3. Langkah Pertama adalah Mengembangkan Viveka


     Sekarang ada penyakit lain yang mulai menyebar di dunia dan melemahkan serta menyurutkan kedamaian. Ada banyak orang yang seperti beo, memberikan berbagai nasihat muluk-muluk tentang moral, agama, dan disiplin, tetapi tidak melaksanakan hal itu sedikit pun juga. Mereka yang mengaku sebagai orang bijaksana ini hanya bisa berbicara, tetapi tidak tahu bagaimana harus bertindak. (Sebaliknya), mereka yang mengajar dengan teladan kebajikan biasanya tidak mengerti bagaimana membicarakannya. Kata- kata kosong tanpa pelaksanaan atau pengalaman, itulah penyakit yang kini merajalela di dunia.

     Penyakit ini harus segera diberi obat dan disembuhkan karena ia telah menyimpangkan keda- maian bagi umat manusia. Berbicara itu mudah bagi semua orang. Meskipun demikian, sādhaka sejati adalah ia yang bertindak (lebih dahulu) baru kemudian berbicara berdasarkan pengalamannya. Orang yang hanya berbicara tetapi tidak melaksanakan adalah orang yang menyebabkan bencana. Sādhaka dan sādhu yang berbahaya semacam itu jumlahnya semakin banyak dan mereka mengacaukan jalan yang benar. Umat yang polos dan lugu yang mengikuti mereka ikut tersesat dan teperdaya. Biarlah para pencari kebenaran dan peminat kehidupan rohani mula-mula mengamati kelakuan mereka, kemudian menetapkan pilihan. Orang yang memberi nasihat tetapi tidak menerapkannya dalam kehidupannya sendiri, hanya pantas dihormati sebagai tape recorder. Sebelum engkau mencapai tingkat kemanunggalan dan melihat segala sesuatu sebagai Tuhan, engkau harus memperlakukan rekaman hanya sebagai rekaman, tidak lebih dari itu. Sesungguhnya amat keliru dan berdosalah bila kita mengatakan, “Segala sesuatu adalah Tuhan,” hanya di bibir, tetapi dalam pelaksanaannya engkau memperlakukan sejum- lah orang sebagai tidak suci.

     Banyak orang menganggap petunjuk yang manis indah dan kefasihan bicara sebagai hal yang penting. Tentu saja sampai batas-batas tertentu memang demikian halnya. Meskipun demikian, manisnya kata- kata itu harus tetap ada bila pembicaraan tersebut dikenang; tidak boleh menjadi pahit dengan berlalunya waktu. Hanya kata-kata semacam ini merupakan madu surgawi. Kini manisnya kata-kata itu tidak bertahan lama; ia segera berbalik menjadi pahit. Alasannya, kelakuan si pembicara tidak sesuai dengan hal yang dibicarakannya. Karena itu, kata-kata tersebut sekarang berubah menjadi anṛta ‘ketidakbenaran’. Kesan (yang diperoleh pendengar) akan permanen bila pokok pembicaraan  yang  baik  disampaikan  dengan  gaya bahasa yang sesuai dan dengan perasaan yang tepat, didasarkan pada pengalaman yang sesungguhnya.

     Orang yang menempuh hidup kerohanian harus mengusahakan hal sebagai berikut.

  1. Mengembangkan viveka, yaitu kemampuan untuk membedakan yang kekal dari yang sementara, untuk menentukan apa yang bernilai.
  2. Ia harus sungguh-sungguh berusaha mengalami​ apa yang dianggapnya benar dan bernilai.
  3. Usaha itu tidak boleh dihentikan, apa pun yang​ mungkin terjadi.​

     Ketiga hal ini dapat disebut tapa yang sejati. Dari tapa ini akan timbul kedamaian dan kegembiraan yang sesungguhnya.​

     Segala sesuatu (di dunia ini) dari yang paling kecil hingga paling besar, setiap menit mengalami perubahan. Tidak ada benda atau makhluk hidup yang tidak terkena hukum ini. Ciptaan senantiasa mengalami perubahan. Perubahan ini ada dua macam: lahir dan batin, atau luar dan dalam. Perubahan luar atau lahiriah dapat diketahui dengan mudah; perubahan dalam atau batiniah tidak begitu jelas, tidak mudah dimengerti. Karena itu, pertama-tama perlulah melatih dirimu memahami perubahan luar yang lebih jelas. Kemudian sedikit demi sedikit engkau dapat menangani masalah pengendalian dunia dalam yang selalu berubah-ubah. Dari kedua hal ini, pada tahap mana pun engkau berada, lakukanlah dengan sepenuh hati hingga suara hatimu terpuaskan. Ini bukannya agar dihormati orang lain, untuk menyenangkan mereka, atau agar dipuji sebagai bhakta yang agung. Sikap semacam itu merupakan pengkhianatan kepada diri sejati (ātmadroha).

     Tuhan mencintai sifat batin seseorang, bukan penampilan lahiriahnya. Meskipun demikian, janganlah engkau mengabaikan dunia luar. Kelakuan dan kegiatanmu harus menyatakan perasaan batin. Dengan demikian engkau mendapat kesempatan menghayati ketenangan dan kedamaian sepenuhnya, karena cita rasa kedamaian harus dinikmati melalui pikiran, perkataan, sikap, dan perbuatan. Kedamaian hanya lengkap bila dinikmati dalam keempat hal ini. Dengan kata lain, pikiran akan memudar, dan engkau akan mencapai tahap (yang disebut) kedamaian sejati atau kemanunggalan dengan Tuhan.

     Dunia sekarang penuh dengan filsafat yang  tidak dapat dipahami dan kitab-kitab suci yang tidak dipraktekkan. Membicarakan hal ini tidak ada gunanya. Harus diadakan perubahan yang nyata dalam kelakuan dan tindak tanduk manusia sehari-hari karena setiap orang dapat mengalami hal ini, dapat melaksanakannya dengan mudah, dan memahami tujuannya dengan jelas. Hanya bila kelakuanmu sehari-hari kauubah maka dirimu yang sejati, lebih dalam, lebih misterius, dan lebih hakiki, akan dapat kaupahami. Dalam setiap perbuatan, kegiatan, maupun ucapan yang paling remeh pun, engkau harus dapat membedakan dan memilih yang paling baik, itulah tanda sādhaka sejati.