CERMINAN BULAN


 

Pada tanggal 8 Desember 1973 pagi-pagi sekali, Swami berangkat dari Prashānti Nilayam ke Brindavan. Setelah sejam dalam perjalanan, Beliau memerintahkan tiga mobil yang mengikuti agar berbelok dari jalan menuju ke tempat yang terbuka dan tidak dihuni di hutan. Semua keluar dari mobil. Baba sedang dalam suasana hati yang riang, Beliau berjalan di antara kelompok ini dan bersenda gurau dengan para peserta pria.

Di samping kawasan piknik ini ada pohon apel-hutan dengan beberapa buah apel-hutan yang besar terlihat di cabang atas. Kaum pria melemparinya dengan batu dalam usaha menjatuhkan beberapa buah itu ke tanah, tetapi tidak berhasil. Sebuah apel-hutan kecil dengan garis tengah kira-kira lima sentimeter jatuh ke tanah dan Baba memungutnya.

Baba memegang apel-hutan itu di antara ibu jari dan telunjuk sambil menghadap matahari pagi lalu berkata, “Inilah bulannya.” Kemudian Beliau menggenggam benda kecil itu sekejap. Ketika Beliau membuka tangan, apel-hutan itu lenyap, dan sebagai gantinya ada benda yang sangat luar biasa.

Benda itu adalah piringan yang bening (dari batu?), tepinya tipis dan tengahnya lebih tebal. Benda itu memantulkan cahaya dengan cemerlang, dan di seluruh piringan tersebut ada berbagai perubahan yang membingungkan. Ada bagian-bagian yang gelap dengan bentuk dan ukuran yang tidak teratur; ada urat-urat panjang dan pendek dari bahan seperti mineral yang bercahaya aneka warna.. Ada berbagai bintik dan titik warna yang memantul dengan cemerlang dalam sinar matahari. Kesan keseluruhan yang ditimbulkan piringan itu indah sekali.

Semua orang mencermati benda itu dengan penuh minat dan takjub. Sambil memegang piringan tersebut ke arah matahari, Baba berkata bahwa benda itu adalah miniatur bulan, diciptakan dengan unsur-unsur bulan, dan itu adalah cerminan bulan. Tidak seorang pun mengerti apa yang Beliau maksud, dan kami mulai mengajukan berbagai pertanyaan. Akhirnya kami mengerti bahwa piringan dengan dua sisi itu adalah miniatur kedua sisi bulan, dan batu serta mineralnya tepat sama.

Seakan-akan seseorang memotret bulan sebagaimana terlihat dari bumi, kemudian melakukan perjalanan ke sisi bulan yang sebaliknya dan memotret dari sana. Setiap potret sisi bulan akan terlihat di piringan foto ini seperti piringan yang bundar. Dengan demikian, satu sisi piringan bening yang diciptakan Baba mencerminkan satu sisi bulan, dan sisi lain piringan bening itu mencerminkan sisi bulan di sebaliknya. Bagian yang lebih gelap dan tidak rata pada piringan tersebut merupakan ciri khas yang sangat luas di permukaan bulan. Titik dan bintik yang memantulkan sinar matahari dengan cemerlang adalah gunung-gunung dan pegunungan yang lebih kecil. Urat-urat mineral yang panjang, pendek, dan berwarna-warni cemerlang merupakan tambahan ciri khas pemandangan di bulan.

Sesungguhnya perubahan-perubahan yang terlihat da- lam piringan itu demikian rumit sehingga kami tidak segera memahaminya. Baba berkata bahwa bagian-bagian permukaan piringan yang kelihatan seperti mineral yang bercahaya itu sesungguhnya adalah mineral bulan. Mineral tersebut dapat terlihat di piringan sebab tipis, oleh karena itu bening. Proses pembentukan mineral itu memang berlangsung di bulan. Miniatur bulan itu tepat dan akurat sepenuhnya. Seandainya difoto dan dibesarkan, para ilmuwan pasti akan langsung mengenali semua pemandangan khas yang sudah mereka kenal di permukaan bulan.

Baba memberitahu kami bahwa Beliau tidak mau mem- berikan miniatur bulan itu kepada siapa pun, dan piringan tersebut akan dikembalikan ke tempat asalnya. Beliau tidak mengatakan dari mana datangnya benda itu dan tidak ada seorang pun yang bertanya.

Sementara itu, makanan yang dikeluarkan dari mobil sudah siap, dan sarapan yang lezat dihidangkan oleh para wanita dari kelompok tersebut. Saya memegang piringan rembulan tersebut, maka saya taruh di saku jaket saya, saya simpan di situ. Setelah sarapan, Baba mengulurkan tangan sambil tersenyum. Saya merogoh saku dan mengembalikan piringan bulan itu kepada Beliau. Sekali lagi Beliau mengacungkan piringan itu ke arah matahari, dan seluruh tepian piringan itu bersinar keemasan. Baba berkata, “Lihatlah, ada matahari terbit!”

Setelah kami semua mengagumi cahaya keemasan itu, Swami menggenggam lagi cerminan bulan itu, dan benda tersebut lenyap. Sebagai gantinya, di tangan Beliau terdapat apel-hutan kecil yang semula. Baba melontarkannya kepada saya. Kini apel-hutan itu ada di rumah saya sebagai salah satu benda di ruang doa. Pada waktu itu beberapa orang yang tak dikenal muncul entah dari mana, dan Swami memberikan makanan yang masih ada kepada mereka. Para wanita merapikan tempat piknik, kami semua kembali ke mobil masing-masing, kemudian meneruskan perjalanan ke Brindavan, semuanya amat senang dengan piknik dan sarapan bersama Baba.

Jangan ada duri kebencian dalam pikiranmu, tingkatkan kasih kepada semuanya. Keinginan dapat diibaratkan dengan badai, keserakahan adalah pusaran air, kesombongan adalah jurang, keterikatan adalah salju yang longsor, egoisme adalah gunung berapi. Jauhkan semua itu sehingga ketika engkau mengucapkan nama Tuhan atau melakukan meditasi, semua itu tidak akan mengganggu keseimbangan batinmu. Biarlah kasih bertakhta di hatimu, maka akan ada sinar matahari, angin sejuk, dan air kepuasan yang gemericik memberi makan akar iman.