29. Ada Kegiatan dalam Keadaan tanpa Kegiatan
 Nikmatilah selalu kedamaian batin yang timbul bila segala gejolak mentalmu berhenti, Jangan biarkan pikiran dan perasaanmu berlari mengejar hal ini atau itu. Latihlah agar ia hening dan tenang. Jauhkan dirimu dari reaksi mental yang disebabkan oleh kontak dengan dunia luar. Kemudian engkau dapat menjadi sekedar eksistensi (sat). Itulah keadaan (kesadaran) seorang muni 'pertapa yang menyadari Tuhan di dalam batinnya', yaitu keadaan kesadaran yang melampaui persepsi indera dan dalam keadaan itu kekuatan indera tidak mempengaruhinya lagi. Itulah tujuan hidup yang sesungguhnya.
 Kitab suci menyebut tentang sumpah mounam 'diam, tidak berbicara'. Tetapi apakah sebenarnya yang dimaksud dengan mounam? Artinya bukanlah sekadar tidak berbicara. Mounam adalah berada di luar pengaruh semua indera dan selalu menetap dalam kesadaran realitas diri sejati. Kebahagiaan jiwa yang dihayati terus menerus juga merupakan kedamaian yang langgeng. Bila pikiran dan perasaan manusia ditarik mundur dari dunia luar (dan diarahkan pada dirinya yang sejati), lidah pun menjadi diam dan semua indera ikut hening, itulah mounam yang sejati.
 Tingkat keheningan ini tidak dapat diuraikan dengan kata-kata; tidak dapat diberitahukan kepada orang lain sebagai begini atau begitu. Keadaan itu hanya dapat dialami sendiri. Keheningan sejati adalah wujud atau kenyataan Tuhan Mahatinggi yang melampaui seluruh dunia yang kasat mata ini. sadhaka yang telah mencapai keheningan ini akan berada dalam kedamaian dan kebahagiaan tertinggi. Bila kegiatan akal budimu dihentikan dan diheningkan, kemudian akal budimu beristirahat di dalam Tuhan, engkau akan diliputi oleh (kesadaran)Tuhan. Engkau harus mengamati dunia ini seakan-akan melihatnya dari kejauhan dengan sikap yang tulus, tidak mengharapkan apa-apa, atau tidak berkepentingan sama sekali. Alam dunia hanya dapat diatasi dengan cara ini. Orang semacam itu akan dapat melepaskan diri dari tipu muslihat akalnya yang menimbulkan keraguan, delusi, dan pandangan dualitas yang menyesatkan, yang menjauhkannya dari kenyataan atma.
 Meskipun demikian budi merupakan alat yang paling penting bagi manusia. Engkau harus membersihkannya dari karat dunia indera dan membuatnya bersinar dalam kecemerlangannya yang asli. Budi tidak boleh terombang ambing, resah, atau bahkan digiatkan, karena bila ini terjadi, dunia akan tampak beraneka ragam dan memiliki berbagai wujud. Bila budimu tenang, engkau akan diliputi kedamaian. Engkau akan tenggelam dalam teja 'cahaya cemerlang'. Engkau akan berada dalani kebahagiaan sempurna yang abadi. Tingkat ini juga disebut nirvikalpa mounam, yaitu 'manunggal dengan keheningan'.
 Karena itu, semoga setiap orang dari kalian, dengan menempuh hidup yang berdisiplin dan berusaha dengan tiada putusnya, dapat memperoleh kesadaran yang mantap akan kenyataan diri Jauhkan pikiran dan perasaanmu dari dunia yang kasat mata ini. Renungkan Tuhan selalu. Dapatkan kedamaian batin. Tinggalkan segala hubungan dengan alam indera. Penuhilah dirimu dengan kebahagiaan jiwa. Ketahuilah dirimu sebagai Yang Esa, tiada duanya.
 Inilah tahap ketika manusia tidak mengharapkan apa-apa lagi yaitu keadaan individu yang telah mencapai kesunyataan. Baginya tiada lagi (orang atau makhluk) lain, segala sesuatu yang ada adalah dirinya sendiri. Para rsi agung zaman dahulu: Rsi Suka, Sanaka, Sananda, dan lain-lainnya telah mencapai kebahagiaan rasa damai yang tiada bandingnya ini. Mereka tidak memiliki penderitaan, kesangsian, atau kebingungan karena mereka tidak memerlukan pemikiran atau penyelidikan batin lebih lanjut. Para rsi ini tidak cemas atau terganggu oleh pergantian dan perubahan karena mereka berada dalam kesadaran atma yang tiada berubah. Bila engkau telah mengecap manisnya kesadaran atma ini, engkau tidak akan pernah lagi memperhatikan pembicaraan yang lain atau perbantahan yang mengesalkan. Engkau tidak akan pernah lagi memikirkan gagasan-gagasan yang membingungkan engkau tidak akan pernah lagi tertarik pada kelekatan apa pun yang mengalihkan perhatianmu. Engkau akan berpegang teguh pada keyakinanmu Ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya yaitu: manusia memiliki viveka „kemampuan pertimbangan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang sementara dan yang kekal'. Karena itu ia harus selalu bertindak dengan menggunakan kemampuan pertimbangan tersebut. Meskipun dernikian, ada dua kekuatan yang meletakkan hambatan di jalannya:
- pengaruh orang-orang yang berada dalam kekaburan batin yang menyarankan dan mendorong agar manusia tidak melakukan kegiatan, dan
- para guru yang mengajarkan aliran filsafat Samkhya (aliran ini menyatakan bahwa segala kegiatan, segala karma, harus dihindari).
 Orang-orang kelompok pertama (yang berada dalam kekaburan batin) mungkin menghentikan semua kegiatan lahiriahnya, tetapi mereka tidak dapat menghentikan atau mengheningkan pikiran serta perasaannya; mereka tetap melakukan kegiatan dalam pikirannya. Karena itu, usaha mereka untuk tidak melakukan kegiatan (lahiriah) sebenarnya percuma saja, tidak ada artinya dan tidak nyata.
 Penganut filsafat Samkhya mengemukakan beberapa sanggahan untuk menentang kegiatan atau karma. "Karma menyebabkan pahala dan dosa, kebaikan dan kejahatan," karena itu, demikian kata mereka, ”Orang yang bijaksana harus menghentikan semua karma.” Dalam Bhagavad Gita Krsna menanggapi sanggahan ini dan Beliau menunjukkan jalan untuk mendapatkan manfaat karma serta menghindari akibat buruknya. Selanjutnya mereka yang menentang kegiatan berkata bahwa bila manusia melakukan karma, hasilnya adalah campuran suka duka dan untung malang. Karma membawa pelakunya ke surga, neraka, atau kembali ke dunia lagi, dengan kata lain, mengakibatkan suatu keadaan terikat. Karena itu, mereka mengimbau khalayak ramai agar menghentikan karma dan tidak melakukan kegiatan apa-apa. Bhagavad Gita juga mempunyai jawaban untuk sanggahan ini. Karma hanya akan mengikat bila dilakukan dengan pamrih, dengan keinginan untuk mendapatkan hasilnya. Sebaliknya, bila dilakukan tanpa memikirkan hasilnya, karma akan membawa manusia menuju kebebasan, menuju moksa; bahkan orang-orang yang telah mencapai kebebasan pun tetap melakukan karma walau mereka tidak memperoleh manfaat atau keuntungan apa pun dari kegiatan tersebut. Mereka melakukannya sekadar untuk membantu memajukan kesejahteraan dunia. Sesungguhnya apa pun yang dilakukan oleh orang yang telah mencapai kebebasan, secara otomatis pasti bermanfaat bagi kesejahteraan dunia. Bahkan setelah mencapai kedamaian batin pun manusia harus tetap melakukan karma, karena dengan kegiatan tanpa pamrih itulah kedamaian batinnya terpelihara.