnya dan kepuasan yang cepat berlalu. Hanya mereka yang dengan kemampuan pertimbangannya memilih buku- buku yang mereka baca dan menerapkan hal yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari akan dapat menyadari kebenaran dan menikmati kebahagiaan abadi. Hanya orang- orang semacam itulah menempuh hidup yang berguna.

   Karena itu, mereka yang mencari jalan yang paling luhur dan suka merenungkan perihal Tuhan, harus berusaha agar hanya membaca buku mengenai kehidupan orang suci dan kaum bijak serta buku yang membantu perenungan kepada Tuhan. Membaca segala macam buku yang kebetulan diperoleh tanpa tujuan hanya akan membuat engkau bingung. Hal itu tidak ada gunanya dan tidak menghasilkan kedamaian batin.

   Terutama usahakanlah pemusatan pikiran, ke-tekunan, dan keuletan dalam apa pun juga yang kaulakukan. Ingatlah bahwa kemampuan untuk melihat segala sesuatu secara seimbang adalah pandangan yang baik.

   Singa adalah raja rimba, tetapi pada waktu berjalan di hutan, setiap beberapa langkah ia berpaling ke belakang takut kalau-kalau ada yang memburunya. Rasa takut membuat pandangan kita tidak tetap. Kebengisan serta kekejian di dalam hati akan menyimpangkan dan mengacaukan pandangan.

   Manusia harus mempunyai pandangan yang sama dan tidak berat sebelah terhadap segala sesuatu. Segala ciptaan harus tampak sama berharga dan sama baiknya dalam pandangannya. Ia harus mengasihi dan mempercayai semua makhluk sebagaimana ia mengasihi dan mempercayai dirinya sendiri, karena tidak ada apapun juga yang jahat dalam ciptaan Tuhan, tidak, sedikit pun tidak. Orang menganggap suatu hal sebagai kejahatan hanya karena pandangan yang keliru. Dunia diwarnai oleh warna kacamata yang kita kenakan. Pada dasarnya dunia itu sendiri murni dan suci selama lamanya.