“Seringkali orang mencari kesehatan, bukan untuk kepentingannya sendiri, tetapi untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit. Karena penyakit berarti mengalami penderitaan, setiap orang mendambakan kesehatan, dan kesehatan berarti kebahagiaan. Sesungguhnya unsur alami setiap orang adalah kebahagiaan. Ketika engkau tenang, secara alami engkau akan bahagia dan engkau mengalami kedamaian dan kepuasan (Anandam, Prema, dan Shanthi). Dapat diibaratkan seperti ikan yang lepas di tepi danau akan menggeliat dan berjuang untuk masuk ke air lagi, demikian juga setiap makhluk berjuang untuk memenangkan ketenangan, kedamaian, kepuasan, dan kebahagiaan, setiap hari dalam hidup mereka. Setiap orang bisa mendapatkan kebahagiaan, hanya melalui usahanya sendiri. Kebahagiaan adalah harta batin, cara terbaik untuk memenangkannya adalah dengan mempraktikkan tanpa kemelekatan dan disiplin. Jika engkau merencanakan untuk membangun hidup yang penuh dengan kebahagiaan, terlebih dahulu engkau harus merencanakan Kedamaian dan Kepuasan sebagai blok bangunan yang penting.”

 

Semoga kita semua diberkati kesehatan dan kebagiaan dan berkat Ibu Sai, mari menyanyikan kemuliaanNya: Amba Parameshwari

 

Bahkan tindakan terkecil dari Sri Krishna dipenuhi dengan kemanisan tertinggi. Sri Krishna merupakan kerabat dan sahabat tercinta semua orang. Leelas (Permainan Tuhan) dari Sri Krishna manis dan penuh makna. Semua aktivitas dari Sri Krishna adalah untuk kesejahteraan dunia. Kedatangan Beliau adalah untuk mengangkat dunia dari kejahatan dan kelaliman, juga untuk memenuhi kebutuhan mereka yang berbhakti kepada-Nya, serta untuk menegakkan kebenaran dan kebangkitan Veda. Meskipun orang-orang terperangkap dalam lingkaran ketidaktahuan menganggap Leelas sebagai mementingkan diri sendiri dan bahkan dimotivasi oleh khayalan, bhakta sejati menghargai hal ini sebagai hal yang penting dan mengalami contoh-contoh nyata dari berkat-Nya. Pancaran rahmat Tuhan pada setiap orang sedemikian rupa sesuai dengan waktu, orang, serta aspirasi mereka. -Sathya Sai Baba-

 

Mari menyanyikan kemuliaan Krishna : Hey Govinda Hey Gopala

 

Ungkapkanlah rasa terima kasihmu kepada Tuhan dengan mengucapkan Nama-Nya. Chantingkanlah Nama Tuhan dari kedalaman hatimu; bukan sebagai pertunjukan musik belaka. Raja iblis, Rahwana, terus-menerus mengulangi mantra Shiva, Namah Shivaaya tanpa meninggalkan apapun sifat-sifat buruk yang ada pada dirinya. Prahlada kecil, mengulangi mantra, Om Namo Narayana dengan segenap hati dan jiwanya. Hal ini berguna untuk menyelamatkannya dari semua cobaan yang mengerikan dari ayahnya yang jahat, Hiranyakasipu. Ayahnya melemparkannya dari jurang, ia diinjak oleh beberapa gajah, digigit oleh reptil berbisa, dan di dorong ke laut, namun Prahlada muncul tanpa cedera dari semua cobaan ini. Setiap alat penyiksaan berubah menjadi berkah bagi Prahlada! Oleh karena itu ucapkanlah Nama Tuhan dari lubuk hatimu, dengan satu-satunya tujuan hanya untuk menyenangkan-Nya. Dalam proses ini, engkau harus menjadi satu dengan Tuhan. Janganlah bernyanyi, berdoa atau menyebut Nama Tuhan untuk mendapatkan pujian dari orang lain atau untuk pertunjukan semata.

(Divine Discourse, Sep 14, 1997)

 

Oleh karenanya mari menyanyikan nama Narayana yang senantiasa melindungi kita semua: Rama Krishna Hari Narayana

 

Dalam Bhajan ini disebutkan Ganesha dengan julikan Ekadanta yang berarti Ganesha bergading satu. Kenapa satu?

Setidaknya ada dua versi cerita yang mengabarkan ini

 

Versi 1. Menurut cerita dalam Upodghata Pada dalam Brahmanda Purana, Parshuram, avatar keenam Wisnu, pergi untuk berterima kasih kepada Dewa Siwa karena memberkatinya dengan kekuatan untuk melawan musuhnya, Kartavirya Arjuna dan beberapa raja lainnya.

 

Namun, Dewa Ganesha tidak mengizinkannya untuk bertemu dengan Dewa Siwa, mengklaim bahwa ayahnya sedang sibuk, dan Dia tidak ingin Parshuram mengganggunya. Hal ini membuat Parshuram marah dan Dia mulai berkelahi dengan Ganesha.

 

Ketika Ganesha sepertinya akan menang, Parshuram melemparkan kapaknya ke Ganesha. Ganesha, bagaimanapun, tidak melawan karena kapak itu adalah hadiah dari ayahnya, Dewa Siwa.

 

Dia membiarkan kapak itu mengenainya dan Dia menerimanya dengan gading kirinya yang terpotong dan jatuh ke tanah.

 

Versi 2: Kisah yang termasuk dalam Mahabharata adalah bahwa Ganesha mematahkan gadingnya sendiri untuk melanjutkan menulis Mahabharata seperti yang diperintahkan Vyasa kepadanya. Maharishi Veda Vyasa ingin menuliskan Mahabharata, tetapi dia tahu bahwa dia tidak akan mampu melakukan ini sendirian. Jadi dia mendekati Dewa Ganesha untuk membantunya menulisnya.

 

Ganesha setuju dengan satu syarat bahwa Dia hanya akan menulis jika Maharishi Veda Vyasa akan membacanya dengan cepat dan terus menerus tanpa berhenti di antaranya. Maharishi Veda Vyasa menyetujuinya tetapi memiliki syarat- bahwa Ganesha harus memahami segalanya sebelum menuliskannya sehingga Maharishi dapat beristirahat di sela-sela pembacaan.

 

Diyakini bahwa ketika  Ganesha sedang menulis, penanya mulai habis dan karena Dia telah menyatakan bahwa Dia tidak akan berhenti, Dia mengeluarkan gading kirinya dan menggunakannya untuk menyelesaikan penulisan epos Mahabharata yang agung. Itu sebabnya Dewa Ganesha juga disebut Ekadantaya.**

 

Mengawali bulan ini semoga kita selalu dalam berkat Sai Ganesha, Ekadanta memberkati kesusksesan dan perlindungan. Mari menyanyikanNya : Sundara Mukha Shri Gajanana

 

Perwujudan kasih! Kisah Rama bukanlah cerita yang lampau. Kisah ini adalah kekal dan selalu baru. Kisah ini penuh dengan kesucian. Ketika engkau memusatkan pikiran pada Rama secara terus menerus, engkau akan mendapatkan suka cita dan kebahagiaan yang sungguh besar! Ramayana mengajarkan prinsip-prinsip dari kebajikan (dharma) dan jalan kewajiban kepada setiap individu. (Divine Discourse, Apr 11, 2003)

Oleh karenya mari menyanyikan manisnya Nama Rama setiap saat yang akan memberi kita kebahagian. Mari menyanyikanNya : Raghuveera Ranadheera
 

 

Sepotong mysorepak (manisan India terbuat dari tepung) memiliki rasa manis, berat, dan bentuk; ketiga kualitas itu tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Setiap bagian kecil dari manisan tersebut memiliki rasa manis, berat, dan bentuk. Kita tidak menemukan ada bentuk dalam satu bagian, berat di bagian yang lain dan rasa manis pada bagian berikutnya. Ketika manisan itu ditaruh di atas lidah, rasa manisan dapat dirasakan, beratnya akan menyusut dan bentuk akan berubah – semuanya pada saat bersamaan. 

Begitu juga, jiwa setiap individu, Atma dan Tuhan yang tertinggi ( Parameshwara ) tidaklah terpisahkan; ketiganya adalah satu dan sama. Sama halnya setiap perbuatan individu, semua aktifitas dalam hidup harus penuh dengan semangat pelayanan yang tidak mementingkan diri sendiri (seva), kasih Tuhan (prema), dan kebijaksanaan spiritual (jnana).

Ini adalah sesungguhnya yoga yang tertinggi (Purushothama-yoga). Hal ini harus dijalankan dalam perbuatan, tidak hanya dikatakan dalam kata-kata saja. Disiplin spiritual harus terus dijalankan dengan hati yang terus berkembang penuh dengan bhakti dan kebijaksanaan spiritual. - Prema Vahini, Ch 9

Kemuliaan bagi Tuhan Tertinggi (Parameshwara) yang membimbing kita dalam jalan spiritual bersama Bhagawan mari menyanyikan kemuliaanNya : Shivaya Parameshwara