4. Siapakah Aku


     Tidak seorang pun dapat memberimu kedamaian, tidak seorang pun dapat memberimu bakti yang membawa kedamaian. Setiap orang harus menciptakan dan mengembangkannya bagi dirinyasendiri. Meskipun demikian, engkau juga harus mendapat karunia Tuhan, itu merupakan dasarnya. Sebagaimana dikatakan dalam kitab suci Upaniṣad, “Yameva vṛnute tena labhyaḥ,” ‘ia yang dipilih Tuhan akan mendapatkannya’. Sādhaka mungkin bertanya, “Jadi, apa gunanya melakukan latihan rohani?” Bila engkau selalu memikirkan Tuhan dengan penuh bakti, engkau dapat mengatasi karma apa pun juga, baik prārabdha maupun sañcita. Dengan rahmat Tuhan engkau dapat menghayati kebahagiaan yang tidak dapat diraih (dengan cara lain). Jangan meragukan manfaat latihan rohani, hal itu tidak akan pernah sia-sia bagi siapa pun juga. Peganglah kuat- kuat keyakinan ini. Bakti yang tidak tergoyahkan akan diganjar dengan rahmat Tuhan. Gajendra merupakan contoh hal ini.​

     Setiap manusia lahir untuk suatu tugas, tetapi semua hanya dapat hidup dengan makanan dan minuman yang sama, yaitu kedamaian batin. Tanpa ini, tidak akan ada kebahagiaan. Kedamaian batin memperindah setiap perbuatan, melunakkan hati yang paling tegar, membimbingmu ke lapik kaki Tuhan, dan memberikan penampakan Tuhan bagimu. Kedamaian sejati tidak mengenal perbedaan, ia merupakan kekuatan yang menegakkan persamaan. Ia merupakan madu kasih Tuhan dalam bunga kehidupan yang menakjubkan. Ia merupakan kebutuhan utama bagi mereka yang menempuh hidup rohani dan berusaha manunggal dengan Tuhan. Setelah memperoleh kedamaian batin ini, mereka dapat menyadari kesunyataan, hari esok jika tidak hari ini. Mereka harus sabar menghadapi segala rintangan dalam perjalanan; kedamaian batin akan memberi mereka kekuatan yang diperlukan untuk hal itu. Hanya melalui kedamaian batinlah bakti dapat berkembang dan pengetahuan ketuhanan berakar. Pengetahuan kesunyataan (jñāna) yang timbul dari kedamaian batin merupakan satu- satunya cara menempuh hidup yang lengkap atau hidup yang tidak mengenal kematian. Penyelidikan batin, “Siapakah aku?” memudahkan jalan menuju kesadaran (kesunyataan), tetapi mereka yang melakukan latihan rohani harus menunggu dengan sabar dan tenang, menaruh kepercayaan pada karunia serta kebijaksanaan Tuhan. Orang yang melakukan penyelidikan batin semacam itu akan selalu tekun, bersungguh-sungguh, dan menyesal (bila melakukan sesuatu yang tidak benar). Ia yakin bahwa Tuhan ada di mana-mana dan hadir secara nyata, karena itu ia tidak mengenal rasa takut dan selalu penuh kedamaian batin.

     Untuk  mendapatkan  kedamaian batin, engkau harus menaklukkan musuh bebuyutannya, yaitu amarah.  Kemarahan  ditimbulkan oleh  keinginan yang tidak terpenuhi; ia memperbudak manusia dan mengaburkan pengertiannya. Meskipun demikian, pengertian akan menjadi mudah bila engkau dipenuhi bakti yang mendalam. Bentuk bakti yang dinamakan shānta bhakti merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebahagiaan yang kekal dan langgeng. Jadilah pembawa amanat kedamaian yang tiada berawal dan tiada berakhir. Berikanlah cahaya kedamaian itu kepada umat manusia. Tempuhlah hidup yang ideal, senantiasa memiliki kepuasan batin, riang, dan bahagia.

     Para peminat kehidupan rohani dan bakta zaman dahulu mencapai tujuan hidupnya melalui kedamaian batin ini. Kedamaian batin memberi Rāmadāsa, Tukārām, Kabīr, Tyāgarāja, Nandanar, dan lain-lain ketabahan yang diperlukan untuk menanggung fitnah, kesulitan, dan bahkan siksaan yang menimpanya. Jika sādhaka melandaskan usaha mereka pada contoh ini, mereka akan bebas dari amarah, keputusasaan, dan kesangsian. Lebih bermanfaat bagimu bila engkau merenungkan kisah usaha kerja keras, perjuangan, dan keberhasilan orang-orang suci ini daripada bila engkau merenungkankekuasaandankeberhasilan Tuhan. Kisah mereka akan menolongmu sehingga metode-metode yang mereka kembangkan dapat kauterapkan dalam pengalamanmu sendiri. Engkau dapat memperoleh kedamaian batin dengan mengingat-ingat bagaimana mereka mengatasi berbagai halangan, menanggung berbagai kesulitan, dan jalan apa yang mereka tempuh untuk mencapai pantai seberang.

     Akan kautemukan bahwa kedamaian batin merupakan alat utama yang menyelamatkan  mereka dari jerat kemarahan, penderitaan, kesombongan, kesangsian, dan keputusasaan. Karena itu, dengarkan oh para sādhaka, dengan rahmat Tuhan berusahalah mendapatkan alat itu, yaitu kedamaian batin. Kerahkan segala usahamu untuk tujuan tersebut.

     Apa pun kesulitannya, betapa pun besar penderitaannya, berusahalah terus dan capailah kemenangan dengan selalu mengingat nama Tuhan. Ingatlah Bhīsma. Walau terbaring beralaskan anak panah, ia menanggung rasa sakit dengan sabar, menanti datangnya saat yang menjanjikan nasib baik. Ia tidak pernah berseru memanggil Tuhan dalam sekaratnya, mohon agar penderitaannya diakhiri. “Aku akan menanggung semuanya, bagaimana pun sakitnya, betapa pun lamanya penderitaan yang hebat ini. Aku akan diam sampai saatnya tiba. Ambillah aku pada saat itu,” demikian dikatakannya. Bhīsma terbaring, teguh dan tidak tergoyahkan, (karena ia memiliki kedamaian batin sejati), ia adalah yang utama di antara shānta bhakta.