24. Pengunduran Diri dari Keduniawian dan Pengabdian tanpa Pamrih Memberi Hasil yang Sama


     Kedamaian batin tidak berarti tanpa kegiatan, hanya hidup malas dan duduk-duduk saja. Engkau tidak boleh melewatkan waktumu hanya untuk makan dan tidur sambil berkata dalam hati bahwa Tuhan akan menolong bila kaubutuhkan. Engkau harus bangkit dan bekerja. Tuhan menolong mereka yang menolong dirinya sendiri, dan Beliau tidak akan menolong lainnya (yang hanya berpangku tangan, keterangan penerjemah). Ambillah pelajaran dari riwayat hidup Prahlāda bahwa kasihmu harus kauarahkan hanya kepada Tuhan. Pelajarilah pula cara pelaksanaannya. Lakukan pekerjaan yang merupakan kewajiban hidupmu dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya. Tinggalkan segala sesuatu yang bukan merupakan pelayanan kepada Tuhan. Ikutilah jejak Prahlāda. Dengan karunia Tuhan, engkau akan memperoleh kegembiraan kedamaian, getaran hati dalam penghayatan kesempurnaan, dan kebahagiaan kehidupan abadi.

     Engkau harus bekerja agar waktu tidak berlalu secara lambat dan menjadi beban. Bekerja merupakan misi manusia. Tanpa  melakukan  hal ini, manusia akan tersesat dalam kegelapan kekaburan  batin  dan dilanda oleh tāmasika. Kekaburan batin akan melipatgandakan keraguannya. Ini harus dipenggal dengan pedang jñāna.

     Sekali peristiwa, ketika topik mistik semacam​ itu diajarkan kepada Arjuna, ia merasa bingung dan bertanya kepada Krishna, ‘’Suatu kali Swami berkata bahwa kita harus meninggalkan segala karma, pada kesempatan lain Swami berkata bahwa kita harus melakukan karma yoga. Mohon beritahukan kepada saya, manakah yang terbaik di antara kedua jalan tersebut?” Krishna menjawabnya sebagai berikut, “Sannyāsa dan karma yoga, keduanya akan membawamu ke tujuan yang sama, yaitu kebebasan, oh Arjuna. Tetapi ketahuilah hal ini: bekerja memberikan lebih banyak kegembiraan daripada tidak bekerja. Sannyāsa ‘hidup kerahiban’ dan kerja tidaklah bertentangan, kedua hal itu saling tergantung dan saling melengkapi. Bila manusia berhenti bekerja, ia akan merosot. Ia tidak akan maju tanpa latihan yang diperoleh dari kegiatan pekerjaannya. Sannyāsi sejati adalah orang yang tidak menginginkan apa pun atau membenci siapa pun.

     Kata sannyāsa dapat digunakan untuk pekerjaan yang dilakukan tanpa mengindahkan keberhasilan atau kegagalan, untung rugi, kehormatan atau keaiban, untuk setiap kegiatan yang dilakukan sebagai persembahan kepada Tuhan. Sekadar tidak bekerja seperti yang dinyatakan oleh (orang-orang yang mengenakan) jubah oranye dan mencukur gundul rambutnya, sama sekali tidak dapat disebut sannyāsa. Hanya orang yang tidak terpengaruh oleh keadaan-keadaan yang bertentangan seperti suka, duka, baik, dan buruk, layak disebut sannyāsi. Karena itu, daripada berhenti bekerja, lebih baik bekerja tanpa mengharapkan hasil atau pahalanya; ini akan memberimu kegembiraan yang lebih besar. Itulah jalan (kerohanian) yang terbaik. Karena itu, kedua jalan ini: sannyāsa pengunduran’ diri dari keduniawian’ dan karma yoga ‘melakukan pengabdian’ tanpa pamrih dan tanpa  ego’, memberikan hasil yang sama. Dalam karma yoga maupun dalam pengunduran diri engkau akan memperoleh kebahagiaan jiwa.”

     Sannyāsa tanpa diiringi oleh karma yoga akan membawa kesedihan. Karena, bagaimana manusia dapat melepaskan diri dari karma? Betapa pun besarnya keinginanmu untuk menghindari karma, bukankah engkau masih perlu melakukan meditasi, japa, dan merenungkan Tuhan? Kegiatan itu pun merupakan karma. Bila ini dihentikan, tidak ada lagi kegembiraan dalam hidup manusia. Setiap orang harus melakukan sejumlah karma, apa pun juga bentuk pekerjaannya. Orang yang melakukan karma yoga ‘kegiatan tanpa pamrih’ tanpa merasa dirinya sebagai pelaku (tanpa ego) dan di samping itu juga mengikuti disiplin diam, akan dapat mencapai kesadaran diri sejati dalam waktu yang singkat. Karma tidak akan melekat pada orang semacam itu. Mereka menganggap karma itu seperti bernapas (wajar dan otomatis).

     Sebagaimana hidup tidak mungkin berlangsung tanpa karma bernapas, demikian pula bagi peminat kehidupan rohani tidak mungkin ada kemajuan tanpa melakukan pengabdian tanpa pamrih. Engkau hanya akan mengalami aśānti ‘tiadanya kedamaian’ bila engkau menginginkan hasil kegiatanmu. Jika engkau memperoleh kegembiraan dari kegiatan pelayanan atau pengabdianmu tanpa memikirkan hasilnya sama sekali maka engkau akan memperoleh praśānti ‘kedamaian yang tiada terbatas’. Tidak seorang pun memikirkan hasil dan manfaat karma bernapas bukan? Demikian pula seharusnya dengan segala karma lainnya, janganlah engkau mencemaskan hasilnya. Itu akan memberimu kedamaian sejati.