14. Tujuan Kelahiran Manusia


     Agar dapat hidup dengan damai, engkau harus selalu menepati janjimu dan tidak pernah melupakannya. Bersikaplah hormat, ramah, dan sopan, juga bersikaplah netral dan adil dalam segala urusanmu. Engkau harus tenggelam dalam lautan bhakti dan tidak tergoyahkan bagaikan Himalaya. Bersihkan taman hatimu dari semak berduri keserakahan, kemarahan, iri hati, sifat mementingkan diri sendiri, dan tunas jahat rasa keakuan serta kemilikan. Cabutlah semua sifat buruk itu bahkan pada saat mereka baru mulai tumbuh. Semua ini sesungguhnya merupakan disiplin untuk memperoleh kedamaian batin.

     Pertama-tama yakinlah bahwa engkau adalah diri sejati yang bersifat universal dan kekal. Itu akan membuat semua latihan rohani yang kemudian kaulakukan menjadi mudah. Sebaliknya, jika engkau membiarkan saja khayal bahwa engkau adalah tubuh dan indera, bahwa engkau hanyalah sang jiwa, diri pribadi ini, maka latihan rohani apa pun yang kaulakukan dapat diibaratkan dengan buah muda yang membusuk. Buah itu tidak akan pernah tumbuh menjadi ranum. Dalam keadaan ini, buah kedamaian batin yang manis tidak akan kauperoleh walau (engkau melakukan latihan rohani) dalam banyak kehidupan. Untuk menghayati dirimu sebagai pengejawantahan kedamaian, engkau harus mulai dengan keyakinan bahwa engkau adalah perwujudan kedamaian itu sendiri. Buanglah pandangan bahwa engkau adalah tubuh dan pikiran, kemudian aneka hawa nafsu dan ketagihan dalam dirimu akan menyurut. Jika keinginan dan hawa nafsu menyusut, engkau akan dapat menguasainya dan memperoleh kedamaian batin.

     Kedamaian batin juga dapat didefinisikan sebagai kasih sejati bagi Tuhan, bagi kebenaran, dan bagi dharma yang benar. Kedamaian batin membuat engkau dapat mencapai kesadaran Tuhan. Karena itu tetapkan Tuhan sebagai satu-satunya tujuanmu. Bulatkan tekadmu untuk mencapai-Nya dalam hidup sekarang ini juga. Jangan terpengaruh oleh nafsu kama, keserakahan, suka duka, pujian dan kecaman, atau hal-hal yang bertentangan semacam itu. Hanya keteguhan hati semacam inilah yang akan membawamu ke tujuan.

     Tetapkan niatmu bahwa tujuan kelahiran sebagai manusia adalah untuk mencapai Tuhan melalui ibadah. Segala pengetahuan, pengalaman, dan kegiatan diarahkan untuk tujuan itu. Segala yang dimakan, segala yang didengar, harus diabdikan untuk tujuan itu. Nama Tuhan dapat dimisalkan dengan gunung yang terbuat dari gula. Dekatilah gunung itu, percayalah kepadanya, rasakan ia di mana pun juga, dan hayatilah kebahagiaan jiwa. Bhakta teragung adalah ia yang senantiasa bersukaria menikmati kebahagiaan itu. Ada bhakta lain yang tinggal di samping gunung itu. Kadang-kadang mereka menikmati kebahagiaan mengenang Tuhan, tetapi pada kesempatan lain mereka (lebih suka) menikmati objek-objek duniawi. Bhakta semacam itu termasuk golongan pertengahan. Di antara sisanya, ada beberapa yang mengabdikan seperempat waktu mereka bagi Tuhan dan tiga perempatnya bagi dunia. Ini adalah bhakta golongan lebih rendah. Juga masih ada lainnya yang berlindung di kaki gunung (nama Tuhan) sewaktu bencana menimpa mereka. Bila keadaan genting telah berlalu, mereka menjauh. Dari keempat jenis abdi Tuhan ini, bhakta tertinggi adalah mereka yang tetap berpegang teguh pada jalan bhakti dan menikmati kebahagiaan jiwa sepanjang hidupnya. Untuk bertahan pada jalan itu, kedamaian batin adalah teman terbaik. Dengan pertolongannya engkau dapat menyucikan hidupmu dan memenuhi tujuan (kelahiranmu) sebagai manusia.