UKURAN UTAMA DARI KEGIATAN SEVA (15)

Pertanyaan : Bhagavan, apakah ukuran utama dari Tuhan terkait kegiatan seva yang kami lakukan ?

Bhagavan :Ukuran utama dari kegiatan seva yang dilakukan adalah semangat pengorbanan. Egoisme harus menjadi sifat buruk pertama yang dikorbankan.
Membuang perasaan yang buruk itu pun merupakan pengorbanan, dan pengorbanan dalam hal tersebut akan menjadi keberuntungan orang tersebut. Pengorbanan tidak berarti bahwa engkau harus meninggalkan harta milik, keluarga, dan kenyaman rumah tangga dengan menempuh hidup sebagai pertapa di hutan. Ambillah Hanuman sebagai teladan dalam hal seva. Ia mengabdi Sri Rama, sang pangeran Dharma, tanpa menghiraukan segala halangan. Walaupun Ia perkasa, terpelajar, dan penuh kebajikan, Ia sama sekali tidak sombong. Ketika Ia nekat memasuki Langka dan ditanya identitasnya oleh para raksasa, dengan penuh kerendahan hati Ia memperkenalkan diriNya sebagai abdi Rama (Dasoham Kosalendrasya). Itu adalah contoh yang mulya tentang peleburan ego yang harus terjadi pada kita sebagai hasil kegiatan seva yang kita lakukan. Tidak seorang pun dapat melayani orang lain bila egonya merajalela. Sikap saling membantu dan pengabdian tanpa pamrih meningkatkan sifat-sifat kemanusiaan dalam diri seseorang dan membantu memupuk keilahian yang terpendam di dalam dirinya. Kasih harus tumbuh dari setiap detik sadhana. Kasih itu harus memperindah setiap perkataan, perbuatan, dan pikiranmu.

Karma Yoga (Yoga of Action), Bab VI dan VIII).

TAHUN MENJADI BARU, HARI MENJADI SUCI KETIKA ENGKAU BERSADHANA (16)

Pertanyaan : Bhagavan, apa hal yang kami harus perhatikan ketika menginjak hari di tahun baru ?

Bhagavan :Tahun menjadi baru, hari menjadi suci, ketika engkau menyucikannya dengan praktik spiritual (sadhana), bukan sebaliknya.
Sadhana hanya bisa tumbuh di ladang yang dipupuk oleh cinta kasih. Cinta kasih (prema) adalah wujud dari bhakti. Cinta yang engkau miliki sekarang terhadap benda-benda material, nama, ketenaran, istri, anak-anak, dan lain-lain, harus disucikan dengan dilandasi lebih kuat oleh perasaan cinta kasih kepada Tuhan. Biarkan tetes kecil kecintaanmu kepada hal-hal materi bergabung dengan aliran cinta kasih untuk Tuhan dan dimuliakan. Mohonlah cinta kasih Tuhan untuk memenuhi dan menggetarkan hatimu, sehingga kemudian engkau tidak dapat membenci siapa pun, engkau akan menghindari persaingan yang tidak sehat, engkau tidak akan menemukan kesalahan pada diri siapa pun. Hidupmu kemudian menjadi begitu lembut, manis dan berjalan lancar.

Divine Discourse: 1 January 1967

KEUTAMAAN KEHENINGAN DAN BAGAIMANA BERBICARA (1) (17)

Pertanyaan : Bhagavan mohon perkenan menjelaskan perihal utamanya keheningan dan bagaimana kami harus berbicara ?

Bhagavan :Sebelum kalian berbicara pikirkanlah apakah perlu berbicara (apakah bermanfaat), apakah benar apa yang engkau katakan, apakah baik bila mengatakannya, akankah menyakiti seseorang, dan akankah (hal tersebut) meningkatkan keheningan ?
Langkah awal dalam sadhana adalah menyucikan ucapan. Berbicaralah penuh kelembutan tanpa kemarahan. Jangan menyombongkan kesarjanaan dan keberhasilanmu. Jadilah rendah hati, berhasrat untuk melayani, hematlah perkataanmu. Praktekkan hening dan diam. Hal ini akan menyelematkanmu dari pertengkaran, perpecahan atau membuang-buang ide atau gagasan yang tidak perlu.

Sri Sathya Sai Baba, 1961

KEUTAMAAN KEHENINGAN DAN BAGAIMANA BERBICARA (2)(18)

Pertanyaan : Bhagavan mohon perkenan menjelaskan perihal utamanya keheningan dan bagaimana kami harus berbicara ?

Bhagavan :Hening dan diam adalah bahasa dari orang-orang yang telah mencapai pencerahan, praktekkan sikap tidak berlebih-lebihan dalam berbicara. Hal ini membantumu banyak hal. Keheningan dan diam meningkatkan kasih sayang. Lidah berpotensi besar melakukan empat kesalahan : menguacapkan kebohongan, mencari kesalahan pada orang lain, berbicara yang berlebihan dan berbicara yang mencela. Semua ini harus dihindari jika menginginkan shanti pada individu dan masyarakat – Sri Sathya Sai Baba, 1958.
Kalian dapat merasakan kehadiran Tuhan apabila adanya keheningan. Dalam keadaan bingung seperti pasar, kalian tidak akan mendengar langkah kakiNya. Beliau adalah Sabdabrahman, bergema ketika semuanya diliputi oleh keheningan. Oleh sebab itu, Aku mendesak adanya keheningan, yaitu berbicara yang lembut dan seperlunya. Berbicaralah dengan perkataan yang penuh kelembutan, sedikit, berbisik dan benar. Ujilah setiap tindakanmu dan lakukanlah (tindakan tersebut) dengan sedikit suara. Jangan berteriak pada orang yang berdiri jauh darimu, dekatilah ia atau berikan isyarat kepadanya untuk mendekatimu. Mengucapkan perkataan yang keras adalah sebuah pelanggaran terhadap kesucian yang ada di langit, sama dengan pelanggaran terhadap kesucian yang ada pada tanah dan air. – Sri Sathya Sai Baba, 1966. Berbicaralah dengan penuh kelembutan, manis, tanpa adanya kedengkian di dalam hatimu. Berbicaralah seperti kalian berbicara pada Sai yang ada di dalam diri setiap individu – Sri Sathya Sai Baba, 1959.

(Dikutip dari Ideal Sai Youth – Messenger of Sai Love)

MENUNDA SADHANA KARENA KESIBUKAN ?(19)

Pertanyaan : Bhagavan, kami merasa hidup kami begitu penuh dengan kesibukan, kesibukan dalam keluarga dan pekerjaan, sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan japa dan meditasi. Bolehkah kami menunda japa dan meditasi sampai ada waktu atau saat tua nanti ?

Bhagavan :Jika engkau memberi alasan bahwa engkau tidak punya waktu untuk melakukan japa dan meditasi. Aku akan mengatakan bahwa kemalasanlah yang menyebabkan engkau memberi alasan tersebut. Bagaimana mungkin tugas yang lebih rendah menuntut waktu yang secara sah diperuntukkan bagi tugas yang akan membawamu kepada tujuan kelahiran manusia di dunia ?
Singkirkan takhayul yang mengatakan bahwa meditasi dan japa dapat ditunda hingga tahun-tahun terakhir kehidupan. Saat ini merupakan waktu yang paling tepat bagi setiap orang, tidak ada waktu yang terlalu awal. Sebagaimana engkau memperhatikan kebutuhan jasmani, memberinya makan tiga kali sehari agar tetap sehat, demikian pula, gunakan sedikit waktu secara teratur setiap hari untuk menjaga kesadaran hatimu juga dalam keadaan baik. Jika engkau terus melakukan latihan spiritual ini, engkau akan merasa sangat damai dan sumber kekuatan baru yang amat kuat akan muncul di dalam dirimu. Setelah beberapa waktu, pikiran dan perasaanmu akan menetap pada nama Tuhan, di mana pun engkau berada dan apa pun yang engkau lakukan. Kedamaian dan sukhacita akan menjadi sahabatmu yang terpisahkan. Gunakanlah waktumu untuk meditasi, japa, atau melakukan namasmaranam, dengan sungguh-sungguh, karena damai dan kebahagiaan tidak dapat ditemukan pada sesuatu yang lahiriah. Mereka adalah harta yang tersembunyi di dalam bhatin manusia. Dalam setiap tarikan nafas, ucapkan nama Tuhan, dan dengan setiap hembusan nafas, ucapkan nama Tuhan. Hiduplah dalam Tuhan, dengan Tuhan dan untuk Tuhan.

Sadhana, Inward Path : 98-99; 11; 36.

DUA CARA MELAKUKAN NAMASMARANAM (20)

Pertanyaan : Bhagavan, mohon perkenan menjelaskan tentang namasmaranam ? Bagaimana cara kami menyebut namaMu ?

Bhagavan :Engkau mungkin telah mendengar bahwa Aku berbicara tentang Naamasmaranam dan buahnya (rasa manis manfaatnya). Bagaimana kebiasaan ini mampu secara perlahan-lahan mentransformasi karakter dan nilai-nilai hidupmu, melembutkan dirimu, serta membawamu mendekati tujuan.
Nah, ada dua cara untuk melakukan ini : dengan japa maala, menghitung manik japa secara otomatis, dengan hitungan mekanis tertentu, dengan tepat dan hati-hati, dan menjadikan ini sebagai rutinitas sehari-hari dalam hidup. Atau, mengulangi nama, dengan tidak memperhitungkan jumlah target, namun meresap penuh pada bentuk dan atribut Ilahi yang diwakilinya, kemudian terus mencicipi, menikmati kebahagiaan di dalam namaNya, menikmati manis (keagungan bentuk)Nya dan terserap penuh (lebur) dalam iramaNya. Tentu saja, engkau akan mendambakan manisnya nama Tuhan, hanya ketika engkau menyadari rasa sakit akibat kemiskinan rohani. Ketika engkau menyadari penderitaan dari kebiasaan mengumbar urusan duniawi secara berlebihan, maka engkau tidak akan dapat menikmati manisnya nama dan bentukNya. Pikiran adalah pembuat kekacauan, saat ia melompat dari keraguan ke keraguan, ia menempatkan rintangan di jalan. Ia sendiri menjalin jaring, lalu terjerat sendiri di dalamnya. Ia selalu tidak puas. Ia mengejar seratus hal, lalu menjauhi seratus hal (penuh riak keinginan dan sangat sibuk-red). Ini seperti seorang pengemudi dengan seorang bos di dalamnya, mobil bergerak kemana pun sesuai keinginan sang supir. Maka dari itu, ambillah tugas untuk melatihnya dalam ketaatan batasan tertentu. Ia bisa dididik, jika engkau tahu cara mendidiknya. Tempatkan di hadapannya hal yang baik. Begitu ia menyadari nilai dari Naamasmarana, ia akan taat untuk terus mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan. Jadi saat ini mulailah (ber-naamasmaranam). Ini adalah Ajna-Ku (perintahKu) untuk engkau hari ini.

Sathya Sai Speak 2 Bab 3.Believe in yourself

BHAKTI KEPADA TUHAN (1) (21)

Pertanyaan : Bhagavan, mohon perkenan menerangkan perihal jalan bhakti kepada Tuhan (1).

Bhagavan :Bila engkau berbhakti kepada Tuhan dengan sepenuh hati, dengan pengabdian yang tulus dan murni, Ia akan melindungimu dengan segala cara sepanjang waktu. Seperti seorang ibu melindungi bayinya, seperti induk sapi menyelamatkan anaknya dari bahaya, seperti kelopak mata menjaga biji mata, demikian pula dengan mudah dan otomatis Tuhan akan melindungi engkau.
Bila bayi itu tumbuh menjadi orang dewasa, ibunya tidak akan mencurahkan perhatian yang demikian besar untuk menjaga keselamatannya. Demikian pula Tuhan, Ibu Ilahi, tidak terlalu memperhatikan orang-orang yang telah mencapai kesadaran diri yang sejati. Tetapi mereka yang memuja Tuhan dengan wujud adalah seperti bayi bagi Tuhan. Mereka tidak memiliki kekuatan selain kekuatan Tuhan. Bagi seorang jnani, kekuatannya sendiri cukup memadai. Karena itu, sebelum engkau dapat mengandalkan kekuatan spiritualmu sendiri, engkau harus menjadi bayi di tangan Tuhan, seperti mereka yang memuja Tuhan dengan wujud. Tidak seorang pun dapat memuja Tuhan yang tidak berwujud bila sebelumnya tidak memuja Tuhan yang berwujud. Karena itu, mulailah seperti bayi di pangkuan ibu hingga engkau tumbuh menjadi dewasa dan mencapai kesadaran diri yang sejati. Kemudian engkau dapat bertumpu pada kekuatanmu sendiri dan bebas. Namun, dalam kedua tingkat itu engkau memiliki sumber kekuatan yang sama, yaitu Ibu Ilahi. Engkau sungguh beruntung bila dapat memahami rahasia jalan kebhaktian ini.

Pancaran Kasih Ilahi (Prema Vahini) , Bab XXIII.