TUJUAN MEDITASI ADALAH KEBEBASAN DARI LINGKARAN KELAHIRAN DAN KEMATIAN


Dorongan yang Baik dan yang Buruk

Tercapainya kesadaran ātma (ātma-sākṣātkāra) ini merupakan pemenuhan kehidupan manusia. Untuk mencapai kesadaran ini, manusia harus bebas sama sekali dari berbagai dorongan (vāsanā). Kebebasan (mokṣa) dalam arti kata yang sesungguhnya adalah kebebasan dari belenggu vāsanā ini. Kecenderungan ini terdiri dari dua jenis: baik dan buruk. Kecenderungan yang baik sarat dengan kesucian; kecenderungan buruk memasuki pikiran, perasaan, serta ingatan dan membuatnya semakin tidak terkendali dan tidak tenang; kecenderungan yang buruk ini menyebarkan dan menguatkan keinginan pada kenikmatan yang objektif.

Jika kecenderungan yang baik (subha vāsanā) didorong dan dikembangkan, mereka tidak akan berlipat ganda secara tidak menentu dan tidak membelenggu pikiran. Seperti biji-bijian yang telah  digoreng, mereka  tidak  akan berkecambah. Jika engkau berpegang teguh pada kecenderungan-kecenderungan yang baik, engkau dapat mencapai pengetahuan Tuhan Yang Mutlak (Brahma-jñāna) dengan mudah. Kecenderungan yang baik ini tampak dalam kegiatan seperti misalnya: pergaulan dengan para mahātma, rasa hormat kepada orang-orang yang agung, percakapan dengan mereka, mengikuti nasihat mereka, amal, ketabahan hati atau keuletan, kasih, kesabaran, kebenaran, keberanian, membatasi diri, dan sebagainya. Ini adalah dorongan atau bisikan hati yang murni.

Kecenderungan kotor (asubha vāsanā) membawa manusia pada perbuatan yang tercela seperti misalnya keinginan kuat atau ketagihan untuk melihat hal-hal yang memenuhi selera rendah (seperti misalnya film bioskop); kecenderungan  untuk  makan  hidangan yang penuh  sifat rajas (seperti ikan, daging, dan sebagainya), untuk minum minuman keras yang menghancurkan kepribadian, kecenderungan ini juga mengembangkan angkara murka, khayal, ketamakan, kecongkakan, tipu daya, kebencian, iri hati, dan sebagainya.

Kecenderungan-kecenderungan yang tidak murni semacam itu tergolong dalam tiga jenis, yaitu dorongan keduniawian, dorongan kecendekiawanan atau intelektual, dan dorongan jasmani atau badan. Kecenderungan jasmani membuat manusia menginginkan badan yang indah, kuat dan kokoh, kulit yang mulus dan tak pernah cacat oleh kerut merut serta otot yang mengeras. Dorongan kecendekiawanan mendorong  manusia  sehingga  ingin  terkenal   sebagai  ahli yang tiada bandingnya dan ingin agar saingan dalam bidangnya terkalahkan. Akhirnya dorongan keduniawian membuat manusia menginginkan kejayaan, kekuasaan, kedudukan, dan kemegahan. Keinginan-keinginan semacam itu dapat digolongkan dalam kelompok ini. Semua ini adalah dorongan hati. Hal-hal tersebut membelenggu engkau pada roda kelahiran serta kematian (saṁsāra) dan menambatkan engkau di dunia ini.


Hancurkan Kebodohan

Pohon raksasa yang disebut pikiran, perasaan, dan ingatan mempunyai dua buah biji yaitu dorongan (vāsanā) dan napas (prāṇa). Biji menjadi pohon dan pohon menghasilkan biji. Napas bergerak karena dorongan; dorongan bekerja karena napas. Dari kedua hal ini, bila satu dilenyapkan, maka lainnya pun akan lenyap. Karena itu, jika pikiran harus dibebaskan dari pengaruh mereka, kebodohan (ajñāna) harus diubah lebih dahulu.

Kebodohan tidak  berdiri  sendiri,  ia  mempunyai  anak yang disebut egoisme atau sifat mementingkan diri (ahaṅkāra). Iblis ini (āsura) mempunyai dua anak, yaitu hawa nafsu dan ketagihan (raga dan vāsanā). Hawa nafsu dan ketagihan berhubungan erat satu dengan yang lain. Seperti hawa nafsunya maka demikian pula ketagihannya. Mereka bersaudara.

Raga artinya kelekatan atau keterpikatan. Melalui kelekatan manusia mempunyai rasa keakuan dan kemilikan. Perasaan itu menyebabkan timbulnya keinginan, dan keinginan menyebabkan kecemasan. Karena itu, untuk menghilangkan ego (ahaṅkāra), maka kelekatan dan dorongan (raga dan vāsanā) harus dibasmi. Itu berarti kebodohan (ajñāna) harus pergi karena hanya dengan cara itulah ego dapat dimusnahkan.

Sekarang timbul pertanyaan: Bagaimana cara menghancurkan kebodohan dan mengembangkan kebijaksanaan (sujñāna)? Jawabannya ialah melalui meditasi. Penaklukan kebodohan, ego, kelekatan, dan dorongan mendatangkan kebebasan bagi individu (mokṣa).


Cabut Dorongan yang Membentuk Pikiran, Perasaan, dan Ingatan sampai ke Akar-Akarnya, maka Pikiran, Perasaan, dan Ingatan akan Lenyap

Ia yang menjadi budak berbagai dorongan dankecenderungan (vāsanā), sama sekali tidak mempunyai kebijaksanaan (jñāna). Sesungguhnya ia adalah orang yang lemah! Tetapi biarlah Kuyakinkan, ia tidak perlu cemas. Segera setelah dorongan diberantas hingga ke urat akarnya, ia dapat memperoleh kembali sifat ketuhanannya yang hilang karena kelalaian.

Dorongan menyerbu wilayah hati dan menyebabkan kesulitan dengan tiada hentinya. Mereka mengingatkan engkau pada berbagai kenikmatan dan membangkitkan kenangan pengalaman-pengalaman yang telah lalu sehingga engkau mulai ketagihan hal itu lagi. Rasa ketagihan ini membuat indra dan pemimpin mereka, pikiran, perasaan, dan ingatan (manas), menyibukkan diri mereka dalam kegiatan yang aktif; engkau tak dapat menghindari hal ini. Karena itu, engkau mengumpulkan benda-benda yang kausukai dan menikmatinya. Semua ini boleh dikata berlangsung dalam sekejap mata.

Dorongan bekerja secara halus dan sangat kuat. Sebagaimana halnya benih mengandung batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah; demikian pula semua ini terpendam laten dalam dorongan (vāsanā). Dorongan adalah penyebab semua kesenangan objektif manusia. Bila mereka tidak ada, hati menjadi tenang dan murni. Bila mereka ada, segala kemurnian hancur; dorongan merupakan penghalang di jalan kebenaran, ātma, dan kekekalan. Pikiran, perasaan, dan ingatan (manas) yang bebas dari dorongan akan berubah, bukan manas lagi.

Alam (prakṛti) adalah dunia dorongan (vāsanā). Karena kecenderungan pada kelekatan ini, maka pikiran, perasaan, dan ingatan tertarik pada alam dan objek-objek lahiriah di dunia, dan mulai memikirkan objek itu serta merenungkan sifat-sifatnya, semua ini karena dorongan. Jika manusia tidak  mempunyai  dorongan,  maka  pikiran,  perasaan,  dan ingatannya sama sekali tidak akan terpengaruh oleh dunia objektif. Pikiran, perasaan, dan ingatan itu seperti secarik kain dan menyerap warna apa saja yang digunakan untuk mencelupnya. Dorongan yang murni (sāttvika) akan membuatnya putih, dorongan yang resah (rājasik) akan mengubahnya menjadi merah, sedangkan dorongan yang bodoh (tāmasik) memberinya warna hitam. Pikiran, perasaan dan ingatan dibentuk oleh jenis dorongan yang  memenuhinya. Kita harus berusaha melakukan meditasi dan konsentrasi untuk memusnahkan dorongan ini. Pikiran, perasaan, dan ingatan hanyalah seonggok dorongan.


Mencabut Berbagai Dorongan hingga ke Akar-Akar- nya Mendatangkan Sukses dalam Meditasi

Beberapa peminat kehidupan rohani berkata pada diri mereka sendiri bahwa walaupun sudah bertahun-tahun melakukan meditasi dan konsentrasi secara tetap, belum juga mereka berhasil. Sebabnya mudah ditunjukkan: mereka belum mampu mencabut dorongan-dorongan (vāsanā) hingga ke urat akarnya! Karena itu, peminat kehidupan rohani yang melakukan meditasi harus berusaha menaklukkan kecenderungan-kecenderungan     dirinya. Mereka harus memperkuat diri mereka sendiri dengan keyakinan yang lebih teguh dan bertindak demikian.

Jika peminat kehidupan rohani kadang-kadang diganggu  oleh  dorongan-dorongan   yang   tidak   murni,  ia harus mengatasinya  dengan  kekuatan  kehendaknya dan latihan rohani. Orang-orang yang sudah mencapai kebebasan (jiivan-mukta) telah membakar habis dorongan mereka, tetapi orang-orang yang berumah tangga (gṛhastha) melipatgandakannya. Tidak ada gunanya jika dorongan hanya dikontrol; seekor ular kobra menjadi tidak berbahaya hanya bila taring bisanya dicabut; demikian pula  akar-akar dorongan itu harus dibakar. Hanya setelah itulah para peminat kehidupan rohani dapat mencapai Brahman.

Tentu saja keinginan yang suci pun merupakan ikatan. Tetapi betapapun banyaknya, mereka bukan rintangan. Sepucuk duri dicungkil dengan duri yang lain, setelah itu keduanya dibuang, bukan? Demikian pula jika dorongan kotor dapat diatasi dengan pengaruh dorongan yang murni, maka akhirnya manusia harus mengatasi keduanya. Ini berarti bahwa dorongan yang paling murni pun, yaitu kerinduan untuk mencapai kebebasan (mokṣa), harus lenyap pada waktunya. Hanya setelah itulah kesadaranmu dapat menunggal dengan Itu (Tuhan Yang Mahabesar dan tidak terlukiskan). Belenggu tetaplah belenggu entah terbuat  dari besi atau emas. Engkau harus bebas dari keduanya. Dengan kata lain, engkau harus mencapai suatu tingkat ketika kebajikan atau keburukan tidak lagi menarik atau memuakkan.

Setiap orang yang bermaksud mencapai kesadaran Tuhan   harus   berusaha   mengurangi  dorongan-dorongan dalam dirinya, mengekang pikiran, perasaan, dan ingatannya, dan memahami prinsip-prinsip yang azasi. Tidak satu pun dari hal ini cukup untuk mencapai kebebasan (mokṣa). Pada orang-orang yang sudah mencapai kebebasan (jivanmukta) masih ada berbagai dorongan, tetapi hanya seperti biji  yang telah digoreng. Dorongan-dorongan ini tidak akan menyebabkan kelahiran berikutnya.


Ātma Bebas dari Segalanya

Pahamilah, badan halus adalah tempat kebodohan (ajñāni). Badan halus itu sarat dengan berbagai dorongan, tradisi, dan pengalaman. Ātma bebas dari segala hal itu. Ia selalu murni. Ātma tidak tergolong dalam jenis kelamin apa pun, tidak mempunyai pikiran, perasaan, ingatan, indra, atau wujud. Tidak hanya itu, ātma bahkan tidak mempunyai napas (prāṇa)! Ia tidak dapat dikatakan hidup atau mati. Renungan pada ātma semacam itu tidak lain adalah kemurnian. Bagaimana mungkin terang dan gelap berada bersama? Bagaimana mungkin kesucian dan ketidaksucian berada bersama?

Dari semua lokakarya dunia, lokakarya badanlah yang paling mengagumkan karena badan adalah pura Tuhan. Dalam pabrik semacam itu, dorongan-dorongan hati disublimasikan menjadi ikrar suci, segala kenajisan dibuang hingga bersih, keinginan-keinginan yang bajik dibentuk, dan gagasan yang baik diwujudkan. Tujuan utamanya adalah mencabut dorongan-dorongan hati yang buruk hingga ke urat akarnya, walau ini adalah tugas yang sulit.

Gunung-gunung dapat disapu bersih lebih cepat daripada  dorongan-dorongan  (vāsanā)  yang  berurat akar ini. Tetapi dengan kekuatan kehendak dan semangat yang didukung oleh keyakinan, dorongan ini dapat diatasi dalam waktu yang singkat. Hanya jangan kaulepaskan ketetapan hati dan keyakinanmu, apa pun juga kerugian, kesulitan, atau halangannya. Ingatlah, dorongan-dorongan menaklukkan engkau dan menindasmu sebagai budak. Candu dan minuman keras hanya memperbudak dan menguasai engkau untuk sementara waktu, tetapi dorongan-dorongan itu menguasai engkau seumur hidupmu! Seluruh makna dan tujuan meditasi adalah untuk mencapai kebebasan dari dorongan- dorongan yang sangat kuat dan bermacam-macam ini.