1. Tema Perayaan guru purnima adalah hidup dalam cahaya Sai, agar selamat dalam menyeberangi lautan samsara ini. Makna kata CAHAYA: PanCArkan, HAdirkan, dan HaYAti dan dalam praktek menjadi hadirkan, hayati, kemudian kita pancarkan cahaya ke seluruh alam semesta.
  2. Program 30 hari meditasi cahaya adalah kado kepada Swami dalam perayaan guru Purnima. Bagi yang sudah melakukan tetap diteruskan, bagi yang masing bolong-bolong, bisa ditingkatkan. Bagi yang belum, maka mari kita mari memulai.
  3. Dalam buku My Baba and I, Swami memberitahu Hislop, ketika kita membawa cahaya itu keliling di anggota tubuh kita, itu adalah konsentrasi, ketika tahap cahaya di dalam hati kita, kita di dalam cahaya dan kita adalah cahaya itu adalah tahap kontemplasi, dan jika kita konsisten melakukannya, dengan rahmat Swami kita akan melampaui pikiran, itu adalah meditasi.  Pada saat itu, dengan Rahmat Swami, kita akan melampui pikiran dan itulah meditasi. Namun Swami menyebutkan secara keseluruhan Meditasi Cahaya yang akan kita persembahkan adalah Meditasi.
  4. Meditasi cahaya adalah terbaik dan aman, bisa dilakukan oleh segala usia. Dapat membantu membangun karakter baik atau karakter positif.
  5. Untuk melakukan meditasi cahaya, usahakan pada tempat dan waktu yang sama dan sebaiknya di pagi hari. 
  6. Meditasi cahaya dapat membantu kita melepaskan emosi yang membebani. Namun kita harus mengenalinya dengan baik untuk kemudian bisa dilepaskan. Meditasi cahaya dapat menjadi dasar untuk menyiapkan kehidupan baru (new normal) yang menuntut budaya baru dalam kehidupan kita.
  7. Program persembahan ini akan dilakukan bersama dan menjadi sebuah persembahan ritual sederhana yaitu mengisi matrix/tabel yang akan menjadi alat bantu mengukuhkan niat kita mempersembahkan 30 hari kedepan. Ritual ini akan difasilitasi oleh SSGI untuk dikumpulkan, kemudian dipersembahkan kepada Bhagavan dg simbolik meletakkan persembahan (seluruh tabel yg dikumpulkan) di Mahasamadhi Bhagavan di Puttaparthi.

 

Note :

Sehubungan degan membangun kebiasaan melaksanakan 9 Pedoman Perilaku point 1 (Berdoa dan Bermeditasi), Para Bhakta mencentang kolom tabel ketika melaksanakan Meditasi Cahaya minimal 1 kali per hari (pelaksanaannya tdk harus di waktu dan tempat yg sama, yang terpenting adalah eling dan melaksanakan meditasi sbg kebiasaan sehari-hari).

Bagi Bhakta yg nihil melaksanakan di hari tertentu, diperkenankan untuk kembali berlatih di hari berikutnya, sehingga amanat Bhagavan untuk bermeditasi setiap hari dapat menjadi kebiasaan kita yg mudah dilaksanakan, dan bermanfaat untuk menguatkan kualitas cinta kasih dalam diri

 Download Meditasi Cahaya

 

Jika engkau memberi alasan bahwa engkau tidak punya waktu untuk melakukan japa dan meditasi. Aku akan mengatakan bahwa kemalasanlah yang menyebabkan engkau memberi alasan tersebut. Bagaimana mungkin tugas yang lebih rendah menuntut waktu yang secara sah diperuntukkan bagi tugas yang akan membawamu kepada tujuan kelahiran manusia di dunia? Singkirkan takhayul yang mengatakan bahwa meditasi dan japa dapat ditunda hingga tahun-tahun terakhir kehidupan. Saat ini merupakan waktu yang paling tepat bagi setiap orang, tidak ada waktu yang terlalu awal.

[Sadhana Inward Path : 98-99​]

Rasa suatu buah menjadi jelas bila kita makan seluruhnya tanpa ada bagian-bagian yang tertinggal. Demikian pula, bila suatu kali rasa meditasi ditemukan, sejak saat itu manusia akan membuang segala keraguan serta diskusi dan menyibukkan diri sepenuhnya dalam meditasi. Karena itu, kalian masing-masing, mulailah melakukan meditasi sejak hari ini, bahkan mulailah saat ini juga! Meditasi harus dilakukan dengan penuh semangat, dengan penuh keyakinan serta perhatian, dan disiplindisiplin yang telah ditetapkan harus diikuti dengan teliti. Bila hal ini dilakukan, maka meditasi akan menghasilkan tidak saja kebahagiaan dan kemenangan, tetapi bahkan penampakan Tuhan. Ini telah dipastikan oleh ilmu pengetahuan Vedānta dan juga oleh ilmu pengetahuan alam (prakṛti).

[Dhyaana Vaahinii Bab I Hal 10​]

Dhyaana (meditasi) adalah nama untuk periode waktu istirahat yang kita sediakan untuk pikiran yang sibuk dan tidak patuh. Jantung kita berdenyut, seperti detak dalam sebuah jam, tetapi dalam denyutannya tersebut ada sebuah energi baru dihasilkan di antara 1 denyut dengan denyut lainnya. Energi tersebut terus mengalir, terlepas bagaimana momen di masa lampau atau di masa depan. Kejadian tersebut merupakan aliran konstan menuju sebuah pencapaian. Seseorang berenang di sungai harus mendorong air dari depan ke samping dan menendang air ke belakang sehingga dirinya terdorong ke depan, membuat dirinya bergerak cepat. Mendorong air ke belakang merupakan tindakan yang membuat si perenang bergerak maju. Artinya, jangan terlalu terikat, hempaskan, relakan, tinggalkan; hanya itu yang bisa menolongmu untuk bergerak maju, meskipun hanya 1 inci. Sebaliknya, manusia malah mengumpulkan dan menyimpan, mengakumulasi dan bangga dengan yang dipegang teguh, terlepas dari berharganya sifat merelakan. Jadi, kita hanyut dalam kepemilikan materi, kemenangan dan liku-liku. Kita tidak mengambang atau berenang menyebrangi godaan.”

[Sathya Sai Speak 16 Ch.2​]

Konsentrasi sangat penting bagi semua. Hal itu merupakan dasar segala keberhasilan. Konsentrasi diperlukan tidak hanya untuk meditasi, tetapi juga untuk urusan-urusan keduniawian dan kehidupan sehari-hari. Apa pun juga tugas yang dikerjakan seseorang, bila dilakukan dengan konsentrasi, akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri dan harga diri, karena semua itu merupakan hasil sikap pikiran orang itu sendiri. Pikiran mungkin condong pada yang buruk atau pada yang baik. Diperlukan perhatian yang terpusat untuk menjaga agar pikiran hanya melekat pada dorongan-dorongan yang baik. Keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang baik, tergantung pada pemusatan perhatian.

[Dhyaana Vaahinii Bab III Hal 22​]

Jangan berkecil hati karena engkau tidak mampu berkonsentrasi untuk waktu yang lama sejak dari awal. Ketika engkau belajar naik sepeda, engkau belum memiliki keterampilan menjaga keseimbangan dengan segera. Engkau mendorong sepeda sepanjang area terbuka, terus mencoba, melompat, mengayuh, kadang oleng ke kiri kadang ke kanan, dan kadang jatuh bersama sepeda dalam banyak percobaan sebelum engkau dapat naik sepeda dengan baik dan tidak khawatir dengan keseimbangan. Otomatis engkau bisa menyesuaikan keseimbangan, bukankah begitu ? Setelah mendapatkan keterampilan ini, engkau dapat mengendarai sepeda di jalan dan jalur sempit dan engkau tidak membutuhkan area terbuka; engkau dapat mengendalikan sepeda bahkan dalam kerumunan. Demikian juga, latihan akan membekalimu dengan konsentrasi yang menopangmu di lingkungan yang paling padat dan situasi yang paling sulit.

[Sathya Sai Speaks Vol 1, Ch 5.​]

Pada zaman Dvaapara, Krishna berkata, "Mathchithah sarva durgani Math-prasaadhaath tharishyathi" 'Jika engkau mulai memusatkan pikiranmu kepadaKu, semua pikiran yang mengganggumu akan menjadi tenang berkat rahmat-Ku.' Disiplin meditasi harus diikuti dengan giat. Sesungguhnya dhyaana (meditasi) berarti 'disiplin'. Disiplin, keteraturan, kemantapan, semua ini perlu untuk meditasi. Peminat kehidupan rohani yang selalu memperhatikan hal ini akan cepat berhasil. Meditasi adalah obat nomor satu untuk penyakit kehidupan duniawi (bhaava-roga).

[Dhyaana Vaahinii Bab XIV Hal 102​]

Ketika kita memberikan pekerjaan kepada pikiran, sehingga membuatnya memiliki kesibukan, maka tingkah laku pikiran tidak mengganggu kita. Orang menangkap monyet yang memiliki kecenderungan naik dan turun, naik dan turun, melompat dan seterusnya, di antara ranting pohon. Jika kita kemudian mengurung monyet di satu tempat, ia akan tetap bertingkah laku aktif seperti itu. Oleh karena menyadari hal itu, pelatih monyet saat meminta uang di depan setiap rumah (saat selesai pertunjukan), akan memerintahkan monyet untuk naik turun tiang. Dengan cara yang sama, pikiran seperti monyet. Oleh karena itu “monyet” ini harus dipercayakan dengan pekerjaan yang dapat mengendalikannya. Jika kita duduk lalu bermeditasi sebagai langkah pertama, pikiran monyet ini tidak akan berada dalam kendali kita. Jadi, kita harus duduk bermeditasi, dengan sebelumnya memberikan tugas kepada pikiran monyet ini sebagai penjaga, yang mengawasi dan mengamati siapa yang masuk dan siapa yang keluar. Jika kita mempercayakan tugas penjaga ke pikiran, maka “sang monyet” ini akan duduk di ujung hidung, dan terus mengamati pola nafas. Iringi "So" saat kita menarik napas, dan “Ham” saat kita menghembuskan napas, lanjutkan proses ini. Dan tingkah "sang monyet" terkendali, karena terus sibuk memperhatikan nafas masuk dan keluar (sehingga keheningan pikiran dapat kita alami)".

[Sathya Sai Baba - Divine Discourse 25 Mei 1979​]

Menggunakan seluruh waktu untuk belajar tanpa praktik juga patut disebut sebagai dorongan yang tidak baik (malina vaasanaa). Dengarlah! Bhaaradvaaja mempelajari Veda selama tiga kehidupan berturut-turut. Ketika lahir yang ke empat kalinya, ia mulai membaca lagi! Karena itu, Indra datang kepadanya dan mengajarkan pengetahuan Brahman yang tertinggi (Brahma Vidyaa) serta memberitahukan rahasia untuk mencapai kebebasan. Kemudian Bhaaradvaaja mengakhiri bacaan serta pelajarannya dan melakukan meditasi yang terpusat secara serius. Ia mencapai kesadaran Aatma.

[Dhyaana Vaahinii Bab XII Hal 87​]

Selama Festival Cahaya (Deepawali), kita menyusun sebaris lilin. Dan dengan satu lilin, kita menyalakan lilin yang lain. Dengan satu nyala, kita dapat menyalakan segudang lilin lainnya. Nyala api yang dinyalakan disebut Para-brahma jyoti (Api Ketuhanan yang abadi dan universal) dan nyala api yang dinyalakan disebut Jivan jyoti (individu, nyala api jiwa individu). Pada akhirnya, nyala api yang menyalakan (Para-Brahma Jyoti) dan nyala api yang dinyalakan akan identik. Pada akhirnya, kedua api ini memiliki nyala yang sama; dikatakan bahwa manusia yang mengenal Brahman, pada akhirnya akan menjadi Brahman sendiri “ Brahmavid Brahmaiva Bhavati”. Karena itu, Meditasi Jyoti (meditasi cahaya) adalah jenis meditasi tertinggi.

[Divine Discourse 25 Mei 1979​]

Temanmu yang sesungguhnya adalah mereka yang berbicara dan mengajarkan perihal Tuhan, perihal kebenaran, mengenai bakti sosial atau pelayanan bagi orang lain, dan mengenai kasih yang memandang semuanya sama. Dari merekalah engkau memperoleh kebaikan sebanyak-banyaknya. Pergaulan dengan orang semacam itu tentu saja merupakan pergaulan dengan orang-orang yang bajik (saadhu), karena orang-orang semacam ini benar-benar berbudi luhur.

[Dhyaana Vaahinii Bab IX Hal 68​]

Tubuh ini terus berubah, tetapi nyala api tidak mengalami perubahan apa pun. Contoh kecil untuk menunjukkan ini : engkau memiliki bak dengan air yang penuh. Jika seseorang terus mengambil air dari bak itu, akan ada waktu air dalam bak tidak ada lagi. Engkau telah membuang satu truk penuh pasir di suatu tempat. Jika setiap orang mengambilnya dengan keranjang dengan penuh, pada akhirnya, tidak akan ada pasir. Namun, dari satu nyala tunggal, seseorang dapat menyalakan sejuta nyala api dan nyala api asli tetap ada, menyala. Jadi Jyoti (api) tertinggi ini tidak mengalami dilusi atau kehancuran. Tidak akan ada "kshine punye martya-lokam visanti" (setelah seseorang mendapatkan kesenangan (suvarga) karena kegiatan yang baik selesai, seseorang harus kembali ke planet ini). Jadi berkonsentrasilah pada nyala api seperti itu, jika engkau memiliki wujud Tuhan apa pun yang engkau suka, bentuk apa pun yang telah engkau ambil dalam hati, engkau bisa menyimpan wujud itu dalam nyala api dan bermeditasilah. Ini adalah bentuk meditasi terbaik untuk berpikir bahwa, bentuk yang engkau kagumi hadir dalam nyala Jyoti, dan menyadari nyala api itu hadir di dalam semua makhluk.

[Divine Discourse 25 Mei 1979​]

Bila ingin memperoleh hasil sepenuhnya, maka peminat kehidupan rohani harus melepaskan segala perasaan yang keliru serta rendah dan bertindak sesuai dengan ajaran Vedaanta dan Siddhaanta yang sejati. Bila ia berbuat demikian,ia akan memperoleh hasil. Rahasia keberhasilan dalam meditasi terletak pada kemurnian kehidupan batin dari peminat kehidupan rohani. Keberhasilannya sebanding dengan perhatiannya pada tingkah laku yang benar. Setiap orang berhak mencapai taraf keberhasilan yang tinggi ini. *Aku tidak menyatakan hal ini secara berbisik-bisik; Aku mengatakannya cukup keras sehingga dapat didengar di segala penjuru. Setelah mengetahui hal ini, bermeditasilah dan maju! Lakukan meditasi dan maju terus! Sadarilah Aatma!*

[Dhyaana Vaahinii Bab II Hal 20​]

“Swami telah memberikan sembilan pedoman perilaku kepada para bhakta. Aku tahu, banyak yang tidak mengikuti bahkan pedoman perilaku yang pertama, yaitu japa (pengulangan nama suci Tuhan) dan meditasi. Ketika seseorang tidak mengambil langkah pertama, bagaimana mungkin bisa mencapai akhir ?”

[Diberikan kepada Dr.Bhatia dalam wawancara; 8 Juli 1982. Buku : The Nine Point Code of Conduct & it’s Relevance in Daily Life​]

Jika engkau sungguh-sungguh ingin berbahagia melalui meditasi, sebagai permulaan proses ini, engkau harus terlibat dalam percakapan yang menyenangkan, atau memikirkan dan mengenang hal-hal yang membahagiakan. Pembicaraan yang manis dan lemah lembut sangat menolong (orang yang melakukan) meditasi. Engkau harus mengembangkan tabiat semacam itu karena tabiat bertahan lebih lama daripada badan. Kebajikan adalah kekuatan dan kebesaran manusia. Watak yang baik adalah kekuatan. Karena itu, latihlah pikiranmu dan gunakan untuk mencapai penampakan Tuhan (saakṣaatkaara), berpegang teguhlah pada tujuan itu.

[Dhyaana Vaahinii Bab X Hal 73​]

“Bisakah seseorang melatih orang lain dalam hal bermeditasi? Atau menyatakan untuk melatih ? Mungkin saja bisa bila seseorang melatih postur, pose, posisi dari lengan, kaki, atau tangan, leher, kepala atau badan, gaya bernafas, atau lama durasinya. Tetapi meditasi adalah fungsi di dalam diri manusia itu sendiri; terlibat (terhubung) ke dalam diri, keheningan yang subyektif (keheningan yang hanya bisa diupayakan dan dialami oleh diri sendiri), mengosongkan pikiran (dari riaknya) dan mengisi diri dengan cahaya, yang mana muncul bersamaan dengan percikan cahaya Ketuhanan. Ini adalah disiplin dimana tidak ada di buku pelajaran manapun dan tidak dikomunikasikan di kelas manapun.”

[Sathya Sai Speaks Vll​]

Setiap manusia mempunyai kesempatan unik untuk mengecap kedamaian batin yang ditimbulkan oleh rasa hati semacam itu (Ketenangan), tetapi sayangnya, sebagian besar orang tidak mengenal sukacita dan ketenangan hati yang merupakan haknya sejak dilahirkan. Meditasi adalah satu-satunya pulau tempat berlindung bagi segala makhluk yang diombangambingkan oleh gelombang keinginan, keraguan, ketakutan, dan keputusasaan di tengah samudra kehidupan. Kebenaran Vedaanta harus diingat, walaupun manusia sedang melayani dunia lahiriah (viṣaya).

[Dhyaana Vaahinii Bab IV Hal 32​]

"Engkau tidak perlu bergantung kepada orang lain untuk sukses dalam meditasi dan pengulangan Nama Tuhan (dhyana dan japa) dan menunggu bertemu dengan orang suci demi mendapat mantra untuk diucapkan berulang-ulang. Berdoalah kepada Tuhan, dan engkau akan mendapat bimbingan dariNya".

[Sathya Sai Speaks VII​]

Jangan hilang kesabaranmu dalam situasi apa pun; jangan berkecil hati bila keadaan tidak menentu. Hormati setiap orang, apa pun juga kedudukan mereka. Kemudian sifat kasih universal akan berkembang dalam dirimu. Sebagai hasilnya, meditasimu akan maju tanpa gangguan. Meditasilah satu-satunya cara untuk menyembuhkan penyakit tanpa menggunakan obat. Bahkan kemampuan untuk menganalisis dan membedakan (antara yang baik dan buruk, sementara dan kekal), akan bertambah dan karena itu, penyakit-penyakit betapa pun seriusnya, akan dapat diatasi.

[Dhyaana Vaahinii Bab X Hal 72]

“Keheningan merupakan awal dari seni berkomunikasi. Belajarlah untuk merasakan keheningan dalam beberapa waktu setiap hari. Duduklah dengan keheningan total dan dengarkan suara Tuhan. Engkau mungkin tidak mendengar suara fisik dari Tuhan karena Tuhan berbicara kepadamu melalui keheningan, dan engkau akan menyadari pesan dari Tuhan, meskipun engkau tidak mendengar suara apapun. Jadi biarkan pikiranmu beristirahat terpusat pada Tuhan di semua momen keheninganmu, dan gagasan tentang Ketuhanan akan masuk ke dalam pikiranmu. Tetapi, bersabarlah dan jangan berharap hasil instan. Kesuksesan pasti datang, berasal dari ketekunanmu. Selalulah yakin bahwa Aku selalu bersamamu, meskipun engkau tidak mendengar apapun. Aku adalah Engkau dan Engkau adalah Aku, jadi bagaimana mungkin kita tidak bisa berkomunikasi ? Pikirkan selalu hal ini dan jangan pernah menyerah dengan mudah".

[Compendium, page 538]

“Saat sedang duduk bermeditasi, pertanyaan yang sering muncul, “Berapa lama kita harus duduk bermeditasi?” Tidak ada jawabannya. Tidak bisa ditentukan secara pasti. Meditasi sesungguhnya adalah proses yang berlangsung sepanjang hari". Lakukan hal ini setiap hari, lakukan tanpa henti; selama engkau menikmatinya. Lakukan secara mendalam dan secara sistematis. Akan datang pada waktunya, ketika engkau tidak lagi menikmati pikiran yang jahat dan gelap, tidak lagi merindukan buku-buku yang membawa keburukan, tidak lagi mendambakan makanan dan minuman yang beracun, tidak lagi berurusan dengan persoalan yang tidak penting, tidak ada lagi penderitaan dari keburukan atau luka, tidak lagi merancang bentuk-bentuk kejahatan. Engkau berada dalam realisasi Ketuhanan, kedamaian yang melampaui kata-kata".

[Conversations, page 57,Sathya Sai Speaks VI, page 241]

“Duduk dan melakukan Dhyana (Meditasi) selama sepuluh menit setelah sesi Bhajan malam; sejauh ini bagus. Tapi setelah sepuluh menit ketika engkau membuka mata, bangun dan bergerak, apakah engkau melihat semua orang dalam cahaya Keilahian? Jika tidak, Dhyana (Meditasi) adalah pemborosan waktu. Apakah engkau menjadi lebih mencintai, makin sedikit berbicara, makin banyak melayani orang lain dengan lebih sungguh-sungguh? Ini adalah tanda keberhasilan dalam meditasi. Kemajuan meditasi harus tercermin dalam karakter dan prilaku. Meditasi harus mengubah sikap mu terhadap makhluk dan benda; lain dari itu adalah tipuan.” - Sathya Sai Speaks vol 7, page 30 “Kemajuan (lainnya) dalam Dhyana berarti pencapaian Ekagratha (konsentrasi, keterpusatan). Masing-masing dapat menilai sendiri tanpa keraguan, sejauh mana ia berhasil berkonsentrasi, bukankah begitu?”

[Sandeha Nivarini, chapter 16]

Jangan pernah memikirkan kejelekan atau kejahatan orang lain. Jika engkau dapat mengusahakannya, cobalah selalu untuk mengalihkan mereka ke jalan yang baik dan berilah mereka nasihat yang baik. Engkau harus memelihara kedamaian hati, untuk itu diperlukan kedermawanan dan keinginan untuk memajukan kesejahteraan umat manusia. *Semua ini hanya dapat timbul dari pengulang-ulangan nama Tuhan dan meditasi.* Harta yang diperoleh dari pengulangulangan nama Tuhan dan meditasi adalah sifat-sifat yang baik (sadguṇa). Sifat-sifat baik ini memurnikan serta meluhurkan seluruh kecenderungan kita lahir dan batin

[Dhyaana Vaahinii Bab IX Hal 66]

"Bhakti adalah air yang membasuh kotoran zaman ini, dan dengan sabun japa, dhyaanam dan yoga (pengulangan nama Tuhan, meditasi dan penyatuan, keterhubungan dengan Tuhan) akan membantu menghilangkannya lebih cepat dan efektif. Ia yang berjalan dengan pelan-pelan dan tekun pastilah memenangkan perlombaan ini. Berjalan adalah metode menikmati perjalanan yang paling aman, meskipun itu dianggap lambat. Terburu-buru bisa berarti bencana, lebih cepat engkau berjalan, lebih besar risiko bencana hadir. Engkau harus makan hanya sebanyak engkau merasa lapar, karena makan secara berlebih akan menyebabkan gangguan (penyakit). Jadi, lanjutkanlah langkah demi langkah dalam Saadhana (latihan spiritual), pastikan kemantapan dalam satu langkah, sebelum engkau mengambil langkah yang lain. Jangan mundur dua langkah, saat engkau telah maju satu langkah. Langkah pertama akan goyah, bila engkau tidak memiliki keyakinan. Jadi perkuat dan kembangkanlah keyakinan".

[Sathya Sai Speak I Bab 3, Prashanti Nilayam, Guru Purnima, 1 Agustus 1956]

Tanpa kepuasan batin, keinginan (kāmā) dan ketamakan (lobha) mencapai proporsi yang membahayakan dan akan menumbangkan kekuatan viveka. Keinginan dengan mudahnya menjadi ketamakan, dan ketamakan merosot menjadi kekikiran serta nafsu. Mereka membuatmu terbang berpindah-pindah dari objek yang satu ke objek yang lain dalam usaha gila-gilaan untuk mengejar kenikmatan indra yang sementara sifatnya. Bagaimana mungkin orang semacam itu mengembangkan kemampuan untuk melakukan konsentrasi? Tanpa kemampuan untuk berkonsentrasi, bagaimana mereka dapat melakukan meditasi? *Tanpa meditasi, tidak seorang pun dapat memperoleh Tuhan (Daivam).*

[Dhyaana Vaahinii Bab XIV Hal 104]

“Engkau dapat memiliki gagasan tentang tahapan jika engkau memeriksa setiap hari bagaimana engkau dapat berkonsentrasi, seberapa jauh engkau telah menaklukkan sifat pikiran yang mengembara, dan seberapa dalam merasakan bentuk Ilahi; itu saja. Tahap yang dicapai tidak dapat diketahui. Apa yang diterima dan pada jam berapa, tergantung pada kasih karunia-Nya. Misi Sadhaka adalah berlatih: Dhyana, tanpa menyimpang dari jalan. Sisanya adalah anugerah-Nya. Itu tidak tergantung pada jumlah hari atau lamanya waktu. Beberapa mungkin memerlukan banyak kelahiran; orang lain bahkan mungkin menyadari tujuan dalam beberapa hari. Itu tergantung pada keyakinan masing-masing, Bhakthi dan Sadhana, Ini tidak bisa dihitung dan didebatkan.”

[Sandeha Nivarini Chapter 16]

Kehendak adalah sifat Tuhan dan disebut juga sebagai hukum Tuhan. Hanya dengan berkehendak saja Tuhan dapat melakukan segala sesuatu seketika itu juga dan dengan mudah. Tetapi manusia tidak dapat mewujudkan kehendaknya dengan segera. Kekuatan kehendak merupakan faktor yang menentukan. Dalam diri manusia, kehendak ini tidaklah kuat sekali; bila ia mencapai kekuatan tersebut, ia memperoleh sesuatu yang sepadan dengan kekuatan Tuhan. Itulah yang dimaksud dengan peleburan (laya). Peleburan semacam itu dimungkinkan melalui meditasi (dhyāna).

[Dhyaana Vaahinii Bab V Hal 39]

“Melalui meditasi, kelemahan tubuh dapat diatasi, sifat alami pikiran yang gelisah dapat dikendalikan, dan kemajuan menuju karunia Tuhan menjadi mudah; seseorang kemudian dapat mencapai pengalaman Kekuatan yang utama (Ketuhanan). Konsentrasi meningkatkan tekad dan keterampilan dan memberikan kesuksesan dalam semua upaya.” "Meditasi menenangkan pikiran. Meditasi membuat engkau menyadari Realitas secara mendalam. Meditasi membuat mu tak kenal takut; meditasi membuat engkau tenang; meditasi membuat engkau lembut, meditasi membuat engkau mencintai; meditasi memberi engkau kebebasan dari rasa takut. Ini adalah hasil dari meditasi. Jika engkau memahami tujuan-tujuan ini dan ingin melakukan meditasi, maka itu membantu, tetapi jika engkau mengharapkan menjadi kaya melalui meditasi, maka jangan lakukan".

[Sandeha Nivarini Chapter 16, dan Teachings of Sri Sathya Sai Baba page 12 - 13]

Meditasi memberi konsentrasi dan keberhasilan dalam segala tugas. Hanya melalui meditasilah para ṛṣi dan pribadi-pribadi agung telah menguasai kegiatan mental mereka, mengarahkannya ke jalan yang murni (sāttvika) dan menetapkan diri mereka sendiri untuk merenungkan Tuhan sepanjang waktu hingga akhirnya berhasil mencapai persatuan dengan-Nya. Pertama-tama kerinduan, kemudian menetapkan tujuan, setelah itu konsentrasi, dan melalui disiplin, tercapailah penaklukan pikiran. Itulah objek meditasi.

[Dhyaana Vaahinii Bab III Hal 23]

"Jika engkau memberi Dhayana — perhatian kepada apapun yang engkau lakukan, perlahan-lahan engkau menjalani hidup dalam meditasi total. Dhyana memurnikan lapisan-lapisan tubuh. Lima selubung menyelimuti Atma dan menyembunyikan kemegahannya dari dirinya sendiri. Buatlah semua ini (lima lapisan) menjadi murni dan bersinar. Lapisan Anna harus dimurnikan dengan makanan yang baik, bersih, murni; lapisan prana dengan tenang, mantap, dan kesabaran; lapisan mano oleh pikiran dan emosi suci, tak tersentuh oleh keterikatan pada indera dan tidak terangsang oleh sukacita atau kegembiraan dan kesedihan; lapisan vijnana dimurnikan dengan kontemplasi pada realitas, dan lapisan ananda dengan tenggelam dalam ekstasi kesadaran Tuhan.”

[Sathya Sai Speaks Vol 2, 1963, page 24]

Manusia harus mempunyai keinginan hanya untuk menempuh jalan menuju kesadaran diri sejati. Janganlah engkau mengabdikan hidupmu untuk berbagai keinginan duniawi yang rendah. Persembahkan semuanya kepada Tuhan; itulah kepuasan sejati. Itulah hasil yang diperoleh bila manusia mencapai kedamaian hati (śānti), sukacita (santoṣa), dan diskriminasi (vicārana). Kemudian penampakan Tuhan (sākṣātkāra) pun dapat diperoleh. Mengingat nama Tuhan dan meditasi adalah satu-satunya cara untuk memperoleh penampakan Tuhan. Hanya kedua hal ini yang dapat memberikan kekuatan tersebut. Engkau tidak dapat dan tidak akan memperolehnya di mana pun juga (selain dalam smaraṇa dan meditasi).

[Dhyaana Vaahinii Bab X Hal 74]