PERKEMBANGAN SPIRITUAL


Manusia mempunyai tiga tingkat perkembangan rohani: pertama tingkat yang kabur dan tidak menentu, kemudian tingkat perjuangan yang aktif, dan terakhir tingkat yang tertinggi. Ini adalah tahap sikap pasif (tamas), sikap aktif (rajas), dan tahap kemurnian (sattva). Jika manusia tumbuh dari tingkat pertama menuju yang kedua tanpa maju selangkah demi selangkah, hal ini harus dianggap tidak wajar.


Tiga Tahap Pertumbuhan

Periode perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa remaja tidak perlu dipandang terlalu serius. Engkau tidak usah terlalu mencemaskan hal ini. Dengan tibanya masa remaja, manusia mulai memasuki tahap yang kabur tidak menentu dan asyik melakukan berbagai perbuatan yang tidak berguna. Kelak ia mencapai kematangan dan kekuatan. Ini adalah tingkat antara yang tidak menentu dan yang pasti. Bila telah mencapai tingkat menengah ini, ia harus merindukan pemenuhan atau penyelesaian yang dapat dicapai pada tahap akhir.

Aturan-aturan untuk bertapa pun mengikuti hukum ini. Mula-mula puja dihubungkan dengan kekuatan Tuhan (śakti), tahap pemujaan berikutnya berhubungan dengan Śiva. Dengan kata lain, masa ketika anak berada dalam asuhan ibu telah berlalu, maka akhirnya ia akan mencapai asuhan ayah perlindungan dari Śiva, pembaharu dan penjaga alam semesta. Bila tahap asuhan ayah tiba, manusia haruslah tidak mengotori badan dan pikirannya seperti pada asuhan ibu.

Pada tingkat menengah (yaitu pada usia tersebut) manusia akan mempunyai berbagai kecenderungan dan kecondongan  alamiah  tertentu  yang  tidak  diinginkan  dan harus dijauhkan. Kecenderungan tersebut adalah kesombongan, kejahatan, keras kepala, keinginan untuk mengetahui urusan orang lain, hawa nafsu, ketamakan, malu, takut, kecenderungan untuk membalas dendam, kemuakan atau kebencian, dan sebagainya. Selama manusia mempunyai kecenderungan-kecenderungan ini, ia tidak dapat menyerahkan diri pada Śiva. Ini harus dicabut hingga ke akar-akarnya, atau sekurang-kurangnya harus ada suatu usaha yang sistimatis untuk melepaskan diri dari hal-hal tersebut. Maju melawan arus adalah cara untuk mencapai sumber. Berhanyut-hanyut mengikuti arus berarti makin lama makin menjauh dari sumber dan kehilangan pandangan, tidak dapat melihat tujuan lagi.

Dengan demikian peminat kehidupan rohani harus berenang melawan arus. Berenang melawan arus sungai tentu saja agak sulit, tetapi setiap gerakan membawamu lebih dekat pada tujuan dan tidak lebih jauh. Untuk mengatasi ketegangan atau kelelahan, kita harus mempunyai rakit yang disebut meditasi. Dengan meditasi kelemahan badan jasmani dapat diatasi, polah tingkah  pikiran,  perasaan,  dan ingatan yang meloncat kian kemari dengan cepatnya dapat dikendalikan, dan kemajuan menuju ke pusat rahmat menjadi mudah; kita dapat mencapai kekuatan primordial Tuhan (adimurthi). Sebaliknya, jika manusia lebih menyukai perjalanan yang mudah dan berhanyut-hanyut mengikuti arus, ia akan pergi menjauhi rahmat, membelakanginya. Kekuatan primordial Tuhan berangsur-angsur menjadi semakin jauh dan lenyap. Orang yang berhanyut mengikuti arus akan tersesat dalam kesengsaraan yang makin lama makin parah. Apakah faedahnya?

Kecenderungan-kecenderungan buruk yang disebutkan di atas adalah penyebab tragedi ini. Bila saja hal-hal tersebut diatasi, sumber Ilahi pasti sudah dicapai. Tanpa perjuangan untuk itu, segala kegiatan akan berakhir dengan kegagalan. Lagi pula, dunia hanya mencintai orang-orang baik, yang pembawaan sifat-sifatnya baik; dan menjauhi orang-orang jahat. Daya pikat jasmani menarik hewan sedangkan keelokan batin yang ditimbulkan oleh tabiat yang baik menyenangkan Tuhan. Jangan tergoda oleh selera dunia yang rendah dan penghargaan murah yang diberikan oleh orang banyak. Berjuanglah untuk memperoleh karunia dan kasih Tuhan yang suci. Kasih sayang yang dicurahkan manusia tidaklah tetap dan sementara sifatnya karena tergantung pada rasa suka atau tidak suka mereka. Tetapi kasih Tuhan kepadamu tergantung pada sifat baikmu semata dan dapat memberimu sukacita abadi. Mereka yang kasmaran pada yang lahiriah terkadang akan jatuh bangun dalam kekecewaan dan kepedihan. Kecantikan terletak dalam karakter dan bukan dalam hal-hal lainnya. Tiada apa pun juga yang lebih memikat daripada hal itu.


Bicarakan Kebaikan Orang Lain, Bukan Keburukan-nya

Orang yang baik haruslah tidak pernah membicarakan keburukan yang dilakukan orang lain karena hal itu akan mencemari mereka. Kisah Dhruva dan Prahlāda akan berfaedah bila didengarkan  dan  dapat  menunjukkan  jalan. Kisah Sāvitrī dan Anasūyā menguatkan karakter dan akan memusnahkan akar-akar kejahatan. Bagaimana bisa demikian? Apakah penjelasannya? Mereka semuanya suci, riwayat hidup mereka tiada bercela, karena itu mereka dan kehidupan mereka layak dibicarakan dan bermanfaat. Itulah penjelasannya.

Beberapa pengeritik ‘orang-orang yang baik’ membenarkan celaan mereka dengan menyatakan bahwa mereka berusaha memperbaiki orang-orang tersebut dan membuat mereka lebih baik lagi! Tidak, sesungguhnya mereka menyebabkan orang yang baik menjadi jahat dan menarik kejahatan itu pada diri mereka sendiri. Mereka sendiri menjadi orang yang jahat.

Jangan pernah memikirkan kejelekan atau kejahatan orang lain. Jika engkau dapat mengusahakannya, cobalah selalu untuk mengalihkan mereka ke jalan yang baik dan berilah mereka nasihat yang baik. Engkau harus memelihara kedamaian hati, untuk itu diperlukan kedermawanan dan keinginan untuk memajukan kesejahteraan umat manusia. Semua ini hanya dapat timbul dari pengulang-ulangan nama Tuhan dan meditasi. Harta yang diperoleh dari pengulang- ulangan nama Tuhan dan meditasi adalah sifat-sifat yang baik (sadguṇa). Sifat-sifat baik ini memurnikan serta meluhurkan seluruh kecenderungan kita lahir dan batin.

Gelombang timbul di permukaan laut. Ombak ini ditimbulkan oleh angin, dengan demikian angin dapat dikatakan memiliki kekuatan itu. Demikian pula pikiran orang yang cerdas penuh dengan gagasan dan pendapat. Jika ada suasana yang sesuai, semua ini timbul dan berdatangan dari segala penjuru.


Tuhan Mengambil Wujud yang Dirindukan

Demikian pula Tuhan memperlihatkan diri dalam gambar atau patung yang dipuja seseorang, tetapi apakah ini disebabkan karena gambar atau patung itu mempunyai suatu keunggulan istimewa? Tidak. Gambar, foto, dan patung tersebut adalah benda-benda biasa dan tetap demikian halnya seperti semula. Yang sesungguhnya terjadi adalah, karena hebatnya kebaktian si pengabdi, maka Tuhan tak dapat tidak harus menampakkan diri-Nya kepada orang tersebut. Untuk itu Beliau mengambil suatu wujud dalam batu, kayu, atau kertas-- yang direnungkan dan digunakan untuk meditasi serta dipuja oleh si pengabdi. Beliau mewujudkan diri dari sebuah tiang demi Prahlāda! Untuk Vāmana Beliau memperlihatkan diri dalam sebuah batu! Untuk Mārkaṇḍeya Beliau keluar dari dalam lingga! Untuk memenuhi kerinduan para bhakta maka Hari Yang Maha Ada dan memenuhi alam semesta, akan datang dalam wujud apa pun, dalam apa saja, di mana saja.


Carilah Pergaulan dengan Teman-Teman yang Baik, Hindari Pergaulan dengan yang Jahat

Tetapi engkau harus berdoa kepada Tuhan dengan perhatian yang terpusat. Konsentrasi semacam ini hanya timbul dari sifat yang murni (sattva-guṇa) dan itu juga merupakan hasil meditasi. Karena itu, kalian harus berusaha menumbuhkan sifat-sifat yang baik dan agar hal ini dapat berkembang, kalian harus menginginkan pergaulan dengan teman-teman yang baik (sat-sang). Temanmu yang sesungguhnya adalah mereka yang berbicara dan mengajarkan perihal Tuhan, perihal kebenaran, mengenai bakti sosial atau pelayanan bagi orang lain, dan mengenai kasih yang memandang semuanya sama. Dari merekalah engkau memperoleh kebaikan sebanyak-banyaknya. Pergaulan dengan orang- orang semacam itu tentu saja merupakan pergaulan dengan orang yang bajik (sādhu), karena orang-orang semacam ini benar-benar berbudi luhur.

Ada orang-orang yang tidak pernah berbicara mengenai Tuhan atau bahkan tidak mengetahui adanya Tuhan; mereka sibuk melipatgandakan dan menguatkan belenggu kehidupan  duniawi  (saṁsāra);  mereka   mengajarkan   dan mempraktikkan kebohongan, ketidakadilan, serta penindasan, dan menasihati engkau agar tidak mengikuti dharma. Orang-orang semacam ini jangan kauperlakukan sebagai temanmu, tetapi sebagai orang yang bagaimanapun juga harus kauhindari. Mereka adalah kumpulan orang yang tidak baik (dussanga). Bergaul dengan orang-orang semacam itu menyebabkan engkau melakukan berbagai hal yang tidak baik diluar kemauanmu, menyebabkan engkau mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan, melakukan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan, dan karena itu menempuh jalan menuju kehancuran.

Orang-orang yang tidak takut berbuat dosa dan tidak takut kepada Tuhan dapat nekat melakukan kejahatan apapun; ini tidak mengherankan.  Karena  itu,  carilah  teman  di kalangan orang-orang yang mempunyai kedua  rasa takut ini (takut berbuat dosa dan takut kepada Tuhan), ini adalah pergaulan yang baik. Engkau harus merasa ngeri bergaul dengan orang yang tidak takut berbuat dosa dan tidak bertakwa kepada Tuhan, itu adalah pergaulan dengan orang jahat (dussanga). Engkau harus selalu menginginkan pergaulan dengan teman-teman yang baik (satsaṅga). Dalam lingkungan itu, ketamakan atau keinginan yang bukan- bukan tidak mendapat kesempatan tumbuh. Entah mudah didapat atau tidak, carilah dan bergabunglah hanya dalam pergaulan yang baik. Carilah dan sadarilah kepuasan serta kesenangan yang lestari. Jangan kaualihkan perhatianmu untuk mengejar kepuasan sementara.

Tiada manfaat yang dapat diperoleh peminat kehidupan rohani yang sejati bila ia berteman dengan orang-orang yang menghabiskan waktu mereka dalam urusan-urusan duniawi. Jika engkau tidak memperoleh teman yang benar dari jenis yang telah Kusebutkan di atas, menyendirilah, tanpa teman, engkau tidak akan rugi. Bahkan jangan pernah memikirkan pergaulan dengan orang yang jahat. Jangan terjerat dalam tipu muslihat atau bujuk rayu mereka. Bila keadaan memungkinkan, jika engkau mendapat kesempatan, berilah mereka nasihat mengenai (hidup) yang benar, tetapi jangan menuruti kata-kata mereka. Bahkan janganlah engkau mempunyai keinginan untuk hadir di tempat mereka berada. Jika engkau mengembangkan sifat-sifat ini, maka pengulang- ulangan nama Tuhan dan meditasi akan mudah bagimu dan akan cepat pula membawa hasil.