4. Hakikat Kehidupan Manusia


   Bagi orang yang mengamati secara sepintas lalu, kehidupan manusia tampak sebagai lingkaran kegiatan makan, minum, kerja, dan tidur yang silih berganti dengan tiada putusnya. Tetapi sesungguhnya hidup ini mempunyai makna yang lebih luhur dan arti yang lebih dalam. Hidup adalah suatu pengurbanan, suatu yajña. Setiap kegiatan kecil adalah persembahan bagi Tuhan. Bila hari-harimu kaulewatkan dalam kegiatan yang dilakukan dengan semangat pengabdian seperti ini, apakah tidur itu kalau bukan menunggal dengan Tuhan?

   Manusia melakukan kesalahan yang besar karena menyamakan dirinya dengan badan. Ia mengumpulkan bermacam-macam benda untuk pemeliharaan dan kesenangan tubuhnya. Bila badannya menjadi lemah dan jompo karena pertambahan usia, ia berusaha mempertahankannya dengan berbagai cara. Tetapi, berapa lamakah kematian dapat ditunda? Bila malaikat maut memanggil, setiap orang harus meninggalkan badan ini. Kedudukan, kebanggaan, dan kekuasaan semuanya lenyap di hadapan maut. Kita harus selalu menyadari hal ini. Dengan badan, pikiran, dan semangat yang murni, kita harus berusaha menyadari diri yang sejati dengan cara membantu serta melayani semua makhluk hidup. Badan harus dipelihara sebagai alat untuk pengabdian ini. Tetapi ingat, engkau bukan badan ini. Badan ini bukanlah engkau. Engkau adalah Itu (tat tvam asi). Inilah mahāvākya yaitu kebenaran spiritual yang tertinggi dan tersuci: engkau adalah diri abadi yang tidak dapat binasa. Demi diri yang sejati inilah engkau memiliki tubuh ini. Karena itu, dalam usaha untuk menyadari Tuhan dalam hidupmu di dunia sekarang ini, setiap saat engkau harus bersedia mempersembahkan badanmu sebagai kurban. Gunakan wewenang atas badanmu ini untuk memajukan kesejahteraan dunia. Badan ini hanyalah alat, suatu perkakas pemberian Tuhan. Biarlah badan ini memenuhi tujuannya.

   Tetapi, sebelum engkau menyadari tujuan pemberian perkakas badan ini, engkau berkewajiban menjaganya dengan waspada dan melindunginya agar tidak luka atau cacat. Pada musim dingin orang mengenakan wol untuk menahan kebengisan angin yang membekukan. Bila hawa dingin mereda, pakaian wol itu ditanggalkan. Demikian pula bila angin dingin kehidupan jasmani sedikit pun tidak mempengaruhi kita, maka badan jasmani ini tidak diperlukan lagi dan manusia hanya akan menyadari badan halusnya.

   Bila hujan turun, bumi dan langit menjadi satu dalam curahan air yang lebat. Pemandangan ini sungguh indah dan menimbulkan inspirasi. Dengan adegan ini alam mengajarkan agar engkau menjadi satu dan selaras dengannya. Ada tiga pelajaran yang dapat dikaji, yaitu :

  1. semua ciptaan ini bersifat sementara,
  2. manusia mempunyai peran sebagai abdi Tuhan.
  3. Tuhan adalah pembimbing kita.

   Dunia ini merupakan sarana untuk melakukan pemujaan, manusia adalah si pemuja, dan Tuhan adalah yang dipuja. Permainan yang disebut kehidupan diperankan dengan perlengkapan ini.

   Manusia harus bersyukur bila Tuhan memberikan lebih banyak kesempatan untuk melayani-Nya, lebih banyak kesempatan untuk memuja-Nya dengan berbagai cara. Kita harus memohon kemungkinan-kemungkinan baru dan bergembira bila kesempatan itu kita peroleh. Sikap semacam ini akan menimbulkan kegembiraan yang tak terhingga. Melewatkan hidup yang dipenuhi dengan sukacita semacam ini sungguh merupakan kebahagiaan jiwa.

   Apa pun yang kaulakukan sejak matahari terbit hingga terbenam harus disucikan sebagai pemujaan bagi Tuhan. Sebagaimana orang berhati-hati agar hanya memetik bunga yang segar kemudian berusaha agar bunga itu tetap bersih dan tidak layu, demikian pula engkau harus berusaha dengan tiada putusnya agar setiap perbuatanmu murni dan tidak bercela.

   Bila pandangan semacam ini selalu kauingat dan kauterapkan dalam kehidupanmu sehari-hari, maka hidupmu akan menjadi suatu pengabdian yang tiada putusnya kepada Tuhan. Rasa ‘aku’ dan ‘engkau’ (yaitu perasaan individualitas pribadi) akan segera lenyap, segala jejak keakuan akan hilang. Kemudian hidupmu akan berubah menjadi pengabdian total kepada Tuhan. ‘’Aku adalah abdi. Dunia ini adalah persembahan. Tuhan adalahpembimbing yang kupuja.” Bila pikiran, perasaan, dan tindakan seseorang mencapai tahap ini, semua perbedaan antara milikku dan milikmu akan lenyap (pada orang itu tidak akan ada rasa kemilikan lagi).