MURNI, SUCI, DAN RENDAH HATI


Murni, Suci, Dan Rendah Hati

Jiwa-jiwa yang telah menyadari Tuhan di dalam diri mereka (jiivan-mukta) adalah ibarat mercu suar yang menunjukkan jalan kepada kapal-kapal yang terperangkap dalam pekatnya kegelapan malam di tengah samudra. Mercu suar rohani ini menunjukkan jalan bagi mereka yang berjuang tanpa daya dalam kegelapan malam kebodohan.

Semuanya Iahir darirahim Tuhan Yang Esa. Sebagaimana berbagai jenis ikan, ketam, dan makhluk-makhluk air lainnya hidup dan bergerak di dalam sebuah waduk yang besar, maka manusia yang tidak terhingga banyaknya ini bergerak dalam samudra yang disebut Tuhan. Ini adalah pemandangan yang sangat mengagumkan. Beberapa diantara mereka masih terkebelakang, beberapa belum berkembang sepenuhnya; mereka berenang kian kemari, tamak, dan mementingkan diri sendiri. Di tengah kumpulan makhluk-makhluk yang tidak berpengetahuan ini (tidak memiliki kebijaksanaan rohani), ada beberapa jiwa yang telah sangat berkembang, mereka adalah orang-orang yang bijak (jñāni) dan yogi. Karena mereka bercampur baur dengan khalayak yang tidak berpengetahuan ini, maka sulitlah untuk membedakan orang yang bijaksana dari orang-orang lainnya. Untuk meneliti butir-butir darah merah di dalam darah diperlukan mikroskop, demikian pula kita memerlukan mikroskop khusus untuk mengetahui siapakah orang yang bijak. Mikroskop ini tak lain dan tak bukan adalah meditasi.

Segala ciptaan ini, dan keajaiban yang memenuhinya, sungguh merupakan sumber ketakjuban. Tetapi bila memperhatikan kondisi sekarang ini, sangat sedikitlah orang yang mencari dan dibimbing oleh terang. Karena itu, daripada mengikuti si anu serta si polan, dan mengikuti jalan yang berkelok-kelok lalu tersesat, lebih baik percayalah sepenuhnya kepada Tuhan sendiri dan bertumpulah pada- Nya sebagai ibu, bapak, guru, dan pembimbingmu yang sejati. Dengan demikian engkau tidak akan pernah tersesat. Beliau tidak akan pernah mengarahkan engkau ke jalan yang salah. Agar memiliki iman yang teguh dan pengalaman tersebut, manusia harus melakukan meditasi, hanya itulah cara satu- satunya. Cukuplah bila engkau bermeditasi pada nama dan wujud Tuhan dengan kasih serta keyakinan, dan engkau dapat memilih nama serta wujud yang paling kausukai.


Selalulah Riang dan Ramah

Untuk latihan rohani ini engkau harus mengembangkan sifat periang, selalu tersenyum; ini akan memberimu citra yang baik. Orang-orang juga akan lebih sayang kepadamu. Dengan demikian, Tuhan pun akan senang melihat engkau. Karena itu, lakukan meditasi dengan murni, suci, dan rendah hati.

Dengan demikian, pasti engkau dapat mencapai apa pun juga yang kauperjuangkan. Jangan hilang kesabaranmu dalam situasi apa pun; jangan berkecil hati bila keadaan tidak menentu. Hormati setiap orang, apa pun juga kedudukan mereka. Kemudian sifat kasih universal akan berkembang dalam dirimu. Sebagai hasilnya, meditasimu akan maju tanpa gangguan.

Meditasilah satu-satunya cara untuk menyembuhkan penyakit tanpa menggunakan obat. Bahkan kemampuan untuk menganalisis dan membedakan (antara yang nyata dan tidak nyata, yang kekal dan sementara), akan bertambah dan karena itu, penyakit-penyakit betapa pun seriusnya, akan dapat diatasi.

Dalam setiap kata yang diucapkan orang, ada dua macam makna: yang tersurat dan yang tersirat, yang dangkal dan yang berhubungan dengan kualitas. Upaniṣad sibuk dengan yang kedua dan memperinci, memperjelas, serta membuat manusia dapat mengetahui perihal Brahman.  Ada satu hal penting yang harus diingat yaitu, seluruh kekuatan yang terkandung dalam kata-kata atau ucapan, sebaiknya digunakan melalui kelembutan serta keramahan. Jika engkau ingin melihat Tuhan dalam setiap objek, maka keramahan perkataan akan sangat menolong. Dalam sebutan Tuan, Bapak, Yang Mulia terletak rahasia kasih sayang dan rasa hormat. Melalui berbagai ucapan ini dan kata lain sejenisnya, betapa engkau telah menyenangkan hati orang lain, dan sebagai hasilnya betapa ringannya hatimu karena mempraktikkan cara berbicara yang lemah lembut! Bila meditasi dilakukan dalam suasana yang bahagia itu, betapa cepatnya konsentrasi dapat dicapai.

Sebaliknya, jika dalam pembicaraan engkau menggunakan kata-kata yang mencela dan menghina orang lain, maka engkau juga akan menjadi sasaran celaan, dan hati serta pikiranmu terganggu akibat kedua hal itu, maka tujuan meditasi tidak tercapai karena suasana menjadi tidak suci lagi. Karena itu, jika engkau sungguh-sungguh ingin berbahagia melalui meditasi, sebagai permulaan proses ini, engkau harus terlibat dalam percakapan yang menyenangkan,  atau  memikirkan  dan  mengenang hal-hal yang membahagiakan. Pembicaraan yang manis dan lemah lembut sangat menolong (orang yang melakukan) meditasi. Engkau harus mengembangkan tabiat semacam itu karena tabiat bertahan lebih lama daripada badan. Kebajikan adalah kekuatan dan  kebesaran  manusia.  Watak  yang baik adalah kekuatan. Karena itu, latihlah pkiranmu dan gunakan untuk mencapai penampakan Tuhan (sākṣātkāra), berpegang teguhlah pada tujuan itu.


Miliki Kepuasan Batin dan Inginkan hanya Tuhan

Engkau harus memiliki kepuasan(batin)dalam untung malang atau dalam keadaan apa pun juga. Ini penting. Kepuasan (batin) membawa kebahagiaan dan meningkatkannya. Bagi hati yang puas, hidup adalah perayaan yang tiada hentinya. Pikiran yang dicemaskan oleh keinginan tidak akan tenteram. Jika keinginan mengganggumu, konsentrasi tidak mungkin dilakukan. Keinginan adalah api di dalam badanmu; api ini dapat menghabiskan engkau menjadi abu. Kepuasan (batin) adalah obat mujarab untuk membinasakannya. Seperti halnya mandi di aliran air yang sejuk dapat menyegarkan pejalan kaki yang kehabisan tenaga dan bersimbah peluh dalam panas terik matahari yang membakar, maka orang yang menderita panasnya api ketamakan akan disegarkan oleh air jernih kepuasaan batin.

Manusia harus mempunyai keinginan hanya untuk menempuh jalan menuju kesadaran diri sejati. Janganlah engkau mengabdikan hidupmu untuk berbagai keinginan duniawi yang rendah. Persembahkan semuanya kepada Tuhan; itulah kepuasan sejati. Itulah hasil yang diperoleh bila manusia mencapai kedamaian hati (śānti), sukacita (santoṣa), dan diskriminasi (vicārana). Kemudian penampakan Tuhan (sākṣātkāra) pun dapat diperoleh.

Mengingat nama Tuhan dan meditasi adalah cara satu- satunya untuk memperoleh hal ini. Hanya kedua hal ini yang dapat memberikan kekuatan tersebut. Engkau tidak dapat dan tidak akan memperolehnya di mana pun juga (selain dalam smaraṇa dan meditasi).

Lebih dari semuanya, bila engkau memiliki kepuasan batin, kedua hal lainnya akan ditambahkan kepadamu. Tiada hal yang lebih menguntungkan bagi manusia selain daripada kepuasaan batin. Itu  merupakan  harta  yang  lebih berharga daripada tiga dunia. Orang yang puas dapat mengalami kemuliaan Tuhan yang tidak terlukiskan. Ia lebih berbahagia daripada pemilik sapi yang memenuhi segala keinginan (kamadhenu) dan pohon yang memenuhi segala keinginan (kalpataru). Ia dapat menyelam ke dalam dirinya sendiri dan menemukan kebahagiaan di situ. Jangan berjuang untuk mendapatkan kesenangan jasmani dengan mengesampingkan sukacita yang lebih lestari yang diperoleh dari ketenangan serta kepuasan batin.

Jangan melekat pada badan yang fana ini, tetapi gunakan sebagai alat. Pandanglah dirimu sebagai terpisah dari badan yang rapuh dan mudah rusak ini, yang diciptakan dari gabungan lima unsur (tanah, air, api, udara, dan ether). Ketahuilah dirimu sendiri sebagai ātma yang tidak dapat binasa. Sebagaimana halnya rumah tempat tinggalmu terpisah dari dirimu, demikian pula badan yang menyelubungi engkau untuk sementara waktu, juga terpisah. Badan adalah pangkal penyebab segala kesusahan, segala bencana, dan perbudakan ini. Pahami baik-baik, tundukkan badan pada kemauanmu; janganlah engkau tunduk pada kemauannya dan mengikuti polah tingkahnya. Bersiaplah untuk membuangnya; tetapkan hatimu untuk menguasainya dan kendalikan dalam pengawasan yang ketat. Engkau harus memperlakukan badanmu dengan hati-hati; engkau harus melatihnya dengan penuh perhatian.

Walau semua yang telah dibicarakan di atas berhubungan dengan ātma, setiap orang harus melakukan berbagai kegiatan. Bagaimana caranya menggunakan badan sebagai alat, sebagai perahu misalnya, untuk menyeberangi arus kehidupan? Sebelum mencapai tepian seberang, atau dengan kata lain, sebelum mencapai kebenaran azasi, engkau harus berhati-hati agar (perahu itu) tidak rusak, pecah, atau bocor. Jangan sampai perahu itu hancur, waspadalah atau awasi tanda-tandanya. Tegasnya, makanan yang baik dan murni (sāttvik) dalam jumlah yang sedang, pada saat yang tepat, dan kegiatan jasmani yang berdisiplin untuk tubuh, harus tidak dihentikan.

Kegiatan semacam itu jika diarahkan pada kerohanian, menjadi disiplin yang diperlukan untuk latihan rohani yang sesungguhnya. Inilah yang disebut meditasi, mengingat nama Tuhan, melakukan ritual pemujaan, dan menyanyikan kidung suci. Pada waktu latihan ini dilakukan, maupun seterusnya, engkau harus riang dan tidak murung. Jangan lupakan hal ini, jangan sampai merasa lelah atau segan. Meskipun demikian, jika engkau merasa letih, maka setelah menyelesaikan meditasi hari itu, engkau dapat makan sedikit kacang tanah atau badam yang telah direndam dalam air. Ini akan menyejukkan dan menguatkan badan.

Demikianlah, setiap orang harus mengembangkan sifat kepuasan batin ini melalui pelaksanaan meditasi. Kepuasan batin adalah sifat murni (sāttvika) yang sama sekali tidak akan mengubahmu menjadi pemalas! Sebaliknya, sifat ini akan membawa pikiran kepada Tuhan dan menganugerahkan kedamaian hati. Selain itu, kepuasan hati ini juga akan menghalangi berbagai kegiatan yang tidak perlu, yang hanya ditujukan untuk kepentingan diri sendiri. Orang yang puas hati akan murni sepenuhnya; ia akan menempuh kehidupan batin dalam persatuan dengan ātma. Ia dapat melakukan pekerjaan apa pun tanpa istirahat dan tanpa mengeluh. Gelombang pikiran yang mengalun ke berbagai arah, mendapat tujuan tunggal.

Para ṛṣi, rahib pengembara (bhikṣu), dan yogi zaman dahulu mencapai tujuan hidup dengan pertolongan kedamaian hati yang datang pada mereka melalui kepuasan (batin). Hal ini memberi semua peminat kehidupan rohani, gelora semangat serta kekuatan yang diperlukan untuk menempuh jalan menuju kesadaran Tuhan (sākṣātkāra). Dengan kepuasan ini peminat kehidupan rohani dapat mengabaikan berbagai bahaya serta kesulitan di jalan. Segala hal yang fana dalam kehidupan ini diperlakukannya sebagai racun dan dibuangnya seperti sampah. Melalui kepuasaan batin ini berkembanglah kemampuan memilah- milah (yang nyata dan tidak nyata, yang sementara dan kekal, dan sebagainya), penyangkalan diri, dan semangat untuk melakukan penyelidikan batin. Kisah Mirā merupakan contoh hal ini. Pahami baik-baik cerita tentang Rādhā, Jayadewa, dan Gaurāṅga. Kisah mereka akan mengajarkan kebenaran kepadamu.