35. Sikap yang Benar Lahir Batin


     (Persyaratan berikutnya pada delapan tahap rāja yoga adalah sikap yang benar atau āsana)

     Engkau harus dapat duduk dengan sikap yang mantap (pada waktu bermeditasi) yaitu tenang dan tidak bergoyang-goyang. Tetapi, seandainya pun engkau dapat duduk seperti batu, tidak bergerak, dengan seluruh persendian terlipat, ini belum dapat disebut sikap yang benar dan bukan tanda āsana yang sesungguhnya. Āsana atau sikap yang benar harus meliputi kemantapan fisik dan kegembiraan batin yang timbul dari lubuk hatimu. Sikap apa pun yang kaupilih (untuk bermeditasi), harus enak, teguh, dan mantap. Itulah sebabnya Patañjali menganjurkan sthirasūkham āsanam ‘sikap yang menyenangkan dan mapan’. Aku memberitahu kalian hal yang sama dengan cara lain. Apakah āsana yang paling baik dan paling memberi keberhasilan? Itu adalah sikap ketika engkau paling tidak terpengaruh oleh dunia luar. Itu adalah sikap yang timbul karena engkau menempuh hidup yang bersusila, berjasa bag dunia, dan sesuai dengan petunjuk-​petunjuk kitab suci. Itu adalah tiadanya minat sama sekali pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan Tuhan.

     Bila engkau didekati oleh seseorang yang kela- kuannya tidak kauhargai, tidak perlu engkau mengecam, menertawakan, atau memandang rendah kepadanya. Cukuplah jika engkau meneruskan pekerjaanmu tanpa terpengaruh oleh kehadirannya.

     Biarkan orang-orang yang kelakuannya tidak kausukai mengikuti jalan mereka sendiri, janganlah engkau ikut campur. Itulah sikap tidak terpengaruh. Bila kasih kepada Tuhan timbul, engkau akan memiliki sikap atau perasaan seperti ini terhadap segala hal yang bersifat duniawi. Lebih tepatnya, engkau harus selalu merenungkan kenyataan Tuhan dan tidak nyatanya dunia. Brahma satyaṁ jagad mithya ‘hanya Tuhanlah yang nyata, dunia ini tidak nyata’. Engkau harus menghindari pergaulan dengan orang-orang yang tidak baik, dan bahkan menghindari terlalu banyak pergaulan dengan mereka yang baik! Keterikatan semacam ini akan menyeretmu dari nivṛtti marga ‘ jalan yang mengarah ke dalam batin’ menuju ke pravṛtti marga ‘jalan yang mengarah ke dunia luar’. Lepaskan segala keterikatanmu pada hal-hal yang sementara, segala sesuatu yang terselubung nama dan rupa. Jika engkau telah mencapai tahap atau sikap tidak terpengaruh ini, engkau akan memiliki kedamaian batin yang tidak tergoyahkan, pengendalian diri, dan kemurnian pikiran serta perasaan. Engkau akan memiliki keteguhan dan kemantapan sikap yang benar (āsana).