RESUME SAIRAMA SESI KE 3

Rabu, 20 Mei  2020

Narasumber : Bro. Prof. Dr. Suresh Kumar A/L P Govind.

 

BAGIAN I

I. PRA-WACANA. MERENUNGI KESEMPATAN HIDUP UNTUK MENJADI LEBIH BAIK (TRANSFORMASI)

Suatu hari kita akan tua dan meninggalkan dunia ini. Kita ambil kesempatan hidup ini untuk menyadari diri (mencapai kesadaran diri). Segala masalah sebenarnya berasal dari (ego) kita sendiri. Yang pertama kali harus kita pahami adalah kitalah yang turut menciptakan konflik (ket : karena konflik tak akan mungkin terjadi bila kita tidak terlibat/andil di dalamnya).

Dengan demikian kita harus hidup dengan ajaran Baba setiap hari. Mungkin konflik yang kita alami demikian dalam, sehingga satu, dua, tiga kali kita bermeditasi tidak cukup (untuk meredakan emosi kita), maka dari itu kita harus menjalankan lagi Meditasi Cahaya secara lebih mendalam, sehingga kita benar-benar dalam kondisi penuh rasa sayang, dan siap berbagi kasih. Bila di dalam diri kita sudah tidak ada lagi rasa kesal, kemarahan, barulah kita melakukan komunikasi dengan orang yang kita ajak konflik (menelpon, berbicara dan lain lain). Bila kita telah penuh kasih, pastilah ada perbedaan (dalam cara pandang dan berkomunikasi).

Kita harus benar-benar hayati di hati (renungkan dan memeriksa ke dalam hati kita), apakah di hati kita benar-benar tidak ada konflik lagi (benar-benar tidak ada beban emosi, rasa ingin berkonflik) ? Dengan terus berlatih, sedikit demi sedikit kita pasti akan berhasil. Inilah cara kita menterjemahkan pesan ajaran Baba dalam situasi yang kita hadapi.

 

II. MEMBAHAS SATHSANG SESI SEBELUMNYA (1)

YANG BABA INGINKAN DARI KITA ADALAH KEDAMAIAN DAN KEBAHAGIAAN.

(Bro. Suresh menanyakan tanggapan peserta SAIRAMA mengenai sathsang minggu lalu. Kornas Bidang Spiritual SSGI kemudian menjelaskan diskusi yang berlangsung di WAG SAIRAMA).

Ada peserta menyampaikan keterjutannya mengenai kemarahan menghapus sadhana selama 3 bulan. Ada juga peserta berbagi metode yang sangat baik untuk meredakan rasa marah. Diskusi di SAIRAMA banyak membahas dan saling melengkapi tentang mengelola kemarahan.

Kemudian Bro. Suresh menambahkan :

Kita harus memahami dan ingat bahwa kemarahan adalah tanda stress (ketegangan di dalam pikiran) yang akan membawa penyakit. Selain itu kita harus ingat bahwa bila kita (meluapkan) rasa marah maka kita akan mengundang banyak penderitaan di masa yang akan datang (baik untuk diri sendiri, orang lain, relasi, lingkungan, dan lain-lain).

Apa yang Baba inginkan dari kita adalah kita benar-benar merasakan (menyadari dan mengalami) kedamaian, yang Svami inginkan bahwa (hati) kita selalu dipenuhi kedamaian dan kebahagiaan. Bila kita lebih sering bermeditasi, pengalaman mengecap kedamaian akan lebih banyak.

Marah adalah tanda bahwa kita masih memiliki ego. Bila ego adalah ibu, maka kemarahan adalah anaknya. Mengapa kita hadir dan datang (mengikuti program) Sai Study Group, adalah untuk menghapuskan ego kita.

Betapa hidup itu singkat, sebelum itu (hidup berakhir), kita harus menyadari "Siapa kita", "Kemana kita akan/harus pergi", "Apa tujuan hidup kita".

Kita harus fokus (berpusat) kepada ajaran Baba. Saat kita pergi ke dokter, dan diberikan obat, kemudian kita hanya minum obat hanya sebagian, kita tidak akan bisa sembuh, kemudian kita mengeluh tidak bisa sembuh (maka dari itu kita harus sungguh-sungguh berobat). Demikian juga ajaran Baba, sebaiknya kita pelajari dengan penuh kesungguhan.

 

II. MEMBAHAS SATHSANG SESI SEBELUMNYA (2)

MEMAHAMI AJARAN SAI DAN MENSTANAKAN BABA DI HATI

Ada seorang bhakta yang meminta kepada Baba agar diberikan kesempatan untuk menyanyikan lagu bhajan. Di hari pertama, Svami memberikan kesempatan untuk membawakan satu lagu, namun di hari yang lain, Svami tetap meminta untuk menyanyikan lagu yang sama. Hal ini bermakna bahwa Bhakta tersebut harus memahami dulu (menghayati) makna lagu yang ia nyanyikan. Baba menyampaikan bila bhakta tersebut sudah memahami makna lagunya (dengan mendalam) maka bhakta tersebut akan mendapatkan pencerahan.

Bila kita ingin berenang di laut, bagaimana kita bisa menyelam tanpa harus menembus gelombang (kesulitan). Banyak yang mengira ajaran Svami hanya digunakan di lingkungan Sai Center, bukan demikian. Ajaran Baba harus menjadi gaya hidup kita. Apa gunanya kita belajar ajaran Svami tapi kita tidak terapkan dalam kehidupan kita?

Demikian juga, kita harus memandang konflik adalah bagian dari hidup. Bila kita mau mengalami kemajuan, pasti ada tantangan, konflik dan lain-lain. Bila kita mau melangkah maju, pasti ada ujian yang harus kita hadapi.

Pertama kita harus menghayati ajaran Sai sehingga memenuhi hati kita. Baba harus dirasakan (distanakan) di hati. Dengan demikian hati kita harus bersih dan suci. Ajaran Baba bukanlah terletak (digunakan) di Sai Center, Altar, tapi di hati kita.

Baba harus selalu berada di hati kita.

Kalau kita berkonflik dengan seseorang, dan membiarkan kemarahan mengisi hati kita, maka di saat itulah Baba keluar dari hati kita. Jangan ijinkan orang lain menguasai hati kita, biarkan hanya Svami yang menguasai hati kita. Kemanapun kita pergi, bawa (rasakan) Svami berada di dalam hati kita. Kesadaran yang harus kita bangun adalah Svami hadir bersama kita, (meliputi kita) di depan, di belakang, di samping, di mana-mana menemani kita.

Kesadaran ini sangatlah penting. Misalkan kita ada keinginan merokok. Bila kita merokok, rokok akan masuk ke dalam tubuh kita, dan itu berarti rokok tersebut akan mengenai wajah Svami yang kita sayangi. Bukankah itu tidak baik ?

Kita akan memiliki kebijaksanaan untuk tidak melakukan hal buruk, apabila kita meletakkan (menyadari) Svami di hati kita.  Dengan kesadaran ini, kita tidak akan menipu, marah-marah atau perbuatan buruk lainnya. Bila kita berbicara, kita sadari bahwa Svami mendengar apa yang kita ucapkan. Kesadaran tersebut sangatlah penting, (hal itu diawali dengan) harus ada keyakinan bahwa Svami bersama kita.

 

II. MEMBAHAS SATHSANG SESI SEBELUMNYA (3)

BHAGAVAN MAHATAHU YANG DIALAMI BHAKTA-NYA.

Saat itu, Bro. Suresh belum memiliki rumah, dan berkeinginan membeli rumah. Oleh karena kesibukan beliau, beliau tidak ada waktu yang serius untuk mencari rumah, beliau hanya mengendari mobil menengok kanan dan kiri, melihat apakah ada rumah yang dijual.

Ketika sesi interview bersama Bhagavan, layaknya rekaman CCTV Bhagavan menceritakan percis seperti apa yang Bro, Suresh lakukan, Baba menggerakkan kepalaNya ke kiri ke kanan mirip dengan Bro. Suresh lakukan. Baba mengatakan "Tiap hari engkau melihat ke kiri dan ke kanan. Bhagavan mengatakan "Rumah itu juga adalah rumahKU".

Beliau mahatahu semuanya (setiap detail yang kita pikirkan dan lakukan). Kita mungkin lupa akan Svami, tapi Svami tidak akan pernah meninggalkan kita (bhaktaNya).

 

II. MEMBAHAS SATHSANG SESI SEBELUMNYA (4)

MENGENDALIKAN KEMARAHAN KEPADA ANAK

Pertanyaan Peserta : Bagaimana mengendalikan rasa marah kepada anak.

Kita harus memahami (mengingatkan pikiran kita yang sedang diliputi marah) bahwa begitu kemarahan hadir, racun terbentuk dalam tubuh kita. Kepada anak, berpura-pura marah diperbolehkan, tapi kita tidak boleh benar-benar marah. (Kita mesti memeriksa) Kemarahan kita ke anak adalah kemarahan yang tidak muncul dari hati, namun hanya sekedar untuk bertujuan untuk mendisiplinkan. Bila kita sungguh-sungguh marah kepada anak, kita bisa jatuh sakit akibat kemarahan kita.

(Keterangan : saat kita ingin meluruskan kesalahan anak, bila berpura-pura marah diperlukan tentu diperbolehkan, namun adegan tersebut tidak dimotifasi dari emosi kemarahan namun kasih sayang dengan niat tulus mendisiplinkan ke arah nilai Sai).

Untuk mendisplinkan anak, kita bisa meniru Ibu Mahatma Gandhi. Gandhi berbohong (dengan meniru suara burung) dan menyampaikan bahwa burung yang ibunya tunggu telah berbunyi sebagai tanda Ibunya boleh mengakhiri upavasa. Gandhi kemudian meminta ibunya untuk mengakhiri upavasa hari itu. Ibunya tau kebohongan Gandhi. (Karena nilai kejujuran adalah sangat penting bagi Ibunya) Ibunya memukul Gandhi. Oleh karena hanya dengan teguran keras itulah Gandhi kemudian bisa mengerti, dan Gandhi menyadari nilai kejujuran dan berjanji bahwa semenjak itu ia tak akan berbohong. Sejak itu Gandhi tak pernah berbohong lagi dalam hidupnya.

Kalau kata-kata itu datang dari tempat yang suci (hati), kata-kata itu akan manjur (bertuah). Perubahan akan terjadi pada anak, bila ayah dan ibu memiliki kesadaran atma. Untuk itu, ayah ibu harus lebih banyak bermeditasi (membangun kebiasaan bermeditasi) dan membawa anak dalam doa dan meditasi tersebut. Bila orang tua dilanda kemarahan, bawa kemarahan, masalah tersebut ke dalam meditasi, (ketika pikiran kita jernih, tenang karena meditasi) sehingga tindakan yang kita pilih tepat.

 

BAGIAN II

I. EMPAT GERBANG BERBICARA

Baba bersabda "Sebelum engkau bicara tanyakan pada dirimu apakah itu baik, apakah itu penting, apakah itu benar, apakah itu meningkatkan keheningan". Setelah keempat hal ini kita lewati, baru setelah itu kita boleh berbicara.

Ketika kita berkeinginan membalas kemarahan dengan kemarahan, ingin meluapkan perasaan marah kita, pada saat itulah kita harus mengingat ajaran ini. Artinya bila kemudian jawaban dan tanggapan kita memperparah konflik yang terjadi, maka keputusan kita untuk berbicara tidak tepat.

Misalkan di dalam tangan kita, ada minyak dan ada air. Dengan kebijaksanaan kita, kita memilih air untuk memadamkan api kemarahan, maka kemudian api tersebut akan padam. Bila kita kemudian berbicara, dan hal itu kita rasa akan men…

 

II. PROSES MUNCULNYA AMARAH DAN METODE MENGELOLA RASA MARAH (1)

MENGENALI KETIKA KEMARAHAN HADIR

Bagaimana kita mengetahui bahwa kita sedang marah ? (bila kita perhatikan, amati, dapat disadari dari) nafas kita menjadi tidak teratur. Bagaimana kemarahan dimulai ? Pertama-tama jantung kita akan berdebar, cara kita bernafas menjadi terburu-buru.

METODE MENGHITUNG NAFAS

Jika kita sudah merasakan hal ini, hitunglah perlahan 1 sampai 108. Begitu nafas kita tidak teratur, hitunglah hembusan nafas kita sampai 108. Apabila nafas kita cepat, terburu-buru, ubahlah nafas yang cepat tersebut, menjadi pernafasan yang pelan. Hitunglah dengan pelan irama nafas dengan tenang, tidak tergesa. Hal ini akan memberikan kita waktu untuk tenang (berjeda, tidak reaktif). Bahkan bila telah sampai hitungan 108, hati kita tenang, dan umumnya keinginan berbicara telah tidak ada lagi. Inilah satu cara efektif mengendalikan kemarahan.

Anjing, kucing tidak bisa melakukan ini, begitu kita injak ekor anjing maka dia akan langsung menggigit. Tapi manusia bisa melakukan ini. Mulai hari ini, jadikan metode ini menjadi ajang latihan kita.

 

II. PROSES MUNCULNYA AMARAH DAN METODE MENGELOLA RASA MARAH (2)

MELEPASKAN KETEGANGAN

Kita perhatikan, di dalam 4 jari (telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking) ada 12 ruas. Kita dapat menggunakan ruas jari untuk namasmaranam "Om Bhagavan Sri Sathya Sai Baba", (dengan ibu jari yang menghitung ruas masing-masing jari) kita dapat menghitung sampai dengan 108 kali dengan menggunakan ruas jari tangan.

Bila kita menghitung nafas dengan cara seperti ini, pernafasan kita akan menjadi tenang, dan kita akan berhasil mengendalikan kemarahan kita. Jika kita mengucapkan Nama Tuhan dalam pikiran kita, pikiran kita akan melupakan (melepaskan) kemarahan. Silahkan dicoba, panggilah Baba, (arahkan pikiran dengan) bayangkan wajah Svami, bayangkan kaki padma Beliau. Pikiran kita akan berpindah dari memikirkan kemarahan menuju memikirkan Svami (pikiran kita diliputi Bhagavan). Saya (Bro.Suresh) senang dengan cara ini, sebab saat kita memanggil Svami, kita menjalin (membangun, menguatkan) hubungan dengan Beliau.

Kalau ada seseorang menjadikan anda marah, misalnya dengan mengatakan "Hey Suresh kamu bodoh!", dan kemudian pada saat itu (kemarahan muncul sehingga) nafas menjadi terengah-engah, tubuh saya akan mulai menghasilkan racun. Hormon kortisol akan diproduksi oleh tubuh, bila hormon kortisol terlalu banyak di badan kita, badan kita akan sakit. Pada saat itu cobalah untuk menenangkan nafas chantingkan nama Svami.

(Bila kita perhatikan) Saat kita terlalu stress, otot kita pun menjadi tegang. Bila kita dipijit, tukang pijit (yang berpengalaman) tahu seberapa banyak kita mengalami stress, karena terlihat dari otot kita. Energi kemarahan masuk ke otot kita, dan membuatnya mengalami ketegangan. Semakin banyak ketegangan yang dialami otot, (itu adalah tanda) semakin banyak masalah.

Bila kita ucapkan nama Swami, hati kita yang awalnya berdebar menjadi lembut, (sambil mengucapkan nama Svami, setelah pikiran kita tenang) kemudian kita arahkan pikiran kepada otot kita, otot kaki menjadi rileks, arahkan ke otot perut, otot perut kita menjadi rileks, arahkan ke otot leher, dan otot leher pun menjadi rileks.

Bila kita sedang marah, bayangkan kita berada di Sai Center dan semua orang sedang berjapa "Om Bhagavan Sri Sathya Sai Baba". Bayangkan kita sedang berada di ruang interview bersama Svami, dan Svami sedang melihat kita dengan senyumNya yang menawan.

Inilah hal-hal yang kita praktekkan agar kita tidak diliputi kemarahan. Inilah sistem/metode yang harus kita laksanakan untuk mengatasi kemarahan kita.

II. PROSES MUNCULNYA AMARAH DAN METODE MENGELOLA RASA MARAH (3)

MEREDAKAN RASA MARAH DENGAN BERKEGIATAN POSITIF

Kita bisa mengalihkan kegiatan kita dengan menyanyikan bhajan, dan berolahraga. Kalau kita bisa berolahraga setiap hari, kemarahan kita akan berkurang.  Kalau kita rajin olahraga, badan kita menghasilkan hormon endorphin yang membuat pikiran kita tenang, berbahagia dan mengurangi potensi marah.

MEMBAWA SETIAP KONFLIK KE DALAM MEDITASI

Bawalah ke dalam meditasi, siapapun yang membuat kita marah.

Suatu hari Bro. Suresh pergi ke Pulau Pinang, beliau berceramah dan dihadiri sekitar 500 orang. Bro, Suresh menyampaikan "Setiap masalah bisa diatasi". Ketika beliau pulang, ada seorang wanita bercerita via email bahwa ia memiliki masalah dengan tetangga di apartemennya. Tetangga itu tingal di lantai di atas flatnya dan suka menggeser kursi dan terdengar olehnya (wanita itu jadi sangat terganggu). Wanita itu mengatakan kalau saja ia punya uang, ia akan keluar dari apartemen itu. Bro. Suresh meminta wanita itu untuk bermeditasi dan membayangkan ibu itu. Walau dalam pikirannya tetangga tersebut yang salah, namun tetap kirimkan cahaya cinta kasih  kepada tetangga tersebut.  Ternyata hasilnya luar biasa, setelah 1.5 bulan ibu (tetangga) itu sadar dan datang bertamu padanya dan minta maaf. Hubungan pun menjadi baik kembali.

 

III. PERTANYAAN DAN DISKUSI TENTANG MENGELOLA RASA MARAH (1)

TIDAK REAKTIF KETIKA MARAH MELANDA

Pertanyaan : kalau kita sedang ada rasa marah, bagaimana agar kita tidak meledak (reaktif meluapkan), sehingga kita bisa seperti Bro. Suresh yang malah bisa tertawa walaupun dimarah oleh orang lain.

(Selain cara di atas tentang mengelola rasa marah) Di dalam HP, kita buat catatan yang bisa memonitor bila kita marah.

Kita bisa mengingatkan diri kita tentang kerugian kemarahan. Bukankan kita pernah mendengar cerita purana, bahwa para pertapa yang telah bertapa lama kemudian suatu hari ia marah, ia harus pergi lagi bertapa karena manfaat tapanya telah hilang karena kemarahan itu.  Dalam cerita purana banyak dikisahkan betapa hasil dari semua sadhana bisa hilang bila kita marah. Kalau kita punya catatan hal itu dan menyadari kerugiannya, maka kita akan diingatkan untuk tidak marah.

 

PERENUNGAN AKAN KEMATIAN

Kemudian Bro. Suresh melanjutkan,

Hal yang yang tidak boleh kita lupakan adalah kematian dan Tuhan. Kalau kita ingat akan ajal kita, kita akan lebih mudah memaafkan. Seperti seorang yang terkena penyakit kanker stadium akhir dan hidupnya diperkirakan hanya beberapa bulan lagi, maka pastilah dia (memiliki pandangan yang berbeda) hanya ingin berbuat baik. Kita tak perlu menunggu sampai terkena stadium akhir untuk mulai berbuat baik.

 

TRANSFORMASI DIRI ADALAH WUJUD KECINTAAN KITA KEPADA BHAGAVAN

Sebagai Ayah dan ibu, kita harus menghayati cinta kasih. Ketika Krishna pergi ke Kaurava, menjalankan misi sebagai utusan Pandava meminta hak Pandawa kembali. Duryodana akhirnya berkata bahwa tanah seukuran jarum pun tidak akan diberikan kepada Pandava. Mengapa Krishna melakukan itu, sekalipun Beliau tahu bagaimana karakter (tanggapan) Kaurawa ? Beliau ingin menunjukkan keteladanan tentang kesabaran.

Mengapa kita mau berubah ketika Svami 'marah' kepada kita, karena kita menginginkan kasih sayang Svami dan oleh karena adanya rasa sayang kita kepada Swami. Demikian juga seharusnya kita kepada anak (kita harus memiliki kesabaran dan kasih sayang). Itulah sebabnya kita harus sering meditasi (untuk menguatkan kualitas kesabaran dan kasih sayang kita).

Sesi sathsang yang kita lakukan ini adalah wujud sayang kita kepada Bhagavan.

 

III. PERTANYAAN DAN DISKUSI TENTANG MENGELOLA RASA MARAH (2)

PERLUKAH RASA MARAH UNTUK TUJUAN KEBAIKAN ?


Pertanyaan 2. Terkadang kita marah untuk tujuan kebaikan. Dalam purana dikisahkan Dewa Shiva marah kepada Ganesha dan memenggal kepalaNya. Bagaimana kita mengelola rasa marah dengan tujuan kebaikan ini ?

Kita mesti ingat bahwa tiap kali kita marah, kemarahan itu akan memunculkan racun dibadan kita. Shiva "marah" bukanlah marah. Tapi ada pesan dengan makna yang tinggi dari kisah ini. Sebelumnya Shiva memberikan berkat kepada Asura yang mencintai Beliau, bahwa Asura tersebut akan melihat Shiva terus menerus. Asura yang kemudian berwujud gajah inilah yg dijadikan sebagai kepala Ganesha, sehingga dengan jalan cerita seperti ini, janjiNya telah Beliau tepati.

Kita tidak harus menyelesaikan masalah dengan kemarahan. Ada cara lain, yaitu bermeditasi.  Kita bisa ingat pengalaman seorang ibu yang tinggal di sebuah flat di penang, yang 5 tahun bermasalah dengan tetanggannya akhirnya terselesaikan dengan meditasi (meditasi cahaya).

Tiap kali kita menemukan konflik dengan seseorang, apa yang harus kita lakukan adalah kita harus semakin tekun bermeditasi, berdoa kepada Baba. Apapun kesusahan yang kita dapatkan, adalah untuk meningkatkan kualitas hidup kita, untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. 
(Ket : kita jadikan konflik dan kesulitan sebagai energi bahan bakar semangat kita untuk melakukan doa dan meditasi sehingga kualitas hidup kita semakin bertumbuh).

Tahun 1947, British keluar dari India hanya oleh seorang tua yang bertongkat. Ia mampu mengumpulkan begitu banyak orang dengan cinta kasih. Dan keajaiban nyata terjadi di India pada 1947 . hanya dengan 1 (satu) orang tua yang sederhana, yang berjalan memegang tongkat, dengan kesabarannya, dengan cinta kasihnya, dengan tanpa kekerasan, dengan tanpa senjata, dia bisa mengusir penjajahan Inggris dari India, dialah Mahatma Gandhi.

Bila kita renungi, telah banyak sekali masalah besar yang bisa diselesaikan tanpa harus melibatkan rasa marah. Jadi tirulah cara-cara hebat tanpa kemarahan yang sudah dilakukan oleh tokoh besar di masa lalu. Bro.Suresh dalam kehidupannya pun penuh tantanngan, Beliau bawa kembali semua itu kepada Swami.

Bila kita perhatikan, dalam keluarga Shiva banyak sekali potensi konflik. Tikus dan gajah saling bermusuhan, burung merak dengan ular, lembu dengan harimau, singa juga bermusuhan. Namun dihadapan Shiva (Tuhan) semua menjadi penuh keharmonisan. Ini memberikan pesan kepada kita, (walaupun kita berbeda, memiliki tabiat dan pandangan berbeda) singkirkanlah permusuhan, jadilah satu keluarga yang harmonis.

 

KISAH PARA BHAKTA YANG MENGALAMI KONFLIK

Jangan memusnahkan musuh, musnahkanlah rasa permusuhan, sehingga orang yang tadinya kita anggap musuh sekarang bisa menjadi teman kita. Ada kisah tentang ini. Ada bhakta yang protes ke Swami karena pengurus Sai Centernya tidak baik. Swami bilang "ganti dia" maka digantilah orang itu. Yang dimaksud Swami sebetulnya adalah "ganti perangainya".

Kisah yang kedua. Suatu hari seorang murid datang kepada Bro Suresh, murid tersebut menceritakan bahwa apa-apa yang dilakukan selalu salah di mata keluarga. Bro. Suresh kemudian bertanya, apakah ada masalah dalam keluarganya. Awalnya ia tidak mau cerita tapi akhirnya berkata bahwa keluarganya minta ia menikah.

Bro. Suresh menyarankan ia berdiskusi dengan keluarganya dengan baik untuk mencari solusi, misalnya ia akan menikah tapi diperbolehkan untuk menyelesaikan Ph.D-nya. Keluarga setuju, dan beberapa bulan setelah menikah ia berhasil menyelesaikan Ph.D-nya.

 

IV. KEMARAHAN ADALAH TANDA ADA HAL YANG HARUS DIPERBAIKI DI DALAM DIRI KITA.

Jadi kemarahan adalah tanda ada kelemahan dalam kehidupan kita (di dalam diri kita). Tiap hari Bro.Suresh menyelenggarakan sathsang dengan banyak bhakta. Topicnya sama yaitu kemurnian. Bila kita memahami kemurnian, bahkan virus corona pun dapat kita atasi. Pemikiran kita harus kita ubah dari (berharap terjadinya) perubahan luar menuju perubahan di dalam diri.

Bila kita selalu berpikir bahwa kita di pihak yang benar, dan yang lain di pihak yang salah, inilah yang menimbulkan konflik.

Pandangan inilah yang harus kita hindari. Bawa selalu ke dalam (memandang melalui perenungan dan menggunakan kebijaksanaan kita).

Proses transformasi layaknya seperti melihat baju kita yang kotor, lalu kita masukkan ke mesin cuci.

Begitu juga, kita harus melihat (melihat, mengamati, mengakui) kekurangan diri kita sehingga kita kemudian berniat untuk berubah.

Dengan semangat kemurnian, metode dan latihan yang telah dibagi dalam sathsang ini, perubahan pasti akan terjadi.

 

SEKIAN SESI III, Rabu 20 Mei 2020.

Om Shanti Shanti Shanti Om