19. Tubuh adalah Persemayaman Tuhan


     Banyak orang yang tidak mengetahui makna pernyataan deho Devālayam ‘tubuh adalah per- semayaman Tuhan’. Untuk tujuan apakah manusia mendirikan tempat ibadat? Untuk Tuhan yang dipuja​ di dalamnya. Jika tidak ada Tuhan di situ, bangunan itu tidak dapat disebut tempat ibadat. Meskipun demikian, tindakan manusia kini berlawanan dengan kenyataan ini. Semua pemujaan dilakukan untuk tempat ibadat dengan melupakan bahwa bangunan itu bukan Tuhan. Tempat ibadat harus dipelihara, dibersihkan, dan dihias demi Tuhan yang bersemayam di dalamnya, ia harus dijadikan sarana untuk menyadari dan mencapai Tuhan. Itu saja. Demikian pula tubuh manusia juga merupakan persemayaman Tuhan, ātma yang mengejawantah.

     Manusia melupakan perlunya memiliki keyakinan pada diri yang sejati, melupakan pentingnya kebahagiaan jiwa yang diperoleh  dari diri sejati, melupakan pemujaan dan pengabdian pada diri sejati. Kini kebanyakan orang tenggelam dalam kepercayaan pada tubuhnya, kebahagiaan badannya, dalam keyakinan untuk menghiasi dan mengabdi pada (kepentingan) tubuhnya. Meskipun segala sesuatu sudah diusahakan, tubuh manusia itu fana, hanya sementara keberadaannya. Namun Tuhan dapat dilihat melalui tempat ibadat. Demikian pula melalui tubuh (atau dengan bantuan tubuh), Tuhan yang bersemayam di dalamnya dapat disadari. Itulah tugas utama manusia. Dengan menyadari hal ini, berusahalah menjaga dan melindungi tubuhmu, tetapi jangan mengabaikan Tuhan yang berada di dalamnya. Jangan melekat pada bangunan luar yang tidak nyata dan bersifat sementara. Tentu saja engkau tidak boleh mengabaikan tempat ibadat itu, pemeliharaannya juga sangat  penting.  Hanya  jangan  sampai  engkau lupa bahwa yang memberi nilai dan makna pada tubuhmu adalah Tuhan yang bersemayam di dalamnya.

     Demikian pula halnyadengan kedamaian dunia dan kedamaian individu. Tempat ibadat adalah kedamaian dunia. Tuhan yang bersemayam di dalamnya adalah kedamaian individu. Kedamaian dunia merupakan sarana untuk membantu kedamaian individu. Dunia adalah rumah gadang Tuhan. Anggaplah demikian. Tuhan berjalan kian ke mari dalam rumah gadang itu, dalam ruangnya yang banyak. Pemujaan kepada Tuhan hanya dapat dilakukan dengan baik bila tempat ibadah itu bersih dan suci. Karena itu, berusahalah mencapai kedua hal tersebut: kedamaian bagi dunia dan kedamaian bagi dirimu sendiri. Janganlah engkau mengabaikan Tuhan yang bersemayam dalam rumah- Nya, yaitu dunia ini. Tanpa Tuhan, (tubuhmu) hanya makam, bukan pura, savam ‘mayat’, bukan Śivam ‘Tuhan’. Jika engkau selalu mengingat Dia, engkau akan memperoleh kegembiraan dan kemenangan.

     Kedamaian dunia merupakan napas hidup segala makhluk, karena itu, berusahalah selalu mencapainya. Engkau hanya dapat mencapai Tuhan bila tanah air kita yang suci ini berada dalam damai. Bila manusia manunggal dengan Tuhan, itu disebut mokṣa. Karena itu, jika engkau mencari mokṣa, engkau harus merindukan kedamaian dunia dan kasih universal sebanyak engkau merindukan kasih dan karunia Tuhan. Tanpa karunia Tuhan dan penghayatan karunia itu di dalam dirimu, engkau tidak akan dapat menaklukkan dorongan jahat indra yang kuat dan tidak terlihat. Dengan demikian engkau tidak dapat menenangkan gejolak pikiran dan akhirnya melenyapkannya. Karena itu, kewajiban utama setiap manusia adalah mencapai kedamaian batin.