18. Batin dan Kedamaian Dunia
 Sejumlah orang yang tidak mempunyai peng- alaman (hidup rohani) dan tidak melaksanakan hal yang mereka ucapkan, menyiar-nyiarkan bahwa manusia harus meninggalkan kehidupan di dunia ramai agar memperoleh ketenteraman batin. Itu bukanlah kedamaian batin (yang sejati), melainkan kebalikannya. Bila benih suatu pohon diambil (dan ditanam) jauh dari pohon asalnya, ia masih dapat tumbuh menjadi pohon lagi, bukan? Jika engkau tidak menghendaki hal itu, engkau harus merebus atau menggorengnya di atas api. Demikian pula naluri dan vāsanā, nafsu, keinginan, ketagihan, dan kelekatan’ yang timbul dalam dirimu harus digoreng di atas api penyelidikan batin; kemudian kedamaian sejati akan timbul. Sebaliknya, bila engkau hanya menghindari tanggung jawab hidup dalam masyarakat, engkau tidak dapat menikmati kedamaian; kedamaian batin itu tidak akan pernah tiba. Tetapi bila engkau dapat mengendalikan dan akhirnya melenyapkan vāsanā engkau tidak perlu melarikan diri. Puaslah dengan apa yang kaumiliki, jangan khawatir karena tiadanya barang-barang yang tidak kaupunya. Berusahalah sedapat mungkin mengurangi dan melenyapkan keinginan, hawa nafsu, serta kebencian. Berusahalah mengembangkan dan meningkatkan kebenaran, kebajikan, kasih, kesabaran, dan ketahanan menderita. Bersamaan dengan itu praktekkanlah keutamaan-keutamaan tersebut secara sistematis.
 Inilah kewajiban manusia yang sesungguhnya, tujuan kelahiran manusia yang sebenarnya. Jika setiap orang meningkatkan dan menerapkan ke- empat keutamaan: kebenaran, kebajikan, kasih, dan kesabaran, tidak akan ada iri hati di antara manusia. Tidak akan ada orang yang merebut atau menyerobot secara egois. Kepentingan orang lain akan dihormati dan kedamaian dunia dapat terpelihara. Sebaliknya, jika engkau sendiri tidak memiliki kedamaian batin, bagaimana engkau dapat membantu memajukan kedamaian dunia? Mereka yang menaruh minat besar pada kedamaian dunia pertama-tama harus belajar menghayati dan menikmati kedamaian itu dalam dirinya sendiri, barulah kemudian mereka dapat menyebarkan kedamaian itu di lingkungan sekitarnya dan membantu mengembangkannya.
 Kini di mana-mana kita dapat mendengar seruan untuk kedamaian dunia, tetapi sedikit sekali orang yang dapat memberitahukan bagaimana cara mencapainya!
 Bahkan tidak seorang pun dapat menggambarkan dengan benar apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan kedamaian. Karena jika seseorang telah mencapai dan menghayati kedamaian batin yang sejati, ia tidak akan menyadari keributan dan kekacauan dunia. Engkau tidak dapat menyadari tiadanya kedamaian jika engkau memiliki kedamaian itu. Kedamaian batin berarti menghentikan kegiatan indra (bebas dari tuntutan indra). Bagaimana kedamaian semacam itu dapat disebarluaskan atau dikembangkan oleh orang yang telah memperolehnya? Kedamaian itu dapat dihayati, tetapi tidak dapat diberikan oleh orang yang satu kepada yang lain. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menunjukkan cara memperolehnya kepada orang lain dan memberitahukan keindahannya. Bagaimana rasa lapar orang lain dapat dipuaskan jika engkau yang menyantap makananmu? Hanya orang yang makan memperoleh kepuasan dari makanannya. Kedamaian pun demikian sifatnya. Setiap orang harus mendapatkan dan menghayatinya bagi dirinya sendiri agar semua dapat memperolehnya. Kedamaian batin dapat datang kepadamu melalui kasih dan keteguhan hati. Tetapi keutamaan ini jangan sekadar diperlihatkan keluar. Kasih dan keteguhan hati ini harus meresapi serta menjiwai pikiran, perkataan, dan perbuatanmu. Itulah cara untuk menegakkan kedamaian dunia.
 Ada orang-orang yang menyatakan bahwa doa dapat mendatangkan kedamaian dunia dan mereka mengimbau khalayak ramai agar berdoa. Tentu saja berdoa itu baik, tapi kedamaian tidak dapat dicapai hanya dengan itu. Doa harus digabung dengan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika engkau berdoa untuk suatu hal, tetapi pelaksanaannya lain, doa semacam itu hanya penipuan. Kata-kata yang kauucapkan, perbuatan yang kaulakukan, doa yang kaupanjatkan, semuanya harus searah. Jika engkau berdoa untuk kedamaian dunia, tetapi tidak dapat mentolerir kelakuan orang lain dengan sabar, jika engkau memfitnah dan memandang rendah orang lain, engkau sendiri tidak akan memiliki kedamaian batin. Engkau akan gelisah, kalut, bersamaan dengan itu juga sedih dan menderita!
 Dengan kedamaian dunia, kedamaian individu pun dapat ditingkatkan. Bila tanganmu memasukkan makanan ke dalam mulut, kemudian kaukunyah dan kautelan, sarinya akan tersebar ke setiap bagian tubuh. Demikian pula bila tanganmu melakukan kegiatan yang membantu memajukan kedamaian, dan lidahmu berdoa untuk kedamaian, dengan kedua cara ini, sari kedamaian akan menyebar ke segala penjuru dunia yang tak lain adalah tubuh Tuhan. Kedamaian dunia merupakan dasar kedamaian yang sejati.