22. Hanya Penyelidikan Batinlah yang akan Mengungkapkan Kebenaran


     Setiap peminat kehidupan rohani harus mengikuti jalan penyelidikan batin. Hanya dengan demikianlah (dalamdirinya) akan timbul dan berkembang keyakinan bahwa alam (dunia) dan segala pengetahuan yang berhubungan dengan itu sebenarnya tidak nyata. Hanya setelah itulah pengetahuan akan diberi nilai yang relatif, tidak mutlak. Tentu saja pengetahuan dan pengalaman semacam itu perlu untuk kehidupan rutin sehari-hari. Meskipun demikian, jangan keliru menganggapnya sebagai pengetahuan tertinggi, sebagai kebenaran abadi yang tidak berubah. Kesalahan semacam itu, jika dilakukan, akan menyebabkan keresahan pikiran dan perasaan. Keresahan ini menimbulkan kesusahan dan kecemasan yang melenyapkan kedamaian batin.

     Jika engkau menginginkan kedamaian batin dan ketenangan,   dasar   utamanya   yaitu   engkau harus menyadari bahwa alam raya dan segala ciptaan ini bersifat sementara, lalu sibukkan dirimu merenungkan Tuhan yang tidak berubah dengan tiada putusnya.

     Karena itu, jangan terbelenggu pada kelekatan yang bersifat mementingkan diri sendiri. Lakukan tugas dan kewajibanmu, tetapi jangan biarkan dirimu menjadi riang gembira bila sukses atau sedih bila gagal. Bersedialah meninggalkan apa saja yang merusak atau membahayakan (hidup rohanimu). Kemudian melalui viveka engkau akan mencapai kemenangan! Ini adalah pernyataan agung yang mengungkapkan kebenaran tertinggi dan kemuliaan Tuhan.Jika kedua jalan : jñāna dan bakti diperban- dingkan, dapat dikatakan bahwa karunia Tuhan bisa diperoleh dengan lebih mudah melalui bakti daripada melalui jalan lain.

     Dalam sādhanā bhakti engkau perlu memahami kenyataan sejati dan makna batiniahnya, sepenuhnya, dan secara jelas. Untuk ini, dunia objektif itu sendiri merupakan bukti (keberadaannya) dan sanggahan (yang menyangkalnya). Dunia objektif atau alam fisik ini merupakan tempat manusia berusaha dan merupakan sarana (untuk memahami kenyataan sejati itu). Untuk mengetahui hal ini, engkau harus melakukan penyelidikan rohani; penyelidikan semacam itu akan mendatangkan kedamaian batin yang tidak tergoyahkan. Hanya penyelidikan rohanilah yang akan mengungkapkan kebenaran di balik seluruh alam kebendaan ini. Engkau mengalami bukan, jika engkau melakukan suatu tugas dengan saksama​ selama beberapa waktu, memperbaiki kesalahan yang kautemukan, menghindari kekeliruan yang sama sementara terus melakukan pekerjaan itu, akhirnya engkau mencapai sukses lebih daripada yang kauharapkan. Yang diperlukan hanyalah hasrat yang tak kunjung padam untuk mencapai kemenangan. Keinginan yang kuat itu akan membuat engkau mencari cara-cara untuk mencapainya, untuk mengembangkan kesungguhan dan ketelitian dalam usaha mengejar tujuan tersebut, dan untuk meraih sukses. Hasratmu harus dikuatkan dengan kemauan, dan kemauan (harus dilengkapi) dengan usaha.

     Ambillah contoh seseorang yang ingin menjadi lebih tegap. Jika hasratnya kuat, pertama-tama ia akan mempelajari cara-cara untuk mencapai tujuannya: latihan jasmani, diet, disiplin, dan sebagainya. Kemu- dian, bila ia menerapkan hal-hal tersebut, kehendaknya akan diubah menjadi kemantapan usaha. Tetapi ada suatu hal penting yang harus kauperhatikan. Ada orang-orang yang berkata bahwa (untuk mencapai kemajuan rohani) engkau tidak boleh mempunyai keinginan atau kemauan. Tidak demikian halnya. Lebih baik mempunyai satu keinginan, satu saja, dan semua (keinginan) lainnya dikesampingkan. Orang yang dengan teguh dan mantap melakukan usaha untuk mewujudkan satu keinginan itu bahkan lebih unggul. Dengan demikian ia dapat memperoleh manfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi kebaikan dunia. Biarlah hasrat, kemauan, dan usahamu diarahkan untuk kebaikanmu. Jangan kausimpangkan hal itu untuk memperoleh kesenangan duniawi karena akan merugikan dirimu sendiri dan menghancurkan kedamaian batinmu.

     Manusia merupakan onggokan dorongan dan keinginan. Bila ia mengumbar kedua hal ini, ia mengurangi sifat ketuhanan yang merupakan pembawaannya dan memudarkan kedamaian batin-nya. Dorongan dapat diibaratkan dengan bahan bakar dan keinginan merupakan apinya. Api itu hanya dapat dipadamkan bila bahan bakarnya kausingkirkan. Padamnya api itu merupakan tercapainya kedamaian batin.