RESUME SAIRAMA SESI KE 2

Rabu, 13 Mei  2020

Narasumber : Bro. Prof. Dr. Suresh Kumar A/L P Govind.

 

BAGIAN I

Beliau menyampaikan :

Hari ini (Rabu, 13 Mei 2020) adalah pertemuan kedua.

Sebagaimana sesi pertama bahwa setelah mendengar wacana Bhagavan, tahap berikutnya adalah kita mencoba mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian Brother Suresh ingin mendengarkan sharing dari peserta SAIRAMA terkait pengalaman perubahan yang dialami setelah mendengar/membaca wacana Svami.

(Karena terjeda, kemudian dilanjutkan ke wacana).

 

1. MEMBACA DAN PERUBAHAN (TRANSFORMASI)

Perubahan ini tidak hanya menunjukkan kita sekedar membaca/mendengar tetapi juga melangkah ke tahap berikutnya yaitu memahami, kemudian mempraktekkan pemahaman kita dalam kehidupan sehari-hari.

Bila kita tidak melangkah ke tahap berikutnya (pemahaman dan mempraktekkan) maka kita tidak bisa mempraktekkannya karena kita hanya sekedar membaca.

Perubahan ini bisa dilihat dari hal-hal seperti apakah kualitas kasih di dalam diri kita lebih kuat seperti lebih banyak dalam mengasihi keluarga, makan yang lebih sedikit.

 

Gambar 1

 

2. GAMBARAN KONDISI SAAT INI.

Di saat seperti ini pengendalian pikiran adalah hal penting.

(Gambaran dalam slide 2: Kondisi saat ini seperti gambar kebun binatang : dahulu manusia menonton hewan-hewan dalam kandang (kebun binatang), saat ini kitalah yang berada dalam kandang).

Kekhawatiran kita terbesar adalah tiadanya pengendalian pikiran.

 

Gambar 2

 

3. MEMBACA BUKU SPIRITUAL (WACANA SAI) DAN PROSES MEMAHAMI SERTA MEMPRAKTEKKANNYA ADALAH WUJUD CINTA/SAYANG KEPADA GURU (BHAGAVAN).

Gambar 3

Ketika membaca paragraf dalam buku spiritual (wacana Sai), mungkin pada umumnya kita hanya sekedar membaca, dan jarang masuk ke tahap perenungan/penghayatan.

 

DIAGRAM R.O.S.E. (Result Oriented Sathsang Experience) 

1) MEMBACA KE PERENUNGAN (REFLEKSI)

Yang sangat terpenting kita harus berniat apa yang kita baca (dalam wacana Sai) bisa kita munculkan dalam tindakan.

Untuk bisa muncul sebagai tindakan dari proses membaca, kegiatan membaca ini, dilanjutkan ke tahap pemahaman, lalu diintegrasikan pada pengalaman kita menjalani (tugas dan peran kita dalam) kehidupan.

Mengapa kita perlu melangkah ke tahap berikutnya, karena membaca wacana Sai adalah sebuah ajaran yang (tidak sekedar dibaca tetapi) yang harus direnungkan.

Tujuan kita hari ini adalah ketika kita membaca buku Baba, kita harus memandang bahwa wacana tersebut sebagai sebuah ajaran yang harus direnungkan.

Perubahan bisa kita lakukan secara pelan dan bertahap. Kita bisa berniat setiap minggu untuk berubah menjadi lebih baik.

Perubahan walaupun sedikit ini akan dapat kita lebih hayati. Penghayatan ini tidak saja bermanfaat untuk proses perubahan tingkah laku, tapi sejalan itu pemahaman kita akan inti ajaran Bhagavan juga meningkat.

(Proses perubahan) Ini adalah tanda sayang (cinta/bhakti) kita kepada guru kita Bhagavan Sri Sathya Sai Baba.

 

2) AJARAN SAI DIWARISKAN KEPADA KITA.

Bhagavan telah memberikan teladan cinta dan pengorbanan kepada kita, yang saat ini (secara fisik) telah (memutuskan untuk) mahasamadhi.

Setelah Svami memutuskan meninggalkan badan Beliau, maka yang ada di tangan kita sekarang adalah ajaran Beliau. Sehingga tak ada pilihan, kita harus melanjalankan ajaran Svami.

Bila kita mencintai Bhagavan, Bhagavan akan menyelamatkan hidup kita.

Diagram (R.O.S.E) ini adalah sebuah sistem, yang membawa dari membaca ajaran Sai, dibawa ke pemikiran (perenungan) kemudian tindakan.

Bila kita sedang membahas kharakter manusia, maka Svami selalu mengingatkan kita tentang kualitas perilaku atau tindakan.

 

Gambar 4

 

3) TANDA BHAVA SUDDHI (KEMURNIAN DALAM PERASAAN)

Kita harus menganggap semuanya adalah saudara. Dalam perjalanan kehidupan kita, mungkin ada dua atau tiga orang yang kita tidak suka, oleh karena dia (menurut kita) tidak baik.

Bhagavan mengajarkan kita melalui kata Bhava Suddhi yaitu kemurnian dalam perasaan.

Bhava Suddhi ditandai dengan bahwa kita mencintai semuanya, menganggap (merasakan/menyadari) semuanya adalah saudara.

 

4) INTERVIEW DENGAN BHAGAVAN

Apa tujuan kita menjalani kehidupan di dunia ini ? Bhagavan mengatakan adalah untuk mencapai/mengalami pencerahan.

Suatu hari Bro. Suresh mendapatkan sesi interview dg Bhagavan. Baba menyentuh kepala Bro. Suresh, menanyakan apa yang diinginkan Bro. Suresh.

Bro. Suresh menjawab bahwa beliau meminta pencerahan.

Bhagavan mengatakan suatu saat nanti. Namun Bro. Suresh mengatakan "Svami, saya mau sekarang".

Baba menyampaikan "Pencerahan itu bukanlah bisnis (transaksi jual beli)".

Kita harus melakukan kerja (tugas, peran, kewajiban kita), melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan. Bila ingin mencapai/mendapatkan pencerahan, maka kita harus memiliki perasaan bahwa baik teman maupun lawan adalah saudara.

 

5) DARI MEMBACA KEMUDIAN MERENUNGI SEBERAPA BESAR KUALITAS DAN KAPASITAS KASIH SAYANG DI DALAM DIRI.

Setelah mendapatkan nasehat bahwa kita harus menganggap semuanya adalah saudara, maka kita melangkah ke tahap refleksi ke dalam diri. Jadi dalam proses perenungan kita, kita harus menanyakan (mengukur) apakah saya sudah memiliki kasih sayang, seberapa besar kasih sayang yang saya miliki (sadari).

 

6) MENGUKUR KAPASITAS KASIH SAYANG

(Setelah membaca/menerima ajaran Svami bahwa kita harus merasakan/menganggap semua saudara, dan mencintai semuanya, kita bisa melakukan perenungan, misalnya).

Apakah bila atasan (boss) saya marah kepada saya, apakah saya masih bisa menyayanginya.

Bila kemudian dalam perenungan tersebut (wacana menganggap semua saudara) kemudian kita menyadari dan menemukan ada dua, tiga orang yang tidak kita suka, maka tindakan perubahan yang kita lakukan adalah menguhubungi orang yang memiliki perbedaan cara pandang tersebut dan meminta maaf (berkomunikasi, memperbaiki hubungan - diagram paling bawah, warna oranye).

Ada pengalaman seseorang di Malaysia. Ia berkonflik dengan tiga orang. Kemudian ia menghubungi ketiga orang tersebut, berkomunikasi dengan baik. Kemudian Bro. Suresh menanyakan apa perubahan yang dirasakan.

Lalu dijawab oleh orang tersebut bahwa hatinya lebih bahagia karena ia telah berkomunikasi dan meminta maaf (terlebih dahulu).

Jadi makna diagram ini adalah kita harus merealisasikan, harus ada tindakan untuk transformasi diri.

Cara membaca buku (wacana Sai) dg metode pendekatan diagram R.O.S.E ini memberikan manfaat dan keuntungan kepada kita.

 

BAGIAN II

1. MEMBACA WACANA SAI DENGAN TUJUAN MEMAHAMI

(Kembali Bro, Suresh mengingatkan tentang membaca wacana SAI).

Kalau kita hanya sekedar membaca kalimat demi kalimat, maka kita tidak akan menyadari (makna pesan Bhagavan yang disampaikan). Metode membaca itu ada cara biasa dan cara membaca dengan meniatkan, dan bertujuan untuk memahami apa yang Bhagavan ingin sampaikan kepada kita. Kita bisa merenungi paragraf demi paragraf sehingga pemahaman kemudian dapat kita dapatkan.

 

2. NAMASMARANAM (MENGUCAPKAN NAMA TUHAN)

(Kemudian Moderator dan Kord. Bid. Spiritual SSGI berbagi cerita dan pengalaman tranformasi diri yang telah dibagi oleh peserta SAIRAMA di Group WA (PR SAIRAMA).

Bro. Suresh memuji dan menanggapi dengan gembira setiap cerita perubahan peserta SAIRAMA. Kemudian Bro. Suresh menanggapi perihal kebiasaan namasmaranam yang dibangun dan diceritakan oleh beberapa peserta SAIRAMA).

Tujuan dari namasmaranam adalah Tri Karana Suddhi (kemurnian dalam pikiran, perkataan dan perbuatan).

Misalnya kita berlatih untuk mengucapkan "Raam, Raam, Raam". Pada awalnya mungkin kita hanya mengucapkan "Raam, Raam", namun lambat laun pikiran kita mulai bisa menghayatinya. Bila penghayatan sudah bisa dilakukan maka kita akan semakin merasa dekat (diistilahkan "seratus kali lebih dekat") dengan Baba, dan kita memiliki rasa syukur atas hal tersebut (atas kedekatan dan karuniaNYA).

Dalam mengucapkan nama Tuhan, kita mengulang-ulang namaNYA, tetapi bila kita menggunakan rasa (dalam mengucapkan), pikiran akan perlahan terpusat kepada masa kini. Penghayatan saat mengucapan nama Tuhan, membuat pikiran kita terpusat ke masa kini, tidak terombang ambing ke belakang (masa lalu) dan ke depan (masa depan), sehingga kita benar-benar bisa memaknai masa kini.

Dari kegiatan penghayatan ini, (menggunakan segenap perasaan ketika menyebut namaNYA), kita kemudian mencapai Jnana Siddhi (pencerahan, kebijaksanaan tertinggi).

 

3. KERINDUAN BHARATA DALAM MENGUCAPKAN NAMA RAAMA MENGANTARKANNYA DILIPUTI KUALITAS SRI RAAMA (ILAHI).

Bharata meletakkan sandal Sri Raama di singgasana, dan selalu menghormati sandal tersebut.

(Dalam menjalankan pemerintahan dan kegiatan sehari-hari) Bharata selalu memohon restu kepada Sri Raama. Selama 14 tahun Bharata senantiasa menyebut nama Raama, pikirannya selalu tertuju pada Raama.

Ketika Bharata mengetahui bahwa Sri Raama datang, ia semakin diliputi kebahagiaan. Begitu Sri Raama melangkah masuk ke istana, Bharata pun melompat dan memeluk Sri Raama.

Ketika mereka berpelukan, tak ada yang bisa membedakan Bharata dan Sri Raama. Bharata dan Sri Raama terlihat sama.

Hal ini disebabkan karena pikiran Bharata selalu diliputi Sri Raama, sehingga tindakan dan ciri lainnya seperti Sri Raama.

 

4. HATI-HATI DENGAN KEMARAHAN

Menurut Bhagavan, apabila kita menchantingkan nama Tuhan (berjapa) selama 3 bulan, maka kita akan mendapatkan karunia dari Tuhan akibat dari berjapa 3 bulan tersebut. Namun apabila kita melakukan kemarahan, maka karunia yang kita dapatkan dari berjapa selama 3 (tiga) bulan pun hangus.

Misalkan saat pulang ke rumah, kita mengucapkan "Sairam, Sairam", namun sampai di rumah kita kemudian marah, maka hanguslah manfaat yang didapat dari mengucapkan "Sairam Sairam".

Setiap kali kita diliputi kemarahan, tubuh kita terkena racun (toxin/toxic). Sekarang lihat dan perhatikan berapa kali kita marah (dalam sehari), bila kita mudah marah, maka kita akan mudah sakit, rumah sakit pun penuh dan pembelian obat meningkat.

Mengapa kita mudah marah ? karena sebab dan alasan mendasar belum kita ikuti (pahami dan sadari).

Kalau kita diliputi kemarahan dan stress (ketegangan) maka ini akan merugikan kesehatan kita, yang kemudian merugikan hal-hal lainnya.

Contoh : bila kita tidak sakit, badan kita tenang (tidak terganggu dengan penyakit), maka kita dapat bermeditasi dengan baik. Bila kita merokok maka kita terkena sakit batuk. Bila kita batuk, maka kita tidak bisa bermeditasi dengan baik.

(Inilah hal yang harus disadari, bahwa kebiasaan yang buruk membuat) Spiritual kita semakin lemah, dan kita sulit berbahagia. Bila kita tidak bisa/sulit berbahagia (saat berdoa/bermeditasi/menjalani hari karena akibat berbagai kebiasaan buruk), bagaimana kita bisa menyadari kebahagiaan yang sejati. Inilah hal utama yang diingatkan Baba kepada kita.

Yang Svami inginkan adalah kebahagiaan kita. Bila kita tidak (berupaya) berbahagia, maka karunia Tuhan sulit kita dapatkan (rasakan/hadirkan).

5. KEMARAHAN, EGO DAN REFLEKSI

Perubahan (menjadi lebih baik/sadar/mulya) harus kita lakukan. Bila kita memandang wajah kita di cermin, kita mencari jawaban (merenungi diri, dengan berkaca kepada diri sendiri apa hal yang mesti kita transformasikan).

Mungkin hati kita tidak bisa membedakan antara marah karena (alasan) rasa sayang atau benci, tapi bagaimanapun kemarahan itu (apapun alasannya) disebabkan karena adanya harapan (ekpektasi/ harapan terhadap suatu hal/seseorang/keadaan/kondisi).

Kemarahan adalah sebuah tanda bahwa keegoan masih kita miliki. Namun setiap kemarahan, (bila disadari dan direnungkan) bisa mengantarkan kita untuk menyadari ego yang masih kita miliki.

Mengapa kita menjalani kehidupan spiritual, tujuannya adalah untuk melihat/menyadari ego (di dalam diri), untuk kemudian menyingkirkannya. Bila kita tidak berupa untuk mengatasinya (melepas, menyingkirkan ego) maka suatu saat ego akan menjadi tuhan (junjungan) kita.

 

BAGIAN III

1. SRI GANESHA DAN KEBIJAKSANAAN MENDISKRIMINASI.

Mengapa kita menyanyikan lagu Ganesha di awal. Ganesha adalah Dewa Diskriminasi (kebijaksanaan dalam memilih hal yang baik).

Tanpa kemampuan diskriminasi dalam pikiran kita (kebijaksanaan memilih, mengetahui mana yang sementara, mana abadi, mana tujuan, mana bukan tujuan), maka kita menjadi menganggap semua hal adalah yang nyata.

Gajah menggunakan belalainya untuk memilih dan memilah-milah.

Jadi bila kita memahami, dunia ini sementara, dan suatu saat saya meninggal, maka saat ini saya harus mengenali dan memahami ego, kemudian belajar mengendalikan, dan akhirnya memusnahkannya.

Sebagai Bhakta Sai, kita harus menyadari tujuan kehidupan kita, sehingga kita harus terus belajar menjadi lebih baik (lebih dekat kepada tujuan hidup).

Ajaran Baba yang telah kita pahami, (pastilah) tercermin dalam suasana hati kita.

Kalau kita tidak memahami (ajaran Sai) maka kita akan terus tertipu oleh dunia ini, dan akan terus mengalami kelahiran kembali.

 

2. MENGERTI KEMUDIAN MENCINTAI

Sathsang ini adalah sathsang yang berorientasi pada hasil (transformasi). Jadi harus diaplikasikan dalam tindakan.

Contohnya ada seorang Bhakta, setelah mengikuti sathsang, ia tak lagi beragumentasi (suka berdebat mulut) dengan istrinya.

Bhagavan memberikan nasehatNya tentang pernikahan : Mengerti dahulu, mencintai kemudian.

Kita harus memahami dulu, untuk bisa mencintai.

Bila kita sudah sepenuhnya mengerti/memahami dirinya, maka kita sudah siap dengan sendirinya untuk memberikan kasih sayang.

Kasih sayang kita terlihat dari bagaimana kita berbicara, bagaimana bahasa kita menyampaikan pesan kita. Dengan kasih sayang, cara berbicara kita akan berubah.

Segala masalah yang timbul adalah karena pilihan tindakan kita sendiri.

Bila ada orang lain, yang menyusahkan kita, kita bisa berdoa agar kita diberikan pengertian memandang dan menghadapi orang tersebut. Bawalah ke dalam meditasi, maka cara pandang kita akan berubah.

 

3. CERITA ANJING YANG SUKA MENGGIGIT DAN MEMPERBAIKI HUBUNGAN RELASI.

Di suatu jalan, ada anjing liar yang galak. Siapapun yang lewat, ia akan mendekat untuk menggigit.

Bro. Suresh kemudian mengirimkan cahaya kasih sayang. Dengan menanamkan di pikiran beliau bahwa di hati anjing tersebut juga berstana Tuhan yang sama. Dengan penghayatan tersebut, pikiran kita menjadi diliputi kasih sayang.

Kemudian anjing tersebut terlihat tidak pernah menggigit lagi, ia hanya mendekat kemudian berbalik.

Demikian juga, apabila terjadi kesalahpahaman di antara suami istri, di antara Bhakta Sai, semuanya harus dibawa ke alam meditasi.

Bayangkanlah Bhagavan Baba juga ada di dalam hatinya, dan (dalam meditasi) kirim (pancarkan) cahaya cinta kasih.

Ini adalah cara untuk menyelesaian semua masalah komunikasi.

Karena kalau kita benar-benar murni, memiliki cinta kasih yang murni, maka kita bisa menjadi inspirasi yang mempengaruhi semua orang.

 

4. MENGHADIRKAN BUDDHI DENGAN MENGATASI GEJOLAK PIKIRAN.

Pertanyaan 1. Bagaimana menghadirkan buddhi (dalam proses berpikir kita).

Di atas permukaan laut, kita melihat riak gelombang, sedang di dalam laut, tidak ada riak gelombang, yang ada ketenangan.

Bila pikiran kita sering berada di permukaan laut yang penuh gelombang, maka hal itu menyebabkan kita tidak bisa (sulit) menikmati kedamaian.

Silence time, melatih waktu hening adalah seperti membawa pikiran turun menikmati area bawah laut.

Bila kita die-mind (menghilangkan riak, riuh, gejolak pikiran dan melakukan hal-hal yang mendukung ketenangan pikiran), maka pikiran kita menjadi diamond (permata berharga - berlian).

Kita perlu mengecap momen keheningan untuk mengatasi pikiran kita yang bergejolak.

Stress (ketegangan) terjadi apabila kita terus dan hanya berenang di permukaan laut. Jika kita masuk ke dasar laut, tidak akan ada ketegangan. Pendekatan R.O.S.E. adalah cara untuk mendamaikan gelombang pikiran.

Tanda pikiran kita masih dipermukaan laut adalah ketika pikiran kita terkena stress. Maka menyelamlah jauh ke dalam laut untuk mencari sumber ketenangan (di dalam diri).

Inilah latihan untuk memahami kelemahan kita. Dengan memahami dan mengenali kelemahan, kita bisa melakukan perubahan.

Buddhi atau intelek hadir ketika pikiran kita hening. Buddhi adalah pengendali (bentuk-bentuk) pikiran. Jadilah master mind.

 

5. MENSTANAKAN BHAGAVAN DI HATI

Bagaimana metode "mengunci pikiran" (meniadakan riak-riak pikiran) ?

Di Puttaparthi, para bhakta melakukan banyak hal (berbagai program). Tapi untuk melaksanakannya, kita perlu menanyakan ke Baba terlebih dahulu (mendapatkan ijin dan restu dari Bhagavan).

Demikian juga, sebelum memulai kegiatan kita renungkan Baba, mohon ijin dan restu Beliau untuk menjalankan kegiatan.

(Bro. Suresh kemudian menceritakan bahwa beliau memiliki kegiatan yang padat, dari pengajar dan pembimbing mahasiswa, pembicara, tugas-tugas Organisasi serta kegiatan lainnya.

Dengan padatnya kegiatan, beliau menceritakan selalu renungkan Baba di dalam hati, hal ini bisa mententeramkan hati).

Apa pun keputusan yang kita buat, bila kita mau kehidupan kita sejalan dengan Baba, maka buatlah hati kita selalu diliputi kedamaian. Ketika hati kita damai, hati kita seperti Prashanti Nilayam, sehingga Svami berkenan tinggal di hati kita, membimbing dan selalu bersama kita.

 

Bila kita terlalu diliputi kekhawatiran, kemarahan, maka Baba akan keluar dari kita (keluar = kita tidak merasakan/mendengar/menyadari tuntunanNya).

Demikian juga bila orang lain membuat kita marah dan kita berteriak, maka ini berarti kita telah membiarkan orang tersebut untuk menghalau Baba dari hati kita.

Bila ada seseorang memaki, atau melakukan hal lainnya, dan itu membuat hati kita marah, dan merusak kedamaian di hati kita, maka orang tersebut berarti lebih tinggi (penting) daripada Baba, karena ia berhasil menghalau/menggantikan Baba di hati kita.

Dengan pemahaman tersebut, bila kita telah bisa tempatkan Baba sebagai hal tertinggi di hati kita, maka tak akan ada yang akan bisa menghalauNya dari hati kita, dan itu berarti tak ada hal yang akan mengganggu (mengusir) kedamaian kita.

Dalam setiap masalah yang datang, belajarlah menjadi bijak (dengan mengambil kebijaksanaan dari masalah tersebut). Jadilah pembawa air dalam setiap api masalah (memberikan ketenangan dan solusi), bukan sebagai pembawa minyak yang akan memperbesar masalah (bukan sebagai pihak yang turut mengeluh, mengeruhkan dan memperbesar-besarkan masalah).

 

6. MENDENGAR TUNTUNAN SVAMI DAN BAGAIMANA CARA MEMBANGUN PERASAAN BAHWA KITA BERSAUDARA KEPADA SEMUA ORANG.

Pertanyaan 1. Ketika kita bertanya sebuah persoalan kepada Svami (dan kemudian ada jawaban), bagaimana cara agar kita tahu bahwa jawaban tersebut memang benar dari Svami.

Bro. Suresh :

Misalkan kita naik kendaraan, dan di jalan bertemu gadis cantik. Kemudian kita bertanya, apakah kita sebaiknya mengikutinya atau tidak. Dan ada jawaban "iya/oke". Lalu kita ikuti.

Mencari jawaban dari Svami tidak bisa dengan metode ini (bertanya dengan pikiran dengan riak penuh keinginan dan dijawab dari bentuk pikiran yang juga penuh keinginan).

Saat kita duduk bermeditasi, kita membangun dan mendapatkan keterhubungan dengan Svami. Jawaban dari Svami akan ada bila pikiran kita telah terkondisi dengan benar (pikiran yang tenang, tenteram, tidak riuh bergejolak).

Bila kita sering membangun keterhubungan dengan Svami melalui meditasi, maka lambat laun jawaban/tuntunan dari Svami makin jelas terdengar.

(Bila kemudian kita mendapat jawaban yang muncul dari ketenteraman pikiran yang kita upayakan dari meditasi/sadhana lainnya), kita dapat menguji kembali jawaban tersebut, apakah jawaban tersebut mengandung kebermanfaatan untuk semua pihak, tidak hanya kita, namun jg orang lain dan lingkungan, bila mengandung kebermanfaatan dan kebaikan bersama, maka itu benar adalah jawaban dari Svami.

Semakin sering kita bermeditasi, semakin selalu kita memusatkan pikiran kepada Svami, maka semakin mudah kita mendapatkan tuntunan dari Svami.

Pertanyaan 2. Dari pengalaman Bro. Suresh, barangkali ada tips (metode/cara) - Dalam kehidupan sehari - hari, bagaimana cara agar kita bisa cepat menganggap orang lain adalah saudara.

Pertama, kita memiliki keluarga kecil (dan merasakan persaudaraan), kemudian kita berkegiatan di Sai Center, kita menganggap anggota Sai Center adalah keluarga, tiba-tiba kita menyadari tentang Indonesia, dan kita memiliki pemahaman persaudaraan yang lebih besar.

Namun, apabila kita telah bisa memiliki kasih sayang dengan orang yang tidak memiliki hubungan tali jasmani seperti di atas (satu keluarga, satu Sai Center, satu negara), inilah yang disebut "unconditional love", cinta tanpa syarat.

Apabila kita melihat Atma kita, dan melihat serta merasakan Atma yang sama di diri orang lain, maka cinta kasih akan muncul.

Meditasi membuat kita memandang semua orang dengan pandangan kasih sayang, sebagai satu saudara. Dengan meditasi, kita ada power (kekuatan) untuk mengasihi, memberikan kasih sayang.

 

7. PEKERJAAN RUMAH (LATIHAN LANJUTAN)

Coba renungi, apakah kita masih memiliki kesal, benci atau masih mengalami konflik dalam hubungan komunikasi.

Bila ada, silahkan telepon, hubungi (belajar berkomunikasi) dengan orang-orang yang kita masih memiliki rasa kesal, benci dengannya.

Tulis (ceritakan) perkataan berbudi (berwelas asih) yang kita sampaikan ketika membangun kembali komunikasi kepada orang tersebut.

Sebelum berkomunikasi dengannya, bawalah orang tersebut ke dalam meditasi. Meditasi adalah teknologi nyata (ampuh sebagai pondasi membangun kembali sebuah komunikasi).

Bila ia belum mau berkomunikasi, jangan sampai ini mengecilkan hati kita (untuk berwelas asih membangun komunikasi yang baik).

Catatan tambahan PR :

 

Untuk membangun komunikasi kembali, dengan menelepon orang yang kita pernah ajak berkonflik dan sampai sekarang belum baikan lagi, perlu diperhatikan hal sebagai berikut :

1. Jangan menelepon dulu orang tersebut, jika kita sendiri belum benar benar merasa siap untuk berkomunikasi.

2. Lakukan meditasi cahaya, mohon kepada Svami, dan kirimkan sebanyak banyaknya cahaya kasih kepada orang yang kita ajak berkonflik itu.

3. Jika kita tekun melakukan meditasi cahaya dan terus mengirimkan cahaya kasih kepada orang tersebut, nanti akan ada saatnya kita merasa begitu plong (penuh kelegaan) dan damai. Tidak ada lagi beban emosi kepada orang tersebut (tanda kita sudah memaafkan).

4. Saat itu tiba, kita baru diperbolehkan untuk melepon orang tersebut.

Selamat berlatih cinta kasih.

 

Demikian resume dari sesi Sathsang Inspiratif Rabu Malam (SAIRAMA) sesi kedua.

Terima kasih,

Om Shanti Shanti Shanti Om