Nilai : Shanti/Kedamaian
Sub Nilai : Kesabaran
Tujuan : untuk menanamkan kebiasaan pada anak-anak menjadi sabar.
Kutipan :

Saya mematuhi tiga P - Purity (kemurnian), Patience (kesabaran), dan Perseverance (ketekunan), yang menjamin kebahagiaan yang kekal; kesehatan yang baik dan bebas dari penyakit.

Usia :

6 – 12 tahun

 

Metode Pengajaran :  
Duduk hening : Meditasi cahaya
Doa : Gayatri Mantra

 

Cerita: Lamy tidak sabar

Lamy adalah monyet yang aktif. Ia adalah monyet yang termuda di keluarganya. Dia memiliki dua kakak. Mereka adalah Mony dan Tomy. Mony dan Tomy lebih gemuk dan lebih tinggi daripada Lamy. Mereka juga lebih kuat darinya. Lamy selalu bermimpi menjadi besar dan kuat seperti mereka. Setiap malam Lamy dan keluarganya pergi ke taman. Disana ada banyak pohon-pohon yang tinggi. Mony dan Tomy memanjat pohon-pohon tersebut. Kemudian mereka berayun dari satu cabang ke cabang yang lainnya. Lamy juga ingin berayun seperti kakak-kakaknya. Tapi orang tuanya mengatakan kepadanya bahwa ia tidak dapat melakukannya. "Engkau masih muda dan tidak cukup kuat untuk melakukannya," ujar orang tuanya. "Ketika engkau lebih besar dan kuat, engkau dapat berayun dari satu pohon ke pohon lainnya, seperti kakak-kakakmu," demikian kata ayahnya. Lamy sangat kecewa. Ia tidak sabar. Ia tidak bisa menunggu selama itu. Ia ingin menjadi seperti saudaranya saat ini juga. Ia lalu pergi berkelana dan berpikir keras. Suatu hari, Ayah dan Ibu mereka harus mengunjungi beberapa sanak saudara yang sakit di rumah sakit. Mereka meninggalkan anak-anaknya di taman untuk bermain sendiri.

"Berhatihatilah dan jaga adikmu," demikian orang tua mereka mengingatkan Mony dan Tomy. "Ya, kami akan menjaganya," jawab kedua kakak-kakak Lamy. Pada awalnya Lamy duduk dengan tenang dan hanya memperhatikan kakak-kakaknya bermain. Ia melihat mereka saling berkejaran dari satu pohon ke pohon lainnya. Ia ingin bergabung dengan mereka tetapi mereka tidak mengijinkannya untuk melakukan hal itu. Kemudian Lamy mempunyai ide. Perlahan-lahan ia berjalan menuju ke bagian lain dari taman tersebut. Kakak-kakaknya terlalu sibuk bermain sehingga mereka tidak melihat Lamy pergi diam-diam. Lamy gembira karena ia bisa menjauh dari kakak-kakaknya. Ia memanjat pohon yang pendek. Kemudian ia berayun ke cabang pohon yang lainnya. Lamy senang dengan dirinya 

sendiri. Dia berayun ke pohon lainnya. Kemudian ia naik ke sebuah pohon yang tinggi dan berayun ke pohon lebih rendah. Selanjutnya ia ingin berayun lebih jauh. Ia naik ke pohon yang tinggi. Lalu ia menggunakan kekuatannya dan melompat ke pohon berikutnya Tiba-tiba, dia merasa bergerak sangat cepat. Dia mencoba untuk menangkap cabang-cabang pohon tapi tangannya terlalu pendek. Ia melihat pepohonan di sekitarnya berputar-putar. Kepalanya berputar. Ia tahu ia jatuh. Ia takut dan menjerit dengan keras. Lalu dia mendarat di tanah dengan bunyi gedebuk yang keras. "Aduh! Aduh! "Ia menangis kesakitan. Perlahan ia mencoba bangun, tapi tubuhnya terasa sakit. Ia mencoba bangun lagi tapi rasa sakit terlalu berat dirasakannya. Ia tergeletak di atas tanah dengan perasaan kecewa. Mony dan Tomy mendengar jeritan Lamy dan bergegas ke sisinya. Para penjaga taman jugamendengar jeritan tersebut lalu menuju ke tempat kejadian. Dia segera memanggil ambulans. Tak lama kemudian ambulans tiba. Paramedis membawa Lamy dan menaruhnya di tandu. Kemudian mereka membawanya ke ambulans. Ambulans membawa Lamy ke rumah sakit. Di rumah sakit, dokter memeriksa Lamy. Untungnya, ia tidak terluka parah. Ada luka di sikunya dan ada memar kecil di tangan dan kakinya. Perawat memberikan obat kepada Lamy. Setelah memakan obat itu, ia mengantuk dan tertidur. Kemudian keluarganya pulang. Ketika Lamy terbangun, ia merasa kesepian dan sedih. Ia tahu ia tidak bisa berayun dari satu pohon ke pohon lainnya selama beberapa waktu. Ia tidak suka tinggal di rumah sakit. Lamy berharap dia tidak berayun dari satu pohon ke pohon lainnya. Seharusnya ia mendengarkan nasihat orang tuanya dan menunggu saat yang tepat. Jika saja ia tidak terburu-buru, ia tidak akan berada di rumah sakit saat ini. Segera saatnya bagi Lamy untuk pulang. Ia senang. Ia tahu bahwa ia harus bersabar dan menunggu saat yang tepat. Ia juga telah mempelajari bahwa ia harus berkelakuan seperti anak-anak seusianya.

 

Cerita - Orang bijaksana dari Himalaya

Seorang bijaksana datang dari Himalaya dan menyatakan bahwa dia dapat menaklukkan kemarahan. Dia bertemu dengan beberapa teman dan mengatakan kepada mereka bahwa dia benar-benar mencintai perdamaian dan bahwa dia sama sekali tidak memiliki kemarahan dalam dirinya. Salah satu dari mereka bertanya kepadanya, "Tuan, apakah anda telah menaklukkan kemarahan anda?" "Ya, saya telah mengendalikannya," jawabnya dengan hati-hati. Orang itu mengulangi pertanyaannya lagi, "Tuan! Apakah anda benar-benar telah menaklukkan kemarahan?" Ya, itu benar, "terdengar jawaban yang kasar. "Mengapa Tuan, sangat mustahil untuk dipercaya. Bagaimana anda bisa menaklukkan kemarahan." tanya pria itu untuk ketiga kalinya. . "Ai! Tidak bisakah engkau memahami ketika saya mengatakan hal itu?" terdengar jawaban yang panas.

"Tuan! Dalam kasus ini, bagaimana anda bisa menaklukkan kemarahan?" tanya pria itu
untuk keempat kalinya.
"Apakah engkau menguasai inderamu? Saya katakan bahwa saya telah mengalahkan
kemarahan saya .."
Demikian, sambil mengatakan bahwa ia telah menaklukkan kemarahannya, ia tidak dapat
mengendalikan kemarahannya karena mendengar pertanyaan yang berulang-ulang. Jika
kata-kata itu tidak diungkapkan, kemarahan bisa ditenangkan. Karena kurangnya kesabaran,
kemarahan terpancar darinya. Tidak ada obat lain untuk marah. Hanya dengan menanamkan
kesabaran adalah jawabannya. Jika engkau mengembangkan kesabaran secara otomatis
kemarahan akan mereda. Jika kegelapan harus diusir, cahaya akan bersinar. Demikian pula
untuk mengusir kemarahan, kesabaran harus dipelihara.
Pertanyaan
1. Apakah kemarahan? Apakah kemarahan merupakan sifat manusia?
2. Apa yang menyebabkan orang bijaksana tersebut marah?
3. Bagaimana pendapatmu saat orang bijak tersebut menyadari bahwa dia benar-benar tidak dapat menaklukkan kemarahannya?
4. Apa yang membuat orang bijak tersebut marah?
5. Hal-hal apa sajakah yang membuat seseorang menjadi marah?
6. Bagaimana kita dapat merasakan ketika kesabaran dipraktikkan?


Aktivitas/Permainan
Mintalah siswa untuk menyelesaikan kalimat di bawah ini. Minta mereka menulis kalimat
pada selembar kertas.
Saya marah pada teman saya ketika:________________________
Saya bisa mengatasi kemarahan ini dengan:______________________
Saya marah pada orang tua saya ketika:__________________________
Saya bisa mengatasi kemarahan ini dengan: _______________________
Saya marah pada (kakak atau adik atau sepupu) saya saat: ______________
Saya bisa mengatasi kemarahan ini dengan: _________________________
Saya marah pada guru saya ketika: ________________________________
Saya bisa mengatasi kemarahan ini dengan: ________________________
Saya marah pada diri saya sendiri ketika: __________________________
Saya bisa mengatasi kemarahan ini dengan: _______________________


Life application
Buatlah bagan di rumah, "Apa yang membuat saya marah," dan taruhlah di tempat yang
mencolok. Amatilah perilaku-mu minggu ini. Dimana ada kemarahan atasilah dengan
kesabaran. Buatlah jurnal dari apa yang telah engkau lakukan dan apa yang telah engkau

alami. Ceritakanlah minggu depan keberhasilan dan kegagalanmu dalam mengatasi
kemarahan.
Beberapa tips untuk membantu menghadapi kemarahan:
1. Jika engkau marah pada seseorang, coba pikirkan sifat-sifat baik mereka. Semua orang memiliki sifat-sifat baik dalam dirinya.
2. Ucapkan Nama Tuhan berulang-ulang.
3. Dengarkan musik yang lembut menenangkan atau nyanyikan sebuah lagu atau lagu pujian.
4. Minumlah segelas air.
5. Berjalan-jalanlah untuk menghindari tempat di mana engkau menjadi marah.
6. Begitu engkau marah, berhentilah berbicara. Jika engkau mengatakan sesuatu tepat setelah engkau marah, mungkin engkau akan mengatakan hal-hal yang membuat engkau menyesal kemudian.
7. Ketika engkau marah, lihatlah wajah-mu di cermin
8. Tertawa merupakan cara lain untuk menghilangkan kemarahan. Tertawalah terbahak-bahak maka engkau akan melihat kemarahanmu segera hanyut terbawa arus.
9. Setiap hari begitu engkau bangun pagi ucapkanlah, "Hari ini saya tidak akan marah pada siapa pun. "
10. Jangan mengharapkan apapun dari siapa pun. Terimalah semua orang sebagai mereka apa adanya. Maka engkau akan selalu bahagia serta tidak pernah marah.