Materi berikut diambil dari buku panduan World Conference ke 11, Kemurnian adalah Pencerahan

BAB 1

MENGAPA KEMURNIAN ITU PENTING

 

Kemurnian adalah tanda hakiki dari kelahiran pada diri manusia​

1.‘Vyakti' adalah istilah yang sangat tepat digunakan untuk merujuk pada individu manusia. Kata ‘Vyakti’ berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti, ‘dia yang telah memanifestasikan Keilahian di dalam dirinya’ — itulah jawabannya. Dengan melakukan Sadhana yang berat, apa yang taktermanifestasi (a-vyakta) menjadi termanifestasi (vyakta). Dia yang telah mencapai manifestasi tersebut dapat dikatakan sebagai 'vyakti', dan tidak semua manusia dapat memenuhi syarat tersebut. Jagalah cermin hati yang takternodai oleh kama ‘keinginan’, dan kepala pelayannya krodha ‘kemarahan’; dengan demikian, Tuhan yang berada di dalam diri akan bersinar dengan cemerlang.

Sathya Sai Speaks Vol.11/Ch.21: 18 April 1971

2.Sama seperti membakar arang, jika arang tersebut kehilangan panasnya, maka arang tersebut hanyalah menjadi arang belaka, dan seperti sepotong gula merah, jika kehilangan kemanisannya, maka itu hanya menjadi segumpal tanah liat, demikian juga manusia akan tetap benar-benar menjadi manusia hanya sepanjang ia menganut dharma yang kekal (yang diwakili oleh kemurnian dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan - trikarana shuddhi). Tanpa kualitas dasar ini, manusia hanyalah manusia dalam wujud fisik saja dan bukan sifat sejatinya. 

Sathya Sai Speaks Vol.23/Ch.32: 21 Nov 1990

3.Karakter bukan hanya berarti berbuat baik saja. Seseorang seyogyanya menganggap sesama manusia sebagai saudaranya sendiri. Setiap manusia hendaknya memiliki kemurniaan dalam perasaan; bhava shudhi yang pada akhirnya akan menuju kepada pencerahan, jnana siddhi.

Sathya Sai Speaks Vol.38/Ch.6: 16 March 2005

4.Kualitas yang paling penting adalah kemurnian. Sekarang ini semua hal sudah tercemar. Air, udara, dan kelima elemen, semuanya sudah tercemar. Akibatnya, pikiran manusia juga menjadi tercemar. Bagaimana kemurnian dicapai jika seperti ini? Isilah pikiranmu dengan pikiran-pikiran tentang Tuhan, persembahkan semua tindakanmu pada Tuhan dan anggaplah Tuhan sebagai motivator di dalam diri.

Sathya Sai Speaks Vol.26/Ch.36: 23 Nov 1993

5.Kemurniaan, pavithram adalah sifat sejati manusia. Kemurnian ini harus termanifestasi dalam segala kegiatan yang dilakukan seseorang, dalam pikirannya, dalam setiap apa yang dia lihat, dia katakan, dan segala hal yang dia lakukan. Hanya ketika engkau menunjukkan kemurniaan seperti itu, engkau menjadi perwujudan dari Atma Ilahi. Maka perbedaan antara Yang Ilahi dan yang duniawi akan hilang. Semuanya akan menjadi Ilahi. Perbedaan antara objek dan subjek juga akan hilang. Semuanya lalu menjadi purnam ‘utuh’. Kesadaran akan kesatuan yang utuh inilah yang disebut Guru Poornima bukan persembahan padapuja ‘persembahan ritual pada kaki’ yang dilakukan kepada seorang Guru demi mendapatkan mantra suci darinya. Mulai hari ini alihkan pikiranmu kepada Tuhan, berjuang untuk pemurnian hatimu dan untuk mencari Realisasi Diri.

Sathya Sai Speaks Vol.17/Ch.14: 13 July 1984

6.Tuhan tidak memandang seberapa kaya atau seberapa terpelajarnya engkau, Tuhan hanya peduli pada ketulusan dan kemurnian pikiran dan hatimu dan pada betapa sepenuh hati dan sejatinya cinta kasihmu. Valmiki adalah seorang pemburu. Nanda adalah seorang yang tidak dapat di sentuh. Kuchela hanyalah orang miskin. Dhruva dan Prahdala hanyalah anak laki-laki yang berusia lima tahun. Sabari adalah wanita suku yang tidak berpendidikan dan tidak beradab. Akan tetapi mereka semua telah memenangkan anugerah besar dari Tuhan, karena bakti, cinta kasih, penyerahan diri mereka yang sepenuh hati. Ikuti contoh Sabari, yang selalu memikirkan Sri Rama dan kebahagiaan-Nya, dan mendedikasikan semua pikiran, kata-kata, dan perbuatannya hanya kepada Sri Rama seorang, sedemikian rupa sehingga setiap tindakannya ditransformasikan dan disublimasikan menjadi pertapaan tertinggi. Dari contoh ini, engkau harus belajar bahwa bermeditasi tidak berarti duduk diam dalam posisi tubuh tertentu, seolah-olah engkau sedang berpose untuk foto. Seperti dalam contoh Sabari, seluruh hidupmu harus menjadi meditasi berkesinambungan di mana pun engkau berada dan apapun yang engkau lakukan. Apapun yang engkau makan atau minum harus dipersembahkan kepada Tuhan sebagai naivedya atau persembahan suci. Dengan cara ini, jika engkau mempersembahkan segalanya kepada Tuhan, secara alami engkau akan terhindar dari melibatkan diri dalam tindakan buruk atau melakukan hal–hal jahat di dalam kehidupanmu.

Summer Showers in Brindavan 1990/Ch.16: 3 June ‘90

7.Jika engkau ingin memvisualisasikan Tuhan, engkau harus mencapai kemurnian hati. Engkau merujuk pada seorang individu tertentu dan mengatakan bahwa dia adalah ayahmu. Akan tetapi sang ayah malu dengan rujukan seperti itu karena pada kenyataannya, dia adalah Atma Tatwa ‘Prinsip Atmic’ yang sama yang ada pada semua manusia.

Engkau menikahi seorang gadis dan menyebutnya sebagai istrimu. Akan tetapi dia sebenarnya, adalah perwujudan Atma Ilahi. Demikian pula, engkau membelai seorang anak dengan sayang dan memanggilnya putramu. Akan tetapi anak yang sama dapat memberitahumu bahwa dia sebenarnya bukan putramu, tetapi perwujudan Keilahian. Jadi, semua hubungan di dunia ini sesungguhnya, hanyalah hubungan Atmic.

Sathya Sai Speaks Vol.38/Ch.24: 9 Oct 2005

8.Tubuh ini pasti akan binasa. Umur manusia dikatakan seratus tahun, tetapi tidak ada yang bisa memastikan kapan ajal akan mendekat — di masa kanak-kanak, remaja, atau usia lanjut, di kota, hutan, atau air. Kematian merupakan suatu hal yang pasti. Orang harus mengenal Tuhan selama mereka memiliki tubuh. Kehidupan manusia yang sakral ini hanya diberikan hanya untuk menyadari sifat Keilahian.

Sathya Sai Speaks Vol.26/Ch.43: 10 April 1993

9.Hubungan duniawi seperti ayah, ibu, putra, dan putri hanya didasarkan pada perasaan. Seseorang mengembangkan keterikatan pada mereka dengan mempertimbangkan nama dan bentuk mereka. Sebelum lahir, siapa ayah dan siapa putra? Sebelum menikah, siapa suami dan siapa istri? Hubungan ini bersifat sementara, seperti awan yang berllau. Semua datang di antara kita dan kemudian menghilang.

Sathya Sai Speaks Vol.26/Ch.42: 9 April 1993

10.Hanya Atma yang sejati, abadi, dan tidak berubah. Veda juga menyatakan: Atma tidak memiliki atribut (Nirguna), tidak ternoda (Niranjana), abadi (Sanathana), tempat tinggal terakhir (Niketana), permanen, suci, dan tercerahkan, bebas, dan merupakan perwujudan kesucian (Nitya, Suddha, Buddha, Mukta, Nirmala, Swarupinam). Itu adalah Atma.

Sathya Sai Speaks Vol.26/Ch.42: 9 April 1993

Kemurnian penting untuk menikmati Kebahagiaan Abadi

1.Setiap individu harus menganggap penyelidikan akan sifat dasar Atma sebagai tujuan utama kehidupan. Kemurnian pikiran, perkataan, dan perbuatan sangat penting untuk penyelidikan ini.

Sathya Sai Speaks Vol.18/Ch.3: 20 January 1985

2.Manusia sangat membutuhkan kebahagiaan. Syarat pertama untuk mencapai Brahmananda (Kebahagiaan Tertinggi, Pencerahan) adalah hati yang murni. Hati manusia, yang seharusnya putih bagaikan susu dalam kemurniannya, saat ini diisi dengan pikiran dan perasaan buruk. Sadhana spiritual dimulai dengan pemurnian hati dan mentransformasikannya menjadi lautan susu. Ketika hati diisi dengan kualitas-kualitas satwik (murni), hati menjadi seperti lautan susu. Hanya dengan begitu hati manusia akan menjadi kediaman yang layak untuk Tuhan (Wisnu) dimana kediaman Beliau digambarkan sebagai ksheerasagara ‘lautan susu’.

Sathya Sai Speaks Vol.20/Ch.9: 3 May 1987

3.Apa penyebab kesengsaraan, konflik, dan penderitaan di dunia saat ini? Semua ini dikarenakan tidak adanya kemurnian di hati para manusia, laki perempuan. Perilaku laki dan perempuan bertanggung jawab atas jatuh atau bangunnya suatu bangsa. Negara tidak akan kekurangan apa pun, jika ada laki-laki dan perempuan dengan hati yang murni. Akan tetapi saat ini, hati manusia sepenuhnya tercemar. Ini adalah selembar kertas putih murni. Akan tetapi apa yang tertulis di satu sisi membuatnya tampak kotor. Demikian juga halnya dengan hati seorang manusia; Perasaan kotor mencemari hatinya. Koran hari ini menjadi sampah keesokan harinya. Kertas itu sendiri tidak memiliki bau. Kertas yang sama ketika digunakan untuk mengemas bunga melati akan menjadi harum bunga melati; kertas yang sama akan berbau ikan apabila digunakan untuk membungkus ikan. Ketika hati dimurnikan, hati itu akan bersinar dengan belas kasih. Perasaan dan pikiran buruk mencemari hati manusia.

Sathya Sai Speaks Vol.34/Ch.19: 19 Nov 2001

4.Jika engkau ingin menikmati kebahagiaan abadi, engkau harus mengisi pikiranmu dengan pikiran–pikiran yang murni dan mengisi hati dengan perasaan-perasaan yang baik. Melalui pikiran yang baik dan tindakan yang baik, hati akan menjadi murni dan suci. Dalam perjalanan hidup, tubuh dapat diibaratkan sebagai gerobak dan hati sebagai kuda. Kecuali engkau memberi santapan pada hati dengan baik, maka perjalanan tidak bisa berjalan dengan baik. Hati (yang diibaratkan kuda) harus diberi pakan yang baik dalam bentuk satsangam ‘pergaulan yang baik’, satpravartana ‘perilaku yang baik’, dan pikiran yang baik. Dan apapun yang dilakukan harus menjadi persembahan kepada Tuhan.

Sathya Sai Speaks Vol.20/Ch.9: 3 May 1987

5.Bagaimana kedamaian ini bisa dicapai? Syarat pertama adalah pemurnian visi seseorang. Syarat kedua adalah pengembangan perasaan suci di dalam diri, yang akan menjadi kondusif bagi kemurnian dalam ucapan. Harmoni akan mempromosikan iklim perdamaian. Kesejahteraan masyarakat sangat berkaitan dengan transformasi individu yang membangunnya. Hanya Individu yang berbudi saja yang dapat membangun komunitas yang adil dan berbudi. Pikiran yang murni sangat penting untuk pikiran yang murni, visi yang murni, dan ucapan yang murni.

Sathya Sai Speaks Vol.31/Ch.3: 5 February 1998

Kemurniaan adalah jalan menuju Ketuhanan 

1.Kemurnian mengikuti kesatuan dan dari kemurnian, Keilahian akan tercapai. Untuk mencapai Keilahian, engkau harus memupuk kemurnian dan untuk kemurnian, engkau hendaknya hidup dalam harmoni dengan semuanya.

 

2.Di mana ada kesatuan, disana akan ada kemurniaan. Di mana ada kemurnian, disana akan ada Keilahian. Engkau semua harus menjalani kehidupanmu dengan menjalankan ketiga aspek ini, kesatuan, kemurnian, dan keilahian. Engkau tidak boleh untuk tidak peduli pada kesulitan dan penderitaan orang lain. Perlakukan penderitaan mereka sebagai penderitaanmu. Tuhan yang Satu bersemayam di dalam hati setiap manusia. ‘Iswarah sarvabhutanam.’ Tuhan berada di mana-mana bahkan di dalam semut dan nyamuk. Harus ada belas kasih di dalam hatimu.

Sathya Sai Speaks Vol.41/Ch.11: 20 July 2008

3.Penekanannya harus pada sadhana kemurnian dan pengorbanan. Kemurnian adalah Ketuhanan. Melalui pengorbanan, akan ada kemurnian pikiran dan hati. Dengan kemurnian, Keilahian terwujud. Pengorbanan adalah sebuah persembahan, sebuah pemberian kepada Tuhan, sebuah pengabdian kepada Tuhan. Apa yang harus dikorbankan kepada Tuhan adalah rasa ego, 'milikku'. Begitu semua perasaan ego dikorbankan kepada Tuhan, diserahkan kepada Tuhan, hati dan pikiran akan dimurnikan dari sifat-sifat ego dan Keilahian dapat terwujud.

Conversations With Bhagawan Sri Sathya Sai Baba B, pp.214–215

Kemurniaan adalah Jalan Menuju Pencerahan

1.Orang yang bercita-cita untuk mewujudkan prinsip Diri dan mengajarkan hal yang sama kepada orang lain, pertama-tama harus mengembangkan kemurnian hati. Seseorang yang tidak memiliki kemurnian hati, tidak memenuhi syarat untuk menyadari Diri sejati dan mengajarkan hal yang sama kepada orang lain. Prinsip Diri tidak dapat dicapai hanya dengan pendidikan, kesarjanaan, dan kecerdasan. Kemurnian hati sangat penting untuk ini.

Sathya Sai Speaks Vol.29/Ch.9: 2 Sept 1996,

2.Hanya ketika seorang yang murni maka kecerdasan dapat tumbuh. Hanya dengan tumbuhnya kecerdasan, maka siddhi ‘tujuan spiritual atau pencerahan’ dapat dicapai.

Sathya Sai Speaks Vol.25/Ch.27: 31 August 1992

3.Apa itu kebijaksanaan? Kemurniaan akan pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah kebijaksanaan sejati. Tubuh, pikiran, dan tindakanmu harus murni. Dengan dasar itu dikatakan​ “Studi yang tepat tentang manusia adalah manusia itu sendiri. Yang berarti bahwa kesatuan akan pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah kemanusiaan sejati.

Sathya Sai Speaks Vol.35/Ch.22: 23 Nov

4.Seseorang harus mengembangkan bhava shuddhi ‘kemurnian dalam perasaan’, yang pada akhirnya akan mengarah pada jnana siddhi ‘pencapaian pencerahan’.

Sathya Sai Speaks Vol.38/Ch.6: 16 March 2005

5.Hiduplah dan berbuat sesuai dengan keyakinan bahwa Keliahian yang kekal ada di mana-mana. Pertahankan kemurnian dan harmoni dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Itulah cara untuk mengamankan Jnana-siddhi ‘pencapaian pencerahan’.

Sathya Sai Speaks Vol.29/Ch.48: 3 Oct 1996,

6.Keilahian termanifestasi dalam setiap makhluk hidup. Prinsip Atma yang sama (Atma Tatwa) tidak hanya ada pada manusia tetapi ada pada setiap makhluk hidup di alam semesta. Tetapi seseorang harus memiliki hati yang murni dan tidak mementingkan diri sendiri untuk menyadari kebenaran ini. Untuk menyadari kebenaran ini, engkau harus terus-menerus merenungkan Tuhan. Dengan melakukan itu, hatimu akan menjadi murni dan damai. Saat engkau mencapai tahap itu, Tuhan pasti akan mawujud secara jelas di dalam dirimu

Sathya Sai Speaks Vol.38/Ch.24: 9 Oct 2005

7.Jika engkau meninggalkan ego dan merasakan Keilahian, engkau akan menyingkirkan rasa sakit dan menikmati kebahagiaan abadi. Upanishad mengajarkan melalui kisah-kisah mengenai kebenaran yang tulus. Engkau harus memahami arti dan merasakan manisnya nektar. Hal ini hanya mungkin dirasakan ketika memiliki bhava-shuddhi ‘kemurnian batin’. Kemurnian hati mengarah pada siddhi— Kesadaran diri.

Sathya Sai Speaks Vol.26/Ch.33: 20 Oct 1993

8.Cermin jernih memantulkan sinar matahari. Kita bisa melihat bayangan matahari yang dipantulkan oleh permukaan air tenang yang jernih. Demikian juga, visi suci dari Paramatma ‘Atma yang Tertinggi’ diungkapkan kepada minda yang tenang dimana semua gelombang pikiran berada dalam keadaan tenang. Hati yang murni dan suci dapat mereflesikan keagungan Ilahi dari Paramatma.

Summer Showers in Brindavan 1979/Ch.3

9.Meditasi dimaksudkan untuk memperoleh kemurnian hati spiritual, karena, tanpa mencapai kemurnian hati, kursi kesadaran Tuhan tidak dapat diwujudkan. Karena itu, seseorang harus berusaha untuk mencapai kemurnian hati spiritual. Sadhana jenis apa yang Kamsa lakukan di Dwapara Yuga? Bahkan, dia terus-menerus melecehkan Sri Krishna. Namun, Sri Krishna begitu berbelas kasih sehingga Beliau memberikan darshan ‘kehadiran fisik-Nya’ kepada Kamsa. Tidak ada sadhana yang akan membantu dalam menyadari kehadiran Tuhan, jika seseorang tidak memiliki kemurnian hati. Berbagai jenis sadhana seperti puasa, meditasi, dll, akan membantu mengembangkan keyakinan seseorang kepada Tuhan yang ada dimana-mana yang pada kenyataannya, bersemayam di dalam dirimu. Orang-orang pada umumnya berpikir bahwa Tuhan memberikan darshan kepada orang-orang tertentu saja. Akan tetapi kebenarannya, Tuhan tidak pernah memberikan darshan kepada orang yang tidak memiliki kemurnian hati. Karena itu, jika engkau ingin mendapatkan darshan Tuhan, engkau harus mengembangkan kemurnian hati. Semua jenis sadhana hanya dimaksudkan untuk mencapai kemurnian. Saat engkau mencapai kemurnian hati, Tuhan yang Maha Ada akan muncul tepat di hadapanmu. Sayangnya, saat ini di dunia terdapat kelangkaan para guru yang dapat dengan sungguh-sungguh menuntun para pencari spiritual di jalan kemurnian. Mereka membatasi diri pada beberapa teknik meditasi, dengan imbalan uang.

Sathya Sai Speaks Vol.38/Ch.24: 9 Oct 2005

10.Dharma memungkinkan Atma menjadi terwujud, tanpa kabut atau hal lain yang menyembunyikannya dari pandangan. Praktik Dharma akan mengisimu dengan berbagai pengalaman; melalui pengalaman itu, kebenaran dapat ditegakkan; kebenaran akan terungkap dengan jelas, dan pandangan ini dapat memberi kebebasan. Orang-orang yang bebas dari sitaan batin yang menyembunyikan Atma dapat merupakan orang dari kasta atau tingkat kehidupan apapun; itu tidak masalah; mereka akan tetap mencapai pembebasan. Kemurnian mental ini (anthahkara-na shuddhi) adalah apa yang dipuji oleh kitab suci ketika mereka berbicara tentang keselamatan.

Dharma Vahini, Ch.8, p.35

 

Pemaparan dari Prof. Suresh, (Rabu 6 Mei 2020) terdiri dari materi yaitu pemaparan tentang paradigma (pandangan pemahaman) terkait belajar/ mempelajari ajaran Sai dan kedua tentang pentingnya kemurnian.

 

A. Sembilan perubahan paradigma dalam mempelajari ajaran Sai:

  1. Terdapat sembilan perubahan paradigma yang harus dilakukan oleh Bhakta agar dalam memahami dan dan mempraktekkan ajaran Sai agar bermanfaat:
  2. Kita sebaiknya berjalan dari hanya mendengar (ajaran Bhagavan) menjadi mendengar, kemudian merefleksikan (merenungkan) kemudian mengintegrasikan (ajaran tersebut dalam laku sehari-hari).
  3. Dari hanya "menerima semuanya", menjadi "menerima setelah bertanya" (menggunakan kebijaksanaan, refleksi apakah kita sdh memahami benar).
  4. Berjalan dari "mengajukan pertanyaan hanya untuk bertanya" menuju "mengajukan pertanyaan dengan tujuan untuk lebih memahami sehingga kita bs mempraktekkan". Contohnya:  (Kita diharapkah) untuk berjalan dari mempelakari berbagai pengetahuan duniawi dari berbagai bidang tertenu, misalnya ekonomi,  kedokteran, dll menuju pengetahuan tentang atma (pengetahuan menuju kesadaran Atma, menyadari realisasi diri yang sejati).
  5. Berjalan dari "Pengetahuan" (sekedar mengetahui) menjadi "Pengetahuan Atma" (memahami apa dan bagaimana merealisasikan atma).
  6. (Dari hanya) "Belajar seperti seorang murid" menjadi "belajar untuk tujuan agar kita bisa mengajari (menjadi inspirasi/teladan dan berbagi) kepada orang lain".
  7. Berjalan dari pemahaman "saya menghadiri sesi" menuju "saya di sini untuk transformasi" (berubah mnjd lebih baik).
  8. Dari hanya mencatat menuju mencatat poin-poin penting, merealisasikan dan mempraktekkannya.
  9. (Dari keinginan) "Saya akan menjadi orang yang lebih baik" menjadi (bertujuan) "Bagaimana saya bisa membantu proses transformasi ini (bermanfaat) bagi diri sendiri , keluarga, tempat kerja dan Sai Center".

 

B. Pemaparan

  1. Tiap tiap kalimat (Bhagavan yang kita baca/dengar) harus diubah menjadi resolusi.
  2. Misalnya tentang resolusi mengurangi rasa marah, kita harus memahami mengapa kita marah, kemudian kita membuat resolusi (tekad) bahwa  mulai hari ini kita tidak akan marah lagi. Kita memberitahu keluarga kita bahwa kita tidak akan marah, sehingga kita bisa diingatkan tiap kali kita marah (keluarga turut membantu transformasi yg kita praktekkan/latih).
  3. Tiap pesan (mahavakya Bhagavan) harus dibuatkan resolusi, tekad.
  4. Tiap tiap peserta harus menjadi pusat perubahan atau transformasi. Tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk keluarga, lingkungan dan di Sai Center.
  5. Lebih penting dari pada "guru" adalah "tujuan, sebuah wawasan  yang besar".
  6. Dalam proses transformasi, kita jadikan guru sebagai teman dalam melakukan proses transformasi. (Jadikan guru untuk menemani kita dalam berproses/berubah).
  7. Tujuan adalah hal penting. 

    (Misalkan) Orang pergi (bercita-cita untuk) sekolah kedokteran.

    Mengapa ingin jadi dokter ? untuk menyelamatkan nyawa. Inilah tujuan kita.

    Setiap institusi ada tujuannya, kalau kita bisa memenuhi tujuan itu, kita akan sukses.

    (Demikian juga) Mengapa kita menjadi bhakta, menjadi seorang guru, adalah untuk tujuan moksha, mencapai kesadaran diri.

    Semoga kita mencapai moksa, kita dapat kesadaran diri (self realization).

    Orang berpikir bahwa moksa (terjadi) setelah mati, ini keliru. Moksha adalah moha ksaya. Tiadanya moha.

     

  8. Tanda-tanda self realization (yang mudah kita rasakan) adalah setiap kali kita bangun (dari tidur) kita merasa riang (berbahagia), tidak ada kemarahan (emosi yang memberatkan, kesal, ketidaklegaan, benci, dll - red).
  9. (Tanda yg lain adalah) Pikiran kita tidak berpikir buruk ttg orang lain, (kita menyadari bahwa) ada Swami dalam diri setiap orang, kita merasa kesatuan dengan semuanya (binatang, dll).
  10.  Bila kita menerima ayat (mahavakya Bhagavan) ttg keinginan. Kita coba renungi. Apakah kita tidak boleh berkeinginan ? Bgmn mungkin kita sbg manusia tanpa berkeinginan ? (Maka dari itu) Keinginan itu mestilah murni, baik. Keinginan diarahkan untuk mewujudkan hal-hal yang baik.
  11. Bagaimana kita tahu keinginan itu (adalah hal yg) baik ?  Yaitu apabila keinginan itu tidak merupakan pelayan krodha (kemarahan). Wujudkanlah keinginan u menolong orang lain, arahkan keinginan untuk hal-hal yg baik.

C.Pekerjaan Rumah

(Atas saran/usul dari Bro. Danesh kpd Bro. Suresh, agar Bro Suresh memberikan "PR" ke peserta SAIRAMA).

PRnya adalah : insight atau perubahan apa yg kita dptkan setelah mendengar sharing malam ini.

(Contoh sederhana : Apakah yg tadinya sering marah jadi berkurang ? Dll).

 

Demikian yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat untuk kita semua.

Peserta Sathsang yang untuk sesi 1 ini berjumlah : 140 Orang