13. Kehidupan Rohani adalah Kehidupan yang Lengkap


     Jangan biarkan pikiranmu melantur sesuka hatinya. Pikiran itu harus dikendalikan dengan tegas dan tanpa belas kasihan. Jika mungkin engkau bahkan harus berusaha membinasakannya, yakni jauhkan pikiranmu dari kontak dengan objek-objek duniawi. Mengapa? Karena hanya jika hal ini dilakukan, engkau akan dapat memahami identitas dirimu yang sejati. Kesadaran akan kenyataan sejati merupakan keadaan yang disebut mukti ‘kebebasan’. Jika ini dicapai, segala jenis kesusahan, kerja keras, kesangsian, dan kesulitan akan berakhir. Kemudian engkau akan mengatasi dukacita, khayal, serta kecemasan, dan menetap dalam ketenangan kedamaian yang suci.

     Pertama-tama buanglah segala dorongan yang tidak suci dan tingkatkan yang suci. Setelah itu, berusahalah sedikit demi sedikit membuang bahkan dorongan yang suci ini. Biarlah pikiranmu hening tanpa gagasan (nirviṣaya). Kedamaian batin yang kaucapai nantinya akan cemerlang, penuh kebahagiaan, dan berkaitan dengan kebijaksanaan. Sesungguhnya hal itu adalah ketuhanan, Tuhan sendiri.

     Peminat kehidupan rohani yang ingin memperoleh kedamaian ini harus terus menerus menempuh hidup yang penuh kebajikan dengan mengatasi segala hambatan (yang timbul) pada permulaan. Kedamaian batin dapat diibaratkan dengan gunung batu. Ia mampu berdiri tegak melawan terjangan air bah godaan kejahatan yang tiada putusnya. Kedamaian yang agung ini tidak perlu dicari di mana pun juga di luar dirimu karena ia memancar dalam antaḥkaraṇa yaitu ‘peralatan batin’ dalam dirimu sendiri. Kedamaian suci ini merupakan landasan bagi dorongan untuk mencapai kebebasan. Ia adalah akar meditasi yang mendalam dan merupakan prasyarat untuk mencapai nirvikalpa samādhi yaitu manunggalnya kesadaran pendamba dengan kesadaran Tuhan. Setelah menetap dalam kedamaian ini, engkau akan dapat mengetahui dan menghayati kenyataan yang sejati; gelora naluri dan keresahan mental pun akan menjadi tenang. Kebahagiaan yang berasal dari kesadaran diri sejati (akan kauhayati) sebanding dengan berkurangnya rasa keakuan dan identifikasi dengan badan jasmani.

     Janganlah menentukan kelakuanmu berdasarkan pandangan orang lain. Sebaliknya, dengan berani, riang, dan tekun, ikutilah dorongan indah dan menyenangkan yang berasal dari pikiran sāttvika-mu, yaitu hati nuranimu yang sudah tergugah, atau dirimu yang sejati. Bergaullah dengan orang-orang lurus yang melandasi hidupnya dengan kebenaran. Gunakan setiap detik dalam hidupmu secara baik dan bermanfaat. Jika engkau bisa, layani dan tolonglah orang atau makhluk lain. Sibukkan dirimu merawat yang sakit. Meskipun demikian, jika engkau melakukan pelayanan semacam itu, jangan merisaukan hasilnya. Engkau juga tidak perlu memikirkan kegiatan itu maupun orang yang kautolong. Pengabdian itu akan menjadi suci dan murni bila engkau mengabaikan baik buruknya dan dengan diam terus mengucapkan nama Tuhan atau mantra yang kausukai di dalam hatimu. Janganlah melakukan suatu pekerjaan karena terdorong oleh desakan yang mendadak. Kecenderungan yang tiba-tiba itu mungkin tampak sangat baik, tetapi jangan kaubiarkan dirimu terseret olehnya. Dalam hal ini engkau harus selalu waspada, tabah, dan kuat.

     Pandangan atau sikap yang menyenangkan  akan menolong mengembangkan kedamaian batin, karena itu sebaiknya  engkau  mengusahakan  hal  ini. Engkau harus bebas dari sifat suka bermewah- mewah dan pamer. Berusahalah memahami rahasia karakter yang baik kemudian kuatkan kehendakmu untuk memperbaiki diri. Bila engkau membawa diri dengan cerdas dan hati-hati di dunia ini, engkau dapat memperlihatkan kebenaran pernyataan bahwa, “Sifat manusia sesungguhnya adalah kedamaian.” Misalnya saja, jangan membuang-buang waktu yang sangat berharga untuk percakapan yang tidak berguna. Pembicaraan harus menyenangkan dan seperlunya. Dengan demikian percakapanmu dapat kaujaga agar sopan dan sederhana sehingga kedamaian batinmu menjadi kokoh.

     Bila segala sesuatudipersembahkan kepada Tuhan, tidak akan ada tempat bagi kekhawatiran, kesedihan, atau bahkan kegembiraan. Jika dengan cara ini engkau dapat melepaskan diri dari kelekatan, kedamaian batinmu tidak akan terganggu. Jika gagasan aku, milikku, engkau, milikmu menguasai pikiran, kedamaian akan merosot. Agar dapat mempersembahkan segala- galanya kepada Tuhan dengan hati yang tulus, engkau harus memiliki kasih suci kepada-Nya, digabung dengan kepercayaan kepada diri sendiri. Itulah yang disebut bakti. Tingkatkan bakti itu dengan tekun setiap hari dan nikmatilah kegembiraan dari hal itu. Bersamaan dengan itu engkau harus memiliki pandangan yang seimbang, yaitu keyakinan bahwa pada dasarnya semuanya sama. Kehidupan rohani bukanlah persoalan omong kosong. Sesungguhnya itu adalah hidup yang ditempuh dalam Tuhan; merupakan penghayatan kebahagiaan jiwa yang murni. Kehidupan rohani hanyalah nama lain untuk kehidupan yang lengkap.