25. Empat Jenis Kebebasan (Mukti)
Bila engkau terus memuja Tuhan dengan kesadaran yang terpusat dan perasaan yang murni, bebas dari segala pikiran lain yang tidak ada hubungannya, pemujaan itu menjadi bhava-samādhi (suatu tingkat supra sadar). Dalam tingkat kesadaran ini, Tuhan menampakkan diri di mata batin bhakta tersebut, dalam wujud yang telah dipilihnya untuk pemujaan. Penampakan ini bukanlah sekadar imaginasi, melainkan darshan Tuhan yang sesungguhnya. Bila bhakta itu dapat selalu merasakan kehadiran Tuhan di mana pun juga ia berada, maka ia telah mencapai tingkat berikutnya yang disebut sālokyamukti. (Bila ia maju terus dalam kehidupan spiritualnya), selain selalu berada dalam kehadiran Tuhan, ia juga akan melihat segala sesuatu sebagai perwujudan kemuliaan Tuhan. Penghayatan ini disebut sāmīpyamukti. Hidup dalam kehadiran Tuhan yang tiada putusnya, selalu menyaksikan kemuliaan Tuhan, bhakta itu diliputi dengan kesadaran Tuhan. Ini disebut sārūpyamukti. Inilah hasil akhir jalan bhakti. Meskipun demikian, pada tingkat ini pun masih ada jejak rasa perbedaan antara Tuhan dan bhakta. Maka keadaan ini tidak dapat dianggap sebagai tingkat yang tertinggi dalam arti penghayatan Tuhan yang tanpa wujud dan Mahabesar. Walaupun bhakta mempunyai wujud yang sama dengan Tuhan, kita tidak dapat beranggapan bahwa ia mempunyai kekuasaan Tuhan untuk mencipta, memelihara, dan membinasakan. Hanya bila semua perbedaan lenyap dan kemenunggalan tercapai, bhakta mencapai tingkat yang tertinggi. Inilah yang disebut sāyujya. Tingkat ini hanya dapat dicapai dengan karunia Tuhan yang diperoleh karena hakikat usaha spiritual yang dilakukan individu. Hal ini tidak dapat dikatakan sebagai hasil usaha. Sang bhakta tidak merindukan kemenunggalan ini (aikyam). Ia ingin mengabdi Tuhan, menyenangkan Tuhan, dan mengalami kegembiraan wujud yang dipertalikannya dengan Tuhan. Dalam kemurahan- Nya Tuhan tidak hanya menganugerahinya dengan kebahagiaan setiap tingkat pengabdian, kedekatan dengan Tuhan (sālokya), penghayatan kemuliaan-Nya (sāmīpya), rasa kesamaan dengan Tuhan (sārūpya) yang merupakan hasil akhir bhaktinya, tetapi juga dengan kesadaran Tuhan (sāyujya)! Bhakti mārga juga menghasilkan tercapainya Brahma Jñāna. Bahkan bila bhakta tidak menginginkan tingkat yang tertinggi ini, Tuhan menganugerahkan hal tersebut kepadanya. Sādhaka yang mencapai kemenunggalan dengan Tuhan dengan cara ini juga disebut sebagai ekantamukti, artinya yang unik di antara mereka yang telah mencapai kebebasan.
Bila engkau terus memuja Tuhan dengan kesadaran yang terpusat dan perasaan yang murni, bebas dari segala pikiran lain yang tidak ada hubungannya, pemujaan itu menjadi bhava-samādhi (suatu tingkat supra sadar). Dalam tingkat kesadaran ini, Tuhan menampakkan diri di mata batin bhakta tersebut, dalam wujud yang telah dipilihnya untuk pemujaan. Penampakan ini bukanlah sekadar imaginasi, melainkan darshan Tuhan yang sesungguhnya. Bila bhakta itu dapat selalu merasakan kehadiran Tuhan di mana pun juga ia berada, maka ia telah mencapai tingkat berikutnya yang disebut sālokyamukti. (Bila ia maju terus dalam kehidupan spiritualnya), selain selalu berada dalam kehadiran Tuhan, ia juga akan melihat segala sesuatu sebagai perwujudan kemuliaan Tuhan. Penghayatan ini disebut sāmīpyamukti. Hidup dalam kehadiran Tuhan yang tiada putusnya, selalu menyaksikan kemuliaan Tuhan, bhakta itu diliputi dengan kesadaran Tuhan. Ini disebut sārūpyamukti. Inilah hasil akhir jalan bhakti. Meskipun demikian, pada tingkat ini pun masih ada jejak rasa perbedaan antara Tuhan dan bhakta. Maka keadaan ini tidak dapat dianggap sebagai tingkat yang tertinggi dalam arti penghayatan Tuhan yang tanpa wujud dan Mahabesar. Walaupun bhakta mempunyai wujud yang sama dengan Tuhan, kita tidak dapat beranggapan bahwa ia mempunyai kekuasaan Tuhan untuk mencipta, memelihara, dan membinasakan. Hanya bila semua perbedaan lenyap dan kemenunggalan tercapai, bhakta mencapai tingkat yang tertinggi. Inilah yang disebut sāyujya. Tingkat ini hanya dapat dicapai dengan karunia Tuhan yang diperoleh karena hakikat usaha spiritual yang dilakukan individu. Hal ini tidak dapat dikatakan sebagai hasil usaha. Sang bhakta tidak merindukan kemenunggalan ini (aikyam). Ia ingin mengabdi Tuhan, menyenangkan Tuhan, dan mengalami kegembiraan wujud yang dipertalikannya dengan Tuhan. Dalam kemurahan- Nya Tuhan tidak hanya menganugerahinya dengan kebahagiaan setiap tingkat pengabdian, kedekatan dengan Tuhan (sālokya), penghayatan kemuliaan-Nya (sāmīpya), rasa kesamaan dengan Tuhan (sārūpya) yang merupakan hasil akhir bhaktinya, tetapi juga dengan kesadaran Tuhan (sāyujya)! Bhakti mārga juga menghasilkan tercapainya Brahma Jñāna. Bahkan bila bhakta tidak menginginkan tingkat yang tertinggi ini, Tuhan menganugerahkan hal tersebut kepadanya. Sādhaka yang mencapai kemenunggalan dengan Tuhan dengan cara ini juga disebut sebagai ekantamukti, artinya yang unik di antara mereka yang telah mencapai kebebasan.