15. Perihal Mengingat Nama Tuhan


     Ada satu hal yang harus kauperhatikan dengan sungguh-sungguh (perihal pengulangan nama Tuhan). Bila engkau menderita demam atau bila sedang asyik memikirkan sesuatu, engkau tidak merasakan cita rasa hidangan yang kaumakan. Demikian pula bila pikiran dan perasaan tercemar oleh sifattāmasika, atau sedang asyik dalam hal lainnya, mungkin engkau mengulang-ulang nama Tuhan, tetapi engkau tidak akan menghayati keindahannya.

     Selama ada gula dalam mulutmu, engkau merasakan manisnya, demikian pula selama engkau memiliki kedamaian, kasih, dan bakti dalam hatimu, engkau akan mengalami kebahagiaan jiwa.

     Sebaliknya, jika sifat-sifat buruk yang pahit seperti nafsu kama, kemarahan, dan kedengkian tumbuh dalam hatimu, engkau akan memperoleh buah rasa takut, kecemasan, dan kemalasan. Engkau tentu pernah melihat burung bangau berjalan perlahan- lahan atau berdiri diam ketika akan menangkap ikan. Jika ia langsung mencebur atau berlarian kian ke mari, dapatkah ia memperoleh ikan? Demikian pula Tuhan yang diibaratkan dengan ikan dalam wujud kebenaran, kebajikan, kedamaian, dan kasih, tidak akan pernah dapat kauperoleh bila kekacauan dan gejolak nafsu kama, kemarahan, ketamakan, egoisme, serta iri hati merajalela tanpa kendali dalam dirimu.

     Kebahagiaan yang melampaui segala kebahagiaan dapat kaucapai jika engkau melakukan satu latihan ro- hani ini: terus menerus mengingat nama Tuhan. Sebagai hasilnya, engkau akan memperoleh kedamaian batin; engkau juga akan dapat menaklukkan kecenderungan jahat yang berasal dari sifat-sifat rendah. Ketahuilah bahwa Tuhan adalah tujuan manusia. Pusatkan seluruh perhatianmu pada tujuan itu; kendalikan pikiranmu jika melantur ke arah lain. Inilah intisari seluruh ajaran kitab-kitab Śāstra. Laksanakan satu disiplin ini, maka engkau telah mempraktekkan seluruh Śāstra.

     Perhatikan ini. Kaurava (pihak yang curang dalam kisah Mahābhārata) menikmati pahala perbuatan baik yang mereka lakukan dalam kehidupan-kehidupan yang lampau, tetapi sementara itu mereka gemar melakukan berbagai perbuatan jahat. Sebaliknya, Pāṇḍava menderita akibat perbuatan buruk mereka dari kehidupan-kehidupan yang lampau, tetapi sementara itu mereka terus menerus melakukan perbuatan baik. Inilah perbedaan antara orang yang bijak dan orang yang tidak bijaksana. Jika engkau tertimpa kesulitan atau penderitaan, ketahuilah bahwa itu merupakan akibat perbuatan burukmu sendiri pada masa lampau. Jangan menyalahkan Tuhan, menggerutu, atau marah kepada-Nya. Kesulitan itu jangan kauhiraukan atau jangan kauanggap sebagai kesulitan. Sebaliknya, sibukkan dirimu menolong orang (atau makhluk) lain. Lakukan perbuatan-perbuatan yang baik sambil terus menerus mengandalkan nama Tuhan sebagai penolongmu.

     Perilaku semacam itu merupakan tanda orang yang bijaksana. Itu berarti engkau bertindak seperti Pāṇḍava. Untuk menguatkan sikap (positif) ini, kedamaian batin merupakan sumber penolong yang besar. Ketika menikmati kesenangan dan kebahagiaan yang merupakan hasil perbuatan baik (dari kehidupan yang lampau), janganlah engkau tergoda untuk melakukan perbuatan yang tidak benar. Bahkan engkau harus berusaha melakukan lebih banyak perbuatan baik. Dengan demikian engkau akan membuat hidupmu lebih suci, lebih murni, dan dapat mencapai kehadiran Tuhan. Usaha semacam itu merupakan tanda orang yang berwatak sangat mulia. Kembangkanlah karakter semacam itu, maka kedamaian batin akan menetap​​ teguh dalam dirimu dan membawamu menuju mokṣa. Inilah rahasia hidup yang sukses. Inilah kewajiban setiap manusia.