SAI GITA DITAKDIRKAN MENJADI MANUSIA


Agaknya semua bakta Baba tahu tentang gajah kesayangan Beliau, Gita, baik dengan mengamati secara langsung ketika Gita ikut ambil bagian dalam berbagai peristiwa, atau dengan mendengar kisahnya. Ia sangat menyayangi Baba, dan Beliau pun amat baik kepada Gita.

Jika ada pesta atau perayaan, Gita yang dihias indah, berjalan dengan bangga dan anggun dalam prosesi upacara. Ini mengingatkan kita pada kemegahan kerajaan India masa lalu. Bila perayaan diselenggarakan di Brindavan, Gita akan berjalan seratus enam puluhan kilometer dari Prashānti Nilayam dan memerlukan waktu beberapa hari untuk menempuhnya. Jika tiba di Brindavan, biasanya Gita tinggal di halaman yang tertutup, yaitu tempat tinggal anggota keluarga Baba yang berwujud margasatwa dan terdiri dari: kerbau, sapi, rusa, kera, anjing, burung, dan kobra. Gita suka bermain dan bersenda gurau kecuali jika sudah tidak sabar menunggu kedatangan Baba. Salah satu permainan yang paling disukainya adalah bermain-main dengan ban bekas mobil. Para mahasiswa yang kebetulan sedang berada di halaman itu akan bermain-main sejenak dengan Gita. Mereka menggelindingkan ban bekas itu sekuat tenaga ke arah Gita. Gajah itu menerompet lalu dengan lincah—bagi hewan seberat itu—ia mengejar ban tersebut dengan penuh semangat, menendangnya, dan berlari-lari mengelilinginya.

Suatu hari di Prashānti Nilayam saya mendengar tentang takdir Gita. Rumah Gita terletak di Gokulam, peternakan Baba yang menyediakan susu murni untuk ashram dan desa Puttaparti di sebelahnya. Luas Gokulam beberapa ribu meter persegi, mempunyai bangsal-bangsal yang bersih untuk ternak, perumahan untuk para pekerja dan keluarga mereka, taman, dan sebuah patung indah yang memperlihatkan Sri Krishna dengan seekor sapi betina. Patung Krishna itu khususnya amat dikagumi pengunjung. Patung tersebut dibuat dengan teliti, sesuai dengan petunjuk Baba, dibawa ke tempat tinggal Beliau, dan Beliau cat sebelum dipasang di Gokulam. Sapi-sapi betina di Gokulam sangat menakjubkan. Mereka ternak terbaik yang ada di India, dan pemenang penghargaan untuk kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.

Pada hari itu saya beruntung menemani Baba di jip dalam perjalanan singkat ke Gokulam yang hampir tiap hari Beliau kunjungi. Beliau mengenal setiap sapi betina secara pribadi, menyalami mereka satu demi satu, mengusap-usap mereka, dan berbicara kepada mereka. Tentu saja sapi-sapi itu mengenal Beliau dan maju untuk diberi salam. Kunjungan semacam itu ke Gokulam selalu merupakan kesempatan yang menggembirakan, dan keindahan hewan ternak yang bagus, menyenangkan untuk dipandang.

Setelah selesai memeriksa ternak, kami siap pergi. Sebagai protokol, saya yang pertama naik ke jip, sehingga jika Baba masuk, pengemudinya dapat segera menjalankan kendaraan. Akan tetapi, sekarang Baba menunggu dulu sebelum masuk ke mobil karena Gita mengetahui kedatangan Beliau dan tergesa- gesa menghampiri Beliau. Baba menunggunya, membelai belalainya, berbicara kepadanya, dan memberinya beberapa pisang yang disediakan seseorang. Setelah itu, Beliau berjalan untuk masuk ke mobil, namun Gita membuat suara, dan Baba kembali ke arahnya sekali lagi, membelainya, dan berbicara lagi kepadanya. “Lihatlah,” kata Baba kepada saya, “Ia menangis. Katanya, ‘Swami, jangan pergi sekarang, tinggallah agak lama bersama saya.”

Sesungguhnya ketika saya cermati lebih dekat, tampak air mata  yang  besar-besar  mengucur  dari  matanya.  Ketika  mobil sedang berjalan, saya berkata kepada Baba, “Swami, kata orang, dalam hidupnya yang dulu, Gita adalah seorang putri raja di India. Ia demikian berbakti kepada Baba sehingga ia lahir kembali sebagai hewan agar dengan cara itu bisa dekat dengan Swami. Benarkan ini?”

Baba menjawab, “Bukan begitu. Gita belum pernah menjadi manusia, tetapi berikutnya ia akan lahir sebagai manusia.”