36. Makna Pengendalian Napas yang Sesungguhnya
 Biasanya pranayama diartikan sebagai pengendalian dan pengaturan proses menghisap dan mengeluarkan napas. Dalam Yoga Sastra (kitab Yoga Sastra yang ditulis oleh Patanjali) hal ini dijelaskan sebagai rechaka 'menarik napas', kumbhaka 'menahan napas', puraka 'menghembuskan napas', dan seterusnya yang meliputi berbagai tahap pranayama.
 Meskipun demikian, aku menjelaskannya sebagai berikut. Pengendalian prana atau pranayama hanya mungkin bagi mereka yang menganggap seluruh alam semesta ini tidak nyata. Engkau melihat bermacam-macam perhiasan emas yang beraneka ragam dan jenisnya. Semuanya terbuat dari logam yang sama yaitu emas, meskipun demikian engkau lebih menyukai satu perhiasan dan kurang menyukai lainnya. Engkau tidak menyukai semuanya secara sama. Perhiasan ini diberi berbagai nama dan bentuk sesuai dengan penggunaannya, modelnya, kesukaan, dan keinginan (si pembuat). Meskipun demikian, engkau terbelenggu oleh khayal sehingga tidak melihat kenyataan yang sesungguhnya. Ketika perhiasan- perhiasan itu direncanakan, dibuat, dan digunakan, dan ketika akhirnya mereka dilebur kembali menjadi sebuah gumpalan, mereka adalah emas dan tetap emas bukan?
 Demikian pula banyak sekali nama dan rupa muncul kembali di dunia ini, mereka lahir, tumbuh, dan binasa. Meskipun demikian, landasan utamanya yaitu keabadian, bertahan dalam dan melalui segala perubahan ini dan tetap kekal. Sebagaimana aneka wujud (perhiasan tadi) menimbulkan ilusi dan membangkitkan rasa suka atau tidak suka, demikian pula aneka nama dan rupa ini memperdayakan manusia dan menimbulkan keterikatan. Mereka membuat manusia yakin bahwa merekalah sumber kegembiraan. Tetapi kitab-kitab Veda menyatakan bahwa alam semesta ini tidak lain adalah Tuhan yang tiada awal dan akhirnya, yang tiada bernoda, selalu suci dan mumi. Mereka mengatakan bahwa perhiasan adalah wujud-wujud yang akan berlalu bahwa hanya emaslah yang langgeng, nyata, dan benar. Karena itu, engkau harus melihat, merasakan, dan memahami bahwa segala sesuatu adalah Tuhan, hanya Tuhan. Yakinkan dirimu bahwa segala sesuatu yang tampak ini diakibatkan oleh maya, terapkan selalu pertimbangan semacam itu.
 Engkau harus memiliki hasrat yang besar untuk mengetahui kenyataan sejati. Berusahalah selalu menyadari kebenaran bahwa segala sesuatu adalah Tuhan. Tentu saja dalam taraf kekaburan batin, dunia akan tampak nyata sedangkan Tuhan tampak sebagai sesuatu yang abstrak dan tidak berarti. Bila engkau mencapai tahap kejernihan budi, engkau akan menghayati dunia dalam pengertian yang sebenarnya sebagai sesuatu yang tidak nyata. Devi maya menundukkan engkau dengan pesonanya dan dengan anak panah kepalsuan serta sepuhan. Hanya orang yang memiliki wawasan tentang Tuhan yang universal dapat segera melepaskan diri dari tipu muslihatnya. Orang (yang bijak) itu mengerti sepenuhnya bahwa nama dan rupa muncul beberapa waktu yang lalu dan akan lenyap tak lama kemudian. Dalam Bhagavad Gita pun dikatakan sebagai berikut.
 "Semua ini, oh Bharata, hanya tampak pada pertengahan." Kutipan lengkap ayat tersebut adalah sebagai berikut. "Makhluk hidup pada awalnya tidak berwujud. Pada pertengahan (antara kelahiran dan kematian) oh Bharata, mereka maujud. Pada akhir hayatnya mereka kembali pada yang tidak berwujud." [Bhagavad Gita 2,28].
 Dunia ini mengalami evolusi dan involusi. Engkau tidak perlu menunggu hingga akhir zaman untuk memahami hal ini; cukuplah bila sudut pandanganmu kauperbaiki. Itulah pintu gerbang menuju pengetahuan sejati. Itulah pengendalian prana yang sesungguhnya, yaitu kesadaran bahwa dunia ini tidak nyata (mithya). Orang yang benar-benar telah menguasai pranayama akan melihat dunia seperti huruf yang ditulis dengan pensil bertahun-tahun yang lalu, tidak jelas, kabur, dan samar-samar. Karena mengetahui bahwa semua ini adalah Tuhan, ia tidak akan pernah tertarik pada lingkungannya, betapa pun menarik keadaannya. Penghasilan, harta milik, dan kekayaan, semuanya tidak nyata, tidak bernilai, dan tidak penting. Keyakinan ini merupakan tanda pranayama pengendalian prana yang paling baik.