Mukjizat ini terjadi kira-kira tujuh tahun yang lalu ketika kami tinggal di Pegunungan Idylwild yang indah di California. Banyak lebah di Idylwild, terutama jenis tawon penyengat berbahaya yang disebut “si punggung kuning”. Hampir semua penduduk setempat takut sekali kepada serangga penyengat ini, tetapi saya tidak. Sesungguhnya setiap hari saya biasa meletakkan sepiring sisa buah-buahan agar mereka nikmati. Suami saya tidak menghargai kebiasaan saya ini. Sering ia mengeluh bahwa piring itu terlalu dekat dengan rumah, kemudian saya akan keluar dan memindahkan semuanya: piring berisi buah-buahan itu, dan lebah-lebah yang mengerumuninya ke tempat yang lebih jauh sambil berkata kepada suami saya dengan agak sombong, “Aku tidak takut kepada mereka. Aku sudah kontak dengan roh mereka, dan mereka tidak akan pernah menyengatku. Bagaimanapun juga Sai Baba selalu melindungi aku!” Yah! Bila orang mengucapkan pernyataan yang berani seperti itu, lebih baik berhati-hati karena telinga Baba ada di mana-mana, dan mungkin Beliau memutuskan untuk menguji pernyataan itu. Itulah yang Beliau lakukan.

Saya sudah tahu mengenai Baba selama dua tahun, tetapi belum pernah melihat wujud jasmani Beliau. Meskipun demikian, saya percaya sekali pada keavataran Beliau dan yakin bahwa Beliau ada di mana-mana!

Beberapa hari setelah itu, saya diundang menghadiri suatu pesta untuk anak-anak dan saya pergi seorang diri. Ketika perayaan selesai dan saya akan pulang, dari halaman belakang terdengar suara anak menjerit ketakutan. Setiap orang berlari ke jendela-jendela yang lebar untuk melihat apa yang terjadi. Kami menyaksikan dua anak kecil sedang berlari ke rumah, dikejar dan dikerubuti oleh kawanan lebah yang sangat marah, mereka adalah tawon penyengat “si punggung kuning”! Saya perkirakan paling sedikit ada 200 lebah.

Kedua anak itu menemukan sarang tawon, lalu membelahnya, dan kawanan lebah ini membalas dendam! Semua tamu di pesta itu, termasuk saya, seperti terpaku di tanah.

Hanya ibu kedua anak itu berlari ke luar, ke tempat bencana, untuk menyelamatkan anak-anaknya. Tidak ada orang lain yang berani! Kemudian seorang pria bertubuh tinggi besar memberanikan diri keluar, tetapi segera kembali masuk ke rumah lagi dengan sejumlah sengatan lebah di badannya. Pintu belakang ditutup rapat untuk mencegah agar lebah-lebah itu tidak masuk.

Dari tempat yang aman di jendela, kami semua mengawasi sang ibu berusaha menghalau kawanan lebah itu tanpa daya, dan usaha itu hanya membuat mereka semakin mengamuk.

Kemudian saya mendengarnya ... Suara hening di dalam hati ... yang sudah saya kenali sebagai suara Baba. Suara itu berkata, “Pergilah ke luar. Tolong ibu yang malang dan anak-anak itu, Aku akan menyertaimu.” Saya menatap pemandangan di depan saya dengan rasa ngeri. Lenyaplah keyakinan saya bahwa saya sudah berteman dengan roh lebah. Suara hati itu terus mendesak. Saya dapati diri saya membuka pintu dan melangkah ke luar ke tengah kawanan lebah yang beterbangan dengan suara mendengung-dengung.

Untuk sesaat saya dilanda rasa panik yang seakan-akan mengalir dari ujung kaki sampai ubun-ubun kepala. Saya memejamkan mata dan berdoa, “Baba, kalau saya pernah memerlukan bantuan Swami, sekaranglah saatnya. Mohon datanglah ke sini!”

Saat itu juga Beliau hadir! Saya dapat merasakan kehadiran Beliau yang tenang, penuh kedamaian, mengelilingi saya dan seluruh kawasan itu!  Ketika melihat sang ibu yang histeris hampir-hampir terselubung kawanan lebah, saya tangkap tangannya yang bergerak-gerak cepat menghalau pasukan penyengat itu dan saya berteriak agar bisa didengar dalam bisingnya dengungan lebah. “Sekarang tenanglah. Tuhan bersama kita. Beliau telah datang untuk menolong kita.” Sebelum kejadian ini, saya tidak pernah berjumpa dengan wanita itu. Demikian juga ia.

Ia menatap mata saya lalu menjadi tenang. Berdua kami memegang anak-anak itu lalu mulai menanggalkan pakaian mereka yang penuh ditempeli lebah: ada yang sudah mati, setengah mati, dan masih hidup. Kami berbicara dengan lembut kepada anak-anak itu, dan juga kepada kawanan tawon penyengat, mohon agar mereka tenang dan tidak menyengat lagi.

Sengatan kawanan lebah ini menyebabkan wajah, tangan, serta kaki kedua anak itu bengkak-bengkak, darah mengucur di beberapa bagian badan, dan membuat mereka sangat kesakitan.

Kami mencabuti tawon dari rambut, mata, hidung, dan mulut anak-anak itu, membuat mereka cukup bersih untuk masuk ke kamar mandi di dalam rumah. Sementara kami memandikan mereka, anak-anak itu menangis kesakitan, dan memang badan kecil mereka bengkak semua.

Diam-diam saya berdoa lagi kepada Baba agar menolong kedua anak yang malang ini .... Lalu .... lihatlah .... terjadi mukjizat yang luar biasa karena di hadapan mata kami yang keheranan, semua bengkak dan benjol itu mulai lenyap, rasa sakitnya pun hilang!

Sang ibu dan saya saling berpandangan dengan takjub, kami berdua sama sekali tidak menderita sengatan lebah.

Ketika semuanya selesai, dan anak-anak yang sekarang tersenyum ini diselubungi handuk, saya berkata kepada sang ibu, “Saya yakin anak-anak Anda telah disembuhkan secara mukjizat. Tetapi, kalau Anda sangsi, lebih baik Anda bawa mereka ke rumah sakit untuk diobati.”

Sebagaimana pembaca tahu, sengatan lebah bisa berbahaya!  Sang ibu menjawab dengan air mata suka-cita mengalir di wajahnya, “Saya tahu, saya baru saja menyaksikan mukjizat. Saya tidak memerlukan rumah sakit!”

Kami berpandangan sambil tersenyum, tahu sama tahu! Kemudian ia berkata pelan-pelan, “Saya belum pernah berjumpa dengan Anda, tetapi saya sudah mendengar tentang Anda bahwa Anda adalah pengikut seorang suci yang tinggal di India. Apakah Anda berdoa kepada-Nya memohon pertolongan?” “Ya, benar,” jawab saya.

“Maukah Anda menuliskan nama Beliau supaya saya bisa membeli buku-buku mengenai Beliau. Saya juga ingin menulis surat kepada Beliau, mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan anak-anak saya.” Saya beri dia semua informasi yang diperlukan, lalu pulang melalui pintu depan karena pintu belakang masih dikerumuni “si punggung kuning” yang merasa tidak puas.

Saya yakin, Baba, Penguasa Lebah,  telah memanggil orang lain lagi ( ibu anak-anak itu ) menjadi bakta Beliau, dengan cara Beliau yang tiada bandingnya!

Oleh: Maria St. John

Dari Sanathana Sarathi 1981.

Penerjemah: T. Retno Buntoro