WALTER COWAN DIHIDUPKAN LAGI


 

Kebangkitan atau hidup lagi dari kematian adalah hal yang sudah didengar oleh semua orang Kristen, dan karena hal itu merupakan kisah yang suci, kita cenderung mempercayainya, jika kita tidak terbentur pada keraguan orang yang tidak percaya kepada Tuhan, atheis, humanis, dan orang yang pada umumnya lebih berpegang pada akal sehat daripada iman. Kisah tentang kebangkitan dari ajal pada zaman sekarang berasal dari orang- orang yang dipandang tidak berkuasa. Karena itu, kisahnya tidak mendapat perhatian yang serius. Pada umumnya apa yang sudah dikatakan di atas berkaitan dengan dunia Barat. Struktur yang sama untuk percaya atau tidak percaya pada kebangkitan kembali dari kematian bukan norma India, dan kisah ini me- nuturkan peristiwa yang terjadi di India, walaupun Walter Cowan dan saya sendiri lahir di Barat.

Walter meninggal di kamarnya di Hotel Connemara di Madras (sekarang kota ini disebut Chennai). Walter dan istrinya, Elsie, telah tiba di sana pada tanggal 23 Desember 1971 untuk bertemu dengan Baba yang ketika itu sedang berada di Madras untuk memimpin Konferensi Organisasi Sai Seluruh India.

Pagi-pagi sekali pada tanggal 25 Desember, dengan cepat tersiar kabar angin bahwa seorang pria Amerika lanjut usia telah meninggal karena serangan jantung. Istri saya, Victoria, dan saya segera memikirkan Walter. Kami pergi ke hotel dan mendapatkan Elsie di sana. Walter telah roboh di lantai sebelum fajar. Elsie memanggil Ny. Ratanlal yang kamarnya tak jauh dari kamar mereka, di koridor yang sama. Kedua wanita itu berhasil mengangkat Walter ke tempat tidur, dan beberapa menit kemudian ia meninggal dalam pelukan Elsie. Dipanggillah sebuah ambulans, kemudian jasad itu dibawa ke rumah sakit. Disana Walter dinyatakan sudah meninggal ketika datang. Jasadnya ditempatkan di gudang yang kosong dan diselubungi sehelai kain sementara menunggu datangnya siang serta keputusan penguburan.

Elsie dan Ny. Ratanlal sudah menemui Baba ketika kami tiba. Beliau telah memberitahu mereka bahwa Beliau akan datang ke rumah sakit pukul 10.00 pagi. Kedua wanita itu siap dan menunggu untuk bergabung dengan Baba pada waktu yang ditetapkan. Ketika mereka tiba di rumah sakit, mereka dapati Baba telah datang lebih awal dan sudah pergi. Kedua wanita itu senang sekali, tetapi juga amat takjub ketika mereka mendapati Walter hidup dan sedang dirawat. Tidak seorang pun melihat Baba bersama Walter. Baba pun tidak mengatakan bagaimana atau mengapa Walter dibangkitkan kembali dari kematian. Akan tetapi, ketika kembali ke keluarga bakta Beliau yang menjadi tuan rumah-Nya, Baba memberi tahu orang-orang di sana bahwa Beliau telah menghidupkan Walter kembali.

Kisah yang diceritakan oleh Walter sendiri memberi sedikit keterangan tentang apa yang telah terjadi. Kemudian, saya ikut menyaksikan kisah yang mengagumkan, karena hidup Walter masih dalam bahaya, dan sesungguhnya Baba memberi tahu saya bahwa Walter meninggal tiga kali, dan harus dihidupkan lagi tiga kali.

Walter menceritakan pengalamannya. Katanya ia menyadari bahwa ia telah meninggal, dan ia mengiringi jasadnya ketika dibawa dalam ambulans. Ia mencermati badannya dengan penuh minat. Kemudian Baba datang dan mereka berdua pergi ke suatu tempat yang tampaknya sangat tinggi. Di sana mereka masuk ke ruang konferensi. Orang-orang di ruang itu sedang duduk mengelilingi meja. Ada ketua yang memimpin pertemuan tersebut. Wajah orang itu mencerminkan kebaikan hati dan bicaranya juga ramah. Ia meminta catatan Walter kemudian catatan ini dibaca dengan suara nyaring. Catatan itu tertulis dalam berbagai bahasa asing, dan selama beberapa waktu Walter tidak mengerti apa yang dikatakan. Kemudian Baba mulai menerjemahkannya. Walter heran ketika mendengar bahwa ia telah menduduki jabatan yang sangat tinggi dalam berbagai  masa dan kebudayaan, dan  selalu  mengabdikan  hidupnya  untuk kesejahteraan orang banyak. Akhirnya Baba berbicara kepada orang yang memimpin pertemuan itu dan minta agar Walter diserahkan di bawah pengawasan Beliau, karena Beliau mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan Walter. Kemudian, ketika Baba dan Walter pergi meninggalkan ruangan itu, Walter merasa dirinya turun ke tempat tubuhnya berada, tetapi ia merasa enggan sekali.  Dalam  hal  pengalaman  langsung,  ia telah menyadari bahwa dirinya bukan badan, dan ia tidak ingin mengalami lagi kecemasan dan penderitaan jasmani.

Setelah mendengarkan Walter, saya bertanya kepada Baba, apakah itu hanya imajinasi Walter. Baba menjawab bahwa pengalaman itu bukan khayalan. Peristiwa itu nyata. Semua itu berlangsung dalam pikiran Walter dan Baba sendiri yang membimbing pikirannya. Kemudian saya bertanya, apakah setiap orang mempunyai pengalaman yang sama ketika meninggal. Baba menjawab bahwa beberapa orang mendapat pengalaman yang sama, dan lainnya tidak. Beberapa tahun kemudian pertanyaan itu saya ajukan lagi. Baba menjawab bahwa jasad adalah sesuatu yang sama bagi semua, tetapi di luar itu, tidak ada pengalaman yang sama.

Ketika Walter hidup lagi, hari itu amat menarik bagi saya. Sri Appa dan saya menyertai Baba ke rumah seorang bakta. Dari sana kami pergi ke pertemuan anggota wanita di Nigara Sai Samiti. Di situ Baba akan memberikan tanda penghargaan dan wacana. Sri Appa dan saya duduk di panggung, hanya beberapa kaki (1 kaki = 30 cm) jauhnya dari Baba, dan bisa mencermati Beliau dari dekat. Beliau membagikan beberapa tanda penghargaan dan   menyampaikan   darmawacana,   semuanya berlangsung tanpa henti dan sesaat pun Beliau tidak pernah tampak ragu. Dari pertemuan tersebut kami pergi ke rumah seorang bakta untuk makan siang. Begitu kami masuk ke mobil, Baba berpaling ke arah kami dan berkata, “Ketika Aku sedang berbicara dalam pertemuan, Ny. Cowan memanggil-Ku. Langsung Aku pergi ke rumah sakit dan melakukan apa yang diperlukan. Kesehatan Pak Cowan yang jelek makin memburuk.”

Jadi, ketika sedang sibuk berbicara di podium, Baba telah pergi ke rumah sakit, dan melakukan apa yang diperlukan. Akan tetapi, dalam pandangan Sri Appa dan saya sendiri, selama itu Baba terus melakukan kegiatan dan memberikan darmawacana di podium, tanpa berhenti atau ragu sesaat pun. Bagaimana kita dapat menjelaskan misteri ini?

Ketika tiba di rumah bakta yang akan menjamu kami makan siang, Baba berpaling kepada kami dan berkata, “Engkau tidak akan bisa ikut makan siang bersama-Ku. Bawalah vibhuti ini ke rumah sakit. Berikan sedikit ke mulut Pak Cowan dan sisanya gosokkan di dahi dan dadanya. Jika engkau berjalan ke sudut sana, engkau akan bertemu dengan Ny. Hislop di dalam taksi. Ia akan membawamu ke rumah sakit.

Sekarang faktanya, selama itu istri saya mengikuti saya dengan mobil. Bagaimanapun juga ia telah berusaha keras agar tidak terlihat, tetapi upayanya sia-sia, karena seperti biasa, Baba mengetahui segala sesuatu. Ketika kami tiba di rumah sakit dengan membawa vibhuti, Ny. Cowan berkata, “Beberapa waktu yang lalu keadaan Walter memburuk. Saya kira ia meninggal, dan saya ketakutan. Saya langsung memanggil Baba dengan suara nyaring. Sekarang kelihatannya keadaan Walter agak membaik. Ketika saya memanggil Baba, saya langsung merasakan keha- diran Beliau.” Pengalaman Elsie di rumah sakit tepat seperti yang telah dikatakan Baba kepada Sri Appa dan saya sendiri di dalam mobil.

Contoh lain kemampuan Baba untuk menghidupkan orang mati telah diketahui para bakta yang lain. Raja dari Venkatagiri menceritakan pengalamannya ketika kira-kira dua puluh tahun yang lalu ia menyaksikan Baba menghidupkan kembali seseorang yang telah meninggal enam hari. Jasad itu sudah membusuk; dan ini wajar. Tentang misteri ini, kami tidak bisa memberi komentar; semua itu di luar pengalaman manusia yang lazim.

Ketidakterikatan, iman, dan kasih, semua ini adalah tiang tempat bertopangnya kedamaian. Dari semua ini, iman sangat penting, karena tanpa iman, sādhanā ‘latihan spiritual’ adalah upacara yang kosong. Hanya ketidakterikatan membuat sādhanā efektif, dan kasih membawa manusia dengan cepat menuju Tuhan. Iman menyebabkan penderitaan karena berpisah dengan Tuhan, ketidakterikatan menyalurkan iman ke jalan menuju Tuhan, dan kasih menerangi jalan itu. Tuhan akan menganugerahkan kepadamu apa yang layak dan kauperlukan; tidak perlu meminta, tidak ada alasan untuk menggerutu. Puaslah, bersyukurlah apa pun yang terjadi, bilamana itu terjadi. Tidak ada suatu pun yang dapat terjadi tanpa Beliau kehendaki.