1. Cinta dan bersikap patriot terhadap tanah air. Jangan membenci / mengkritik tanah air orang lain.
  2. Hormati semua agama karena semua agama mengajarkan kebenaran yang sama.
  3. Mengakui persaudaraan antar manusia, memperlakukan semua orang sebagai saudara dan mencintai semuanya.
  4. Jagalah kebersihan rumahmu dan lingkungannya karena ini dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraanmu.
  5. Bangkitkan usaha kedermawanan, jangan memberi uang kepada pengemis yang membiasakan mereka menjadi pemalas. Berilah makanan, perlindungan kepada yang cacat, sakit dan tua.
  6. Jangan sekali kali memberi suap atau menerima suap.
  7. Hapuskan semua perasaan cemburu, iri hati dan dengki. Perlakukan semua orang sama tanpa melihat kasta dan kepercayaan.
  8. Jangan tergantung kepada orang lain. Berusahalah mandiri. Lakukanlah pelayanan oleh diri sendiri.
  9. Miliki dan tanamkan cinta kasih kepada Tuhan dan rasa takut akan dosa.
  10. Patuhilah semua undang-undang negara. Jadilah warganegara teladan.


1.Cintai dan bersikap patriot terhadap tanah air. Jangan membenci/mengkritik tanah air orang lain

Kembangkan Semangat Kepahlawanan (Patriotisme) dan Kebanggaan untuk Bangsa. Milikilah kebanggaan terhadap tanah airmu. Sama seperti jasa ibumu yang telah melahirkanmu, demikian juga, tanah airmu juga telah berjasa melahirkanmu. Di negara mana pun engkau berada, engkau harus memiliki rasa patriotisme (kepahlawanan). Jangan menikmati kegiatan dalam mengkritik negara lain atau orang-orang dari negara lain. Milikilah kepercayaan dan kesetiaan pada bangsamu sendiri. (Dengan ini) Engkau tidak akan mencoba untuk menjatuhkan negara lain. Jangan pernah membawa kesedihan atau penderitaan kepada negaramu. Memiliki kebanggaan terhadap tanah air sendiri adalah hal penting".

[Ten Guiding Principles. World Conference on 21 November 1985]

2. Hormati semua agama karena semua agama mengajarkan kebenaran yang sama

Perkuat potensi spiritual dalam diri, dan jangan mencela kepercayaan yang berbeda Bila diinginkan untuk meningkatkan kemakmuran suatu bangsa, setiap darimu harus menghimpun semua sumber spiritual yang engkau pelajari. Ini artinya bahwa segala potensi spiritual, keyakinan-keyakinan dan nasehat-nasehat yang lemah dan hilang (dalam dirimu) harus disatukan dan diperkuat kembali. Sebagai bagian dari suatu agama, beberapa kepercayaan dan sekte yang ada dapat diibaratkan sebagai cabang-cabang dalam sebatang pohon. Engkau tidak seharusnya mencela mereka sebagai sesuatu yang salah dan tidak ada cabang yang seharusnya berjuang melawan yang lainnya atau bersaing dengan yang lainnya. Sadarilah kebenaran dalam peribahasa berikut, "Ekam Sath; Vipraah Bahudhaa Vadanthi" (Hanya ada satu Tuhan; orang bijaksana menggambarkannya dalam banyak cara).

[Vidya Vahini, Chap 13]

3. Mengakui persaudaraan antar manusia, memperlakukan semua orang sebagai saudara dan mencintai semuanya

Keteladanan dalam Rasa Persaudaraan dan Kesatuan adalah Ciri Kualitas Spiritual Seseorang Begitu engkau tertarik pada Ketuhanan, maka proses pengolahan (pembentukan kecenderungan baik) atau “samskara” akan dimulai. Tanpa proses ini, seseorang hanya akan tetap kosong dan lemah. Ia tidak mempunyai martabat atau kepribadian yang baik. Potongan baja yang tidak berguna dengan keterampilan tertentu bisa diubah, dibuat dan dibentuk menjadi jam yang berguna dan berharga. Ini adalah hasil dari Samskara, yang mengubah potongan baja menjadi alat yang berguna untuk menunjukkan waktu. Dengan cara yang serupa, seseorang bisa diubah menjadi orang yang mulia, berdaya guna, bahagia dan disiplin yang berguna bagi masyarakat dengan memupuk pikiran yang baik, perasaan yang baik, perbuatan yang baik dan emosi yang baik. Orang yang telah mengalami perubahan seperti itu tanpa diminta akan segera ikut serta dalam tugas-tugas memajukan kesejahteraan umat manusia. Mereka akan menjadi teladan dalam semangat persaudaraan antara sesama umat manusia dan kesatuan Tuhan sebagai ayah ibu mereka.

[Divine Discourse, Nov 23, 1976]

4. Jagalah kebersihan rumahmu dan lingkungannya karena ini dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraanmu

Rumah adalah Tempat Suci Memuja Tuhan Rumah adalah tempat suci dimana keluarga, setiap anggota dalam keluarga - yang mana juga adalah tempat suci yang bergerak - harus dijaga serta dipelihara (kebersihan dan kesuciannya). Ibu adalah pendeta yang tertinggi dalam rumah Tuhan. Pusat dari setiap rumah haruslah kamar suci; wanginya bunga dan dupa yang memancar dari sana harus meliputi rumah dan menyucikannya. Ibu harus memberikan teladan dalam membuat tempat suci sebagai hati dari rumah tangga. Ibu harus menguatkan disiplin kepada anak-anak dalam kebersihan pribadi, kerendahan hati, tingkah laku yang baik, dan tindakan pelayanan. Ibu harus mengajak anak-anak untuk menghormati orang yang lebih tua dengan teladan dan nasihat, dan menyediakan waktu baik di pagi dan malam hari untuk doa dan meditasi hening. Kerendahan hati adalah dupa yang meliputi seisi rumah. Rasa hormat adalah pelita yang dinyalakan dengan kasih sebagai minyak dan keyakinan sebagai sumbunya. Aku memberkatimu sehingga keyakinan, kekuatan, bhakti dan dedikasimu semakin meningkat di tanah ini (tempatmu berdiam).

[Divine Discourse, Jul 26, 1969]

5. Bangkitkan usaha kedermawanan, jangan memberi uang kepada pengemis yang membiasakan mereka menjadi malas. Berilah makanan, perlindungan kepada yang cacat, sakit dan tua

Kedermawanan Menyembuhkan Penyakit Fisik dan Mental Orang-orang menderita dua jenis penyakit - fisik dan mental. Penyakit fisik disebabkan oleh ketidakseimbangan dari 3 sifat, Vata, Pittha dan Sleshma (unsur udara, empedu dan lendir) dan penyakit mental disebabkan oleh ketidakseimbangan dari tiga guna yaitu kualitas Sattwa, Rajas, dan Tamas (kualitas ketenangan, gerak/keinginan aktif, kelembaman). Satu fakta unik tentang kedua jenis penyakit ini adalah dengan mengembangkan kebajikan, dapat menyembuhkan kedua penyakit ini. Kesehatan fisik dan kesehatan mental saling terkait. Kesehatan fisik merupakan prasyarat bagi kesehatan mental dan kesehatan mental yang baik menjamin kesejahteraan fisik. Sikap kedermawanan, ketabahan dalam menghadapi penderitaan dan kehilangan, semangat antusias untuk berbuat baik, dan mempersembahkan pelayanan yang terbaik sesuai kemampuan - ini dapat meningkatkan kualitas kesehatan pikiran dan jasmani. Kebahagiaan yang berasal dari melakukan tindakan pelayanan mempengaruhi kualitas kesehatan jasmani dan membuat engkau bebas dari penyakit.

[Divine Discourse, Sep 9, 1959]

6. Jangan sekali-kali memberi suap atau menerima suap

Tegakkan Moralitas, Intergritas dan Keteladanan dalam Profesi Kerja Tidak diragukan lagi, (manusia) perlu mencari pekerjaan untuk mata pencaharian seseorang. Tetapi seseorang seharusnya tidak menganggap mencari pekerjaan dan menghasilkan uang sebagai yang utama dan akhir dari semua kehidupan. Bahkan dalam suatu profesi pekerjaan, seseorang harus berusaha menegakkan moralitas dan integritas, dan memberi contoh kepada orang lain. Melihat dunia saat ini, akan terlihat bahwa pendidikan adalah untuk tujuan mempraktikkan penipuan pada orang-orang, menghasilkan uang melalui suap dan cara-cara tidak bermoral dan tidak adil lainnya tanpa memperhatikan kebenaran. Tentunya ini bukan tujuan pendidikan. Tujuannya adalah mendapatkan pengetahuan. Nilai-nilai pendidikan yang sebenarnya telah hilang karena kepedulian yang berlebihan untuk menghasilkan uang. Tidak ada yang salah dengan uang atau pendidikan. Semuanya tergantung pada bagaimana hal itu diperoleh atau dimanfaatkan.

[SSS 7, October 2009]

7. Hapuskan semua perasaan cemburu, iri hati dan dengki. Perlakukan semua orang tanpa melihat kasta dan kepercayaan

Terus menerus berpraktik welas asih melenyapkan hama perusak diri (kecemburuan dan kebencian) (Upaya) peningkatan dari sifat-sifat baik juga secara tidak langsung bermanfaat untuk menghilangkan semua sifat-sifat buruk. Diantara yang terakhir (sifat-sifat buruk), ada dua sifat buruk yang tidak diinginkan. Kedua sifat itu adalah asuya (kecemburuan) dan dwesha (kebencian). Kedua sifat buruk ini adalah seperti komplotan, keduanya saling membantu dalam setiap perbuatan. Asuya adalah seperti hama yang menyerang akar dari pohon. Dwesha adalah seperti hama yang menyerang dahan, daun, dan bunga. Ketika kedua sifat jahat ini bersatu, pohon itu mungkin kelihatan indah dan subur, namun sejatinya sudah hancur. Sama halnya, asuya menyerang seseorang dari dalam dan tidak terlihat. Dwesha memperlihatkan dirinya dalam wujud yang nyata. Sangat sulit bagi siapapun juga untuk bebas dari sifat cemburu. Cemburu bahkan dapat muncul dalam hal-hal yang sepele dan dari sifat cemburu itu akan muncul kebencian. Untuk melepaskan kebencian maka seseorang harus secara terus-menerus mempraktikkan welas asih. Dimana ada welas asih, disana tidak akan ruang untuk cemburu dan kebencian, dan dimana tidak ada kecemburuan serta kebencian maka disana ada suka cita yang sebenarnya (sempurna).

[Divine Discourse, Sep 6, 1984]

8. Jangan tergantung kepada orang lain. Berusahalah mandiri. Lakukanlah pelayanan oleh diri sendiri

Hidup Bermartabat, Murni dan Mandiri adalah Pelayanan Terbaik untuk Diri Sendiri Tanpa kemelekatan (Vairagya) merupakan hasil dari Berkat Tuhan; perlu bertahun-tahun kerinduan dan perjuangan. Oleh karena itu, mulai saat ini lakukanlah langkah yang pertama, yaitu memurnikan pikiranmu dan mengembangkan kebajikan. Bahkan jika engkau tidak dapat memulai atau mengikuti hal tersebut, setidaknya janganlah menertawakan mereka melakukannya ataupun janganlah mencegah mereka untuk melakukannya. Jangan tergantung pada orang lain untuk melakukan pekerjaanmu atau meminta seseorang untuk melakukan keinginan pribadi-mu. Lakukanlah sendiri - itu adalah ciri orang yang mandiri! Jangan pernah menerima apa pun dari siapa pun. Engkau harus membayarnya kembali di kemudian hari dalam bentuk pelayanan ataupun pekerjaan. Dengan demikian, engkau akan membuat dirimu sebagai individu yang memiliki harga diri. Menerima bantuan berarti semakin terikat pada sang pemberi. Hiduplah dengan harga diri dan bermartabat. Itulah pelayanan terbaik yang dapat engkau lakukan untuk dirimu sendiri.

[The Akshaya Patra; Manasa Bhajare: Worship in the Mind: Volume One Book One TFTD Feb 12,2013]

9. Miliki dan tanamkan cinta kasih kepada Tuhan dan rasa takut akan dosa

Cinta Kasih kepada Tuhan adalah Sumber Cinta dalam Setiap Peran Hidup Kita Cinta-kasih yang ditujukan pada Tuhan adalah yang utama dan mencintai objek-objek duniawi atau cinta-kasih yang ditujukan pada orang lain adalah yang kedua. Mencintai objek-objek duniawi atau cinta-kasih yang ditujukan untuk orang lain tidak dapat disebut sebagai cinta-kasih sejati. Jagath (alam semesta) atau Prapancha (lima unsur) berasal dari Brahman (Tuhan). Tidak ada tempat di alam semesta ini dimana Tuhan tidak terwujud. Alam semesta ini bergerak dan Tuhan-lah (Jagadiswara) penggeraknya. Cinta-kasih kepada Tuhan adalah sumber dari segala cinta-kasih duniawi (cinta kasih terkait peran dan tugas kita di dunia). Upanishad jelas menyatakan bahwa ketika engkau mencintai Tuhan, cinta-kasih itu membawa semua orang lebih dekat dan lebih mengasihimu (Atmanastu Kaamaaya Sarvam Priyam Bhavati) .

[Sutra Vahini, Chap 3, "Love for the Self is the Source"]

10. Patuhilah semua undang-undang negara. Jadilah warga negara teladan

Keteladanan Dalam Menaati Aturan yang Berlaku Selama bhajan, semua yang bernyanyi dalam paduan suara harus mempertahankan nada yang sama. Nyanyian sumbang akan terdengar kurang enak di telinga. Bernyanyi serempak bersama dalam bhajan adalah bentuk kedisiplinan. Demikian pula, dalam olahraga dan permainan, engkau memiliki wasit untuk menegakkan aturan permainan. Setiap pemain harus mematuhi aturan dengan ketat. Terkadang saat bermain, karena rasa antusiasme (berlebih), para pemain gagal mematuhi aturan. Wasit, bagaimanapun juga, berupaya memastikan bahwa aturan ditegakkan agar para pemain mematuhinya secara tulus dan sepenuhnya. Setiap pemain yang tidak mematuhinya adalah melanggar aturan permainan. Saat ini karena orang tidak mematuhi peraturan, baik dalam olahraga atau di bidang kehidupan lainnya, kehidupan menjadi amat berat. Beberapa orang memegang posisi otoritas dalam bisnis, administrasi, atau di lembaga lain. Disinilah teladan kedisiplinan juga sangat penting. Hanya karena engkau memegang kekuasaan atau otoritas di sebuah kantor, engkau tidak boleh berperilaku seperti yang engkau inginkan, tanpa menghormati aturan.

[Divine Discourse, Jun 19, 1996]