PENGURBANAN KEPADA TUHAN (29)

Pertanyaan : Bhagavan, perbuatan yang bagaimana, yang merupakan pengurbanan untuk Tuhan ?

Bhagavan : Sesungguhnya semua kegiatan merupakan pengurbanan bagi Tuhan bila perbuatan itu termasuk dalam ketiga golongan di bawah ini :


  1. bila engkau menggunakan dunia untuk memuja Tuhan,
  2. bila engkau bekerja untuk membina kedamaian dan keadilan dalam masyarakat,
  3. bila engkau mengendalikan dan menyelaraskan fungsi-fungsi tubuhmu.​​​

Kegiatan dalam golongan pertama sama dengan upacara pengurbanan (yajña). Kegiatan dalam golongan kedua merupakan amal (dana punia), dan kegiatan dalam golongan ketiga merupakan olah tapa. Semua perbuatan manusia harus disalurkan ke arah tujuan ini.

Prema Vahini Bab 7

NAMA TUHAN YANG BISA DIGUNAKAN SAAT BERJAPA (30)

Pertanyaan : Bhagavan, nama Tuhan yang mana, yang bisa kami gunakan dalam berjapa ?

Bhagavan :“Banyakv orang bertanya kepada KU, “Swami! Berilah saya Namam (nama Tuhan), yang bisa saya gunakan untuk japa”. Ambilah Namam yang engkau sukai, Namam apa saja, (Nama) yang menarik bagi mu. Semua nama-Nya sama manisnya. Hanya karena kurangnya kecerdasan yang akan menganggap nama yang satu berbeda dengan yang lainnya”¹
Swami menekankan, “Nama Tuhan memiliki banyak kemujaraban. Dengan mengulangi Nama Tuhan, Tuhan dan atribut-Nya dapat dengan mudah diidentifikasi. Lidah harus disucikan dengan pengulangan Nama. Lidah juga harus digunakan untuk ekspresi yang manis, yang akan menyebarkan kepuasan dan sukacita. Berhati-hatilah dengan ucapan. Hewan punya tanduk, serangga memiliki sengatan, dan binatang memiliki cakar dan taring. Tapi, manusia memiliki senjata terbesar yaitu lidahnya. Luka yang disebabkan oleh lidah sulit untuk disembuhkan; dia membusuk di dalam hati untuk jangka waktu yang lama. Mereka bisa mengakibatkan kesurakan bahkan lebih hebat dibandingkan bom atom.”² “Mulai dari sekarang dan selanjutnya disiplin Naamasmarana (Mengulang Nama suci Tuhan), mengingat Nama Tuhan yang tak henti-hentinya melalui Nama Tuhan. Tidak perlu waktu khusus; bisa dilakukan kapan saja, di tahap bangun, baik Anda sedang mandi atau makan, berjalan atau duduk. Semua waktu sekarang dihabiskan untuk bergosip, menonton pertandingan olahraga atau film, dalam percakapan yang kosong, dapat diganti dengan yang terbaik yaitu digunakan untuk merenungkan Nama, Bentuk, dan Kemuliaan Tuhan.”³

Sumber : 1.Sathya Sai Speaks vol 5, p 33. 2.Sathya Sai Speaks, v014, p118. 3. Sathya Sai Speaks, vol 3, ch 14.

BHAKTI KEPADA ORANG TUA (1) (31)

Pertanyaan : Bhagavan, bagaimana seharusnya sikap kami (Bhakta Sai) kepada orang tua kami ?

Bhagavan :“Berbicaralah dengan lembut dan menyenangkan. Berbicara dengan menggunakan kata-kata kasar, bahkan kepada ibumu akan menghancurkan dirimu sendiri. Perlakukan ibu, ayah sebagai Tuhan. Engkau harus menghormati orang tuamu walaupun engkau telah menikah, karena mereka melahirkan dan membesarkanmu. Ibu harus diberikan tempat pertama, engkau harus berbicara kepadanya dengan lembut, manis dan penuh hormat”.
“Kitab suci meminta kalian untuk menghormati dan memuja orang tua kalian. “Mathru Devo Bhavo, Pithru Devo Bhavo”, itulah ajaran yang ada di dalam kitab suci. Ya, bagaimana lagi cara kalian dapat untuk mengucapkan terimakasih kepada mereka ? Apa lagi yang dapat kalian beri sebagai gantinya selain kasih dan pelayananmu ? Renungi dan pikirkan tentang semua kepedulian, semua kasih sayang, semua penderitaan, semua rasa lapar, dan kecemasan yang orang tua kalian hadapi demi untuk kepentingan kalian. Jadilah baik, lembut dan manis kepada mereka. Jangan kasar dan tanpa hormat kepada mereka. Cobalah persembahkan kemampuan terbaikmu untuk membuat mereka berbahagia, patuhilah mereka, karena mereka lebih mengetahui dirimu tentang dunia dan bahayanya. Itulah cara memuja mereka”

Sri Sathya Sai Baba, 1969

BHAKTI KEPADA ORANG TUA (2) (1)

Pertanyaan : Bhagavan, bagaimana seharusnya sikap kami (Bhakta Sai) kepada orang tua kami ?

Bhagavan :“Selalulah merawat orang tuamu dan jangan pernah berteriak kepada mereka, hal ini akan membuat Svami menjadi sangat senang. Semua pemuda Sai seharusnya mencoba untuk berbicara lembut dan ramah kepada kedua orang tua kalian, tidak masalah apa yang terjadi di masa lalu. Berbicaralah kepada mereka dengan nada kasih, dan lembut”.
“Ketika orang tua telah memberikan segala jenis perlindungan dan mengorbankan kesenangan mereka merawatmu, dan jika kalian malah sebaliknya memperlihatkan kelakuan tidak hormat kepada mereka, maka Bhagavan juga tidak senang denganmu. Orang tua memenuhi keinginan dan kebutuhan materi kalian, dan jika kalian tidak dapat menghormati mereka, lantas bagaimana mungkin kalian bisa menghormati dan menyayangi Bhagavan ? Bagaimana caranya engkau menyenangkan Bhagavan jika engkau tidak bisa menyenangkan kedua orang tuamu?” – Sri Sathya Sai Baba, 1977 “Hormati dan pujalah kedua orang tuamu, maka Bhagavan sendiri akan mewujudkan diri dihadapanmu, dan memberkati kalian dengan berkat dan karuniaNya”.

Sri Sathya Sai Baba, 1977

MEMPERSEMBAHKAN MAKANAN KEPADA TUHAN (2)

Pertanyaan : Mengapa kita sebaiknya mempersembahkan makanan kepada Tuhan sebelum kita makan ?

Bhagavan :“Semua makanan berasal dari Tuhan. Karena makanan datang dari Tuhan (Brahman), makanan harus dipersembahkan kepada Tuhan dan baru kemudian dimakan. Maka (dengan demikian) makanan menjadi makanan yang _satwik_.
Ada berbagai hal yang tidak murni yang terdapat pada biji-bijian dan sayuran yang engkau beli, ini (yang kemudian) masuk ke dalam dirimu (ketika kita memakannya). Untuk menghilangkan berbagai jenis kerusakan (yang disebabkan oleh ketidakmurnian) yang berhubungan dengan makanan (ket : cara mendapatkan, proses memasak, vibrasi serta pengaruh buruk, dan lain-lain), maka persembahkanlah makanan tersebut kepada Tuhan dan kemudian ambil bagian dari makanan tersebut sebagai _Prasadam_ . Ketika makanan dipersembahkan kepada Tuhan (Naivedyam), tidak akan ada lagi cacat di dalamnya. Meera adalah pemuja besar Sri Krishna. Dia selalu mempersembahkan segala sesuatu kepada Tuhan sebelum mengambil bagian itu. Ketika Maharana meminta rekan-rekannya untuk memberikan susunya yang sangat beracun, Meera tidak menyadari itu. Seperti kebiasaannya, dia mempersembahkan susu itu kepada Sri Krishna dan mengambilnya, dan itu tidak membahayakannya. Apapun jenis makanannya, jika dipersembahkan kepada Tuhan, ia akan berubah menjadi nektar, bahkan jika makanan tersebut adalah makanan yang beracun.

(Divine Discourse, “My Dear Students”, Vol 2, Chapter 2)

MAKNA MAHASIVARATRI (3)

Pertanyaan : Apakah pelajaran yang dipetik dari hari Mahasivarathri ?

Bhagavan : Pelajaran dari Sivarathri adalah bahwa manusia harus menumbuhkan pikiran, gagasan yang baik dan suci. Mereka harus memenuhi pikiran (niat, keinginan, perasaan, gagasan) dengan kualitas ketuhanan.
Mereka harus berusaha mengalami penyatuan dengan Yang Ilahi, dengan merenungkan kualitas keilahian yang menjadi pembawaannya. Jika engkau terus-menerus menyebut nama Tuhan, realisasi Tuhan akan segera tiba. Apa pun hal-hal lain yang mungkin telah mereka (manusia) miliki, manusia menderita karena kurangnya kualitas kedamaian dan kebahagiaan. Keduanya hanya dapat diperoleh dari Tuhan. Untuk kedua hal inilah manusia harus berdoa kepada Tuhan dan bukan untuk hal lain, karena hanya Tuhan yang bisa mengkaruniai kedua hal tersebut (kedamaian dan kebahagiaan). Ketika kedua hal ini dihadirkan (di dalam diri), semua hal lain akan datang atas kehendak dan kasih karunia Tuhan. Orang-orang harus memiliki kerinduan kepada Tuhan. Semua keinginan yang lain tidak berharga.

Divine Discourse: 26 Feb 1998

KARUNIA TUHAN (1) (4)

Pertanyaan : Bhagavan, apakah itu karunia Tuhan dan bagaimanakah cara meraihnya ?

Bhagavan : Prasadam bermakna karunia yang mengalir dari Tuhan ketika Ia diambil hatiNya (berkenan denganmu).
KaruniaKU senantiasa bersamamu, ini bukanlah sesuatu yang diberikan atau diambil. KaruniaKU selalu dianugerahkan dan diterima oleh kesadaran agung (dalam diri manusia) yang mana ia selalu mengetahui dan menyadari hal ini. Carilah karunia dari kesadaran agungmu sendiri, sehingga hal ini memungkinkan engkau menerima karunia Tuhan yang telah tersedia. Tuhan tidak menyangkal siapapun, yang ada adalah engkau yang menyangkalNya. Ketika hadiah disodorkan kepadamu, engkau harus melakukan tindakan kecil, sehingga engkau bisa mendapatkan hal tersebut, engkau harus mengulurkan tanganmu untuk menerimanya. Itulah karuniaNya, karuniaNya sendiri akan memberikanmu keyakinan dan kekuatan, kebijaksanaan dan sukacita

SSS. Vol.11, hal.92-93