30. Sifat-Sifat yang Harus Ditingkatkan oleh Sādhaka
Setiap orang dapat melakukan kesalahan tanpa sengaja. Betapa pun terangnya suatu nyala api, akan ada asap yang mengepul dari situ. Demikian pula perbuatan baik apapun yang dilakukan seseorang akan tercampur dengan sedikit keburukan. Engkau harus berusaha agar keburukannya diperkecil, sehingga kebaikannva lebih banyak dan kejelekannya lebih sedikit. Tentu saja dalam situasi dunia sekarang ini mungkin engkau tidak langsung berhasil dalam usaha yang pertama. Engkau harus dengan hati-hati mempertimbangkan akibat dari apa pun juga yang kaulakukan, kauucapkan, atau kaulaksanakan. Sebagaimana engkau ingin orang lain memperlakukan engkau, demikian pula engkau harus terlebih dahulu memperlakukan orang lain. Sebagaimana engkau ingin agar orang lain mencintai dan menghormati engkau, demikian pula engkau harus mencintai dan menghormati mereka. Hanya kemudianlah mereka akan menghormati engkau. Sebaliknya, bila engkau sendiri tidak menghormati dan mencintai orang lain, jika engkau mengeluh bahwa mereka tidak memperlakukan engkau dengan sepatutnya, pasti perkiraanmu itu merupakan anggapan yang keliru. Di samping itu, ada orang yang menasihati orang lain mengenai prinip-prinsip kebenaran, kebajikan, dan tentang sifat-sifat kelakuan yang terpuji. Andaikata mereka mengikuti nasihatnya sendiri, mereka bahkan tidak perlu memberikan nasihat tersebut. Orang-orang akan mempelajari hal itu hanya dengan memperhatikan (tingkah laku) mereka. Bila engkau nasihati orang lain dengan mengutip ayat- ayat kitab suci seperti burung beo, tanpa berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupanmu sehari-hari, maka engkau tidak hanya menipu orang lain, tetapi bahkan lebih buruk dari itu, engkau menipu dirimu sendiri. Karena itu, engkau harus bersikap dan bertingkah laku sedemikian rupa sebagaimana engkau ingin orang lain juga bersikap dan bertingkah laku demikian pula. Bukanlah sifat seorang sādhaka untuk mencari kesalahan serta cacat cela orang lain dan menyembunyikan kesalahan serta cacat celanya sendiri. Bila ada orang yang memberitahu engkau bahwa engkau melakukan suatu kesalahan, jangan membantah dan berusaha membuktikan bahwa engkau benar, jangan pula sakit hati lalu menaruh dendam kepadanya. Pertimbangkan dan pikirkanlah hal itu. kemudian berusahalah memperbaiki kelakuanmu. Sebaliknya, bila engkau mencari-cari alasan untuk membenarkan kelakuanmu atau berusaha membalas dendam pada orang yang mengkritik engkau, jelaslah bahwa engkau tidak bertindak sebagai seorang sādhaka atau bhakta.
Berusahalah agar bergaul dengan mereka yang jujur dan riang, hindarkan semua pikiran yang menyedihkan dan mematahkan semangat. Kemurungan, keraguan, dan kesombongan, adalah seperti Rahu dan Ketu (ular mitologi yang menelan bulan dan matahari dalam gerhana bulan dan matahari) yang menganggu peminat kehidupan rohani. Bila bhaktimu kepada Tuhan benar-benar mantap, sekalipun hal ini muncul, engkau akan dapat menyingkirkan pengaruh- pengaruh buruk ini dengan mudah. Tetapi sebelum itu, gangguan tersebut dapat membahayakan usaha spiritualmu.
Yang terpenting, selalulah tersenyum riang dan penuh semangat dalam segala keadaan. Sikap yang murni seperti ini bahkan lebih penting daripada bhakti dan pengetahuan tentang Tuhan. Mereka yang murni dan selalu riang menghadapi kehidupan patut menjadi orang yang pertama mencapai tujuan. Sifat periang sepanjang waktu ini merupakan buah karma baik yang telah dilakukan dalam berbagai kehidupan yang lampau. Bila seseorang selalu cemas, murung, sedih, dan bimbang, ia tidak akan pernah dapat mencapai kebahagiaan, apa pun juga latihan spiritual yang dilakukannya. Karena itu, tugas pertama yang harus kaulakukan sebagai seorang sādhaka adalah berusaha agar selalu penuh semangat. Dengan semangat ini engkau akan dapat memperoleh kebahagiaan apapun yang kaucari. Jangan bangga bila engkau dipuji atau patah semangat bila dicela. Jadilah singa spiritual, tidak terpengaruh oleh sanjungan dan kecaman. Engkau harus wawas diri dan memperbaiki kesalahan serta cacat celamu sendiri. Ini sangat penting.
Kini, bahkan dalam soal yang berhubungan dengan usaha untuk mencapai kesadaran Tuhan, engkau harus berhati-hati. Apapun juga kesulitan yang kauhadapi, engkau harus berusaha meneruskan latihan rohanimu tanpa terputus dan tanpa mengubah disiplin (yang telah kauikuti). Jangan mengganti nama Tuhan yang telah kaucintai, kauhormati, dan kaupilih untuk diingat serta diulang-ulang. Engkau tidak akan dapat berkonsentrasi bila nama Tuhan yang kaupilih, kauganti tiap berapa hari. Pikiranmu tidak akan terpusat. Semua latihan rohani bertujuan untuk mencapai pemusatan pikiran ini. Karena itu, jangan terus menerus memilih dan mengganti bermacam-macam nama serta wujud Tuhan; satu nama Tuhan harus kaupilih dan kaugunakan seterusnya untuk japa dan meditasi. Bersamaan dengan itu, engkau harus mempunyai keyakinan yang teguh bahwa semua nama dan wujud Tuhan adalah sama dengan nama dan wujud yang kaugunakan untuk japa dan meditasi. Nama dan wujud yang kaupilih ini haruslah tidak menimbulkan rasa tak suka atau tidak sayang sedikit pun juga. Terimalah semua kehilangan serta kerugian duniawi, penderitaan dan kesusahan, hanya sebagai hal yang sementara dan cepat berlalu. Insafilah bahwa semua meditasi dan japa ini hanyalah untuk mengatasi kesedihan semacam itu. Pahamilah bahwa latihan spiritual membuat engkau dapat memisahkan yang nyata dari yang tidak nyata, sehingga engkau tidak bingung dan keliru menganggap itu sebagai ini, dan ini sebagai itu. Engkau harus mengerti bahwa kehilangan, kerugian, penderitaan, dan kesusahan, bersifat lahiriah, milik dunia ini. Japa dan meditasi adalah batiniah dan tergolong dalam alam kasih kepada Tuhan. Inilah bhakti yang murni. Jenis yang lain, bila sādhaka memilih satu nama dan wujud Tuhan, dan setelah beberapa waktu menggantinya, disebut bhakti yang tidak murni (Vyabhicara Bhakti).
Mengubah-ubah wujud Tuhan yang kaupuja tidaklah salah bila kaulakukan karena kurang mengerti. Tetapi, setelah mengetahui bahwa hal itu tidak baik dan berbahaya dan setelah melakukan meditasi serta japa kepada nama dan wujud tersebut, bila kemudian kauganti dengan nama dan wujud yang lain, jelaslah engkau melakukan kesalahan. Kesetiaan pada nama dan wujud Tuhan yang telah kaupilih adalah sumpah yang paling mulia, tapa yang mendalam. Walaupun misalnya ada orang tua-tua yang menasihati engkau agar berbuat demikian, jalan yang telah kaupilih jangan kaulepaskan sama sekali! Tetapi, orang tua atau guru macam apa yang akan memberimu nasihat agar mengganti nama dan wujud Tuhan yang kaupuja? Siapa saja yang memberimu nasihat semacam itu, tidak layak dianggap sebagai sesepuh atau guru. Anggaplah mereka sebagai orang bodoh.
Ketetapan dalam waktu dan tempat juga penting. Sedapat mungkin usahakan agar engkau melakukan meditasi serta japa pada waktu dan tempat yang sama setiap hari. Bila engkau sedang berada dalam perjalanan dan tidak dapat berada di tempat yang sama, setidak-tidaknya lakukan meditasi pada waktu yang sama. Seandainya pada jam meditasimu engkau sedang berada dalam kereta api, bus, atau tempat lain yang tidak enak, sekurang-kurangnya berusahalah mengingat meditasi dan japa yang biasanya kaulakukan pada waktu itu.
Bila engkau mengumpulkan harta spiritual dengan cara ini, pasti engkau akan menjadi orang suci dan mencapai kesadaran ātmā.