Nilai : Dharma/Kebajikan
Sub Nilai : Tanggung Jawab
Tujuan : Untuk menumbuhkan kebiasaan bertanggung jawab terhadap diri sendiri atau barang kepunyaan sendiri.
Usia :

6 – 15 tahun

 

Metode Pengajaran :  
Duduk hening : Meditasi cahaya
Doa : Gayatri Mantra

 

Cerita - Batu di Tengah Jalan

Suatu hari, seorang raja memutuskan untuk menguji seluruh rakyatnya. Ia ingin mengetahui apakah rakyatnya memiliki rasa tanggung jawab. Maka pagi-pagi sekali, ia menyamar dan berjalan berkeliling di jalan dalam kerajaannya. Ketika ia tiba di jalan utama, ia meletakkan sekeping koin emas dan sepucuk surat di tengah jalan dan meletakkan sebuah batu besar di atasnya. Sang raja menulis pesan berikut di dalam surat itu: Hadiah bagi rakyat yang bertanggung jawab yang mengetahui tugasnya. Sang raja bersembunyi di balik pohon untuk melihat apakah ada orang yang peduli untuk memindahkan batu itu dari tengah jalan. Setelah beberapa saat, seorang pengantar susu melewati jalan itu. Ia membawa sekaleng susu dan ia sibuk bernyanyi-nyanyi sehingga ia tidak menyadari ada batu di tengah jalan. Si pengantar susu tersandung batu itu dan susu yang dibawanyanya tumpah. Si pengantar susu marah dan menggerutu, “Orang bodoh mana yang menaruh batu besar begini di tengah jalan ?” Sambil mengomel tentang orang yang telah meletakkan batu di di sana, si pengantar susu pergi berlalu. Walaupun ia telah menderita karena batu yang ada di tengah jalan, ia tidak berusaha untuk memindahkannya. Klip klop, klip klop.... Sebuah kereta kuda melewati jalan itu. Sang kusir sedang bernyanyinyanyi dengan riang dan ia tidak menyadari ada batu di tengah jalan. Salah satu roda kereta menabrak batu itu dan kereta itu nyaris terguling. Para penumpangnya tidak terjatuh, tapi mereka mengalami memar-memar. Si kusir yang marah berteriak, “Betapa tidak bertanggung jawabnya penduduk kota ini! Mereka tidak pernah memikirkan orang lain! Kalau sampai aku bertemu orang yang tidak punya hati yang menaruh batu itu di sini, akan kupatahkan tulangnya!” Si kusir berlalu tanpa memindahkan batu itu. Sementara itu seorang petani melewati jalan itu dengan gerobak lembunya. Tiba-tiba ia menyadari ada batu di tengah jalan. Ia mengarahkan gerobaknya ke pinggir jalan agar roda gerobaknya tidak menabrak batu. Ia lewat dengan selamat. Iapun mengutuki orang yang menaruh batu di tengah jalan. Tetapi dia tidak mau bersusah payah memindahkannya.

Setelah beberapa waktu, sekelompok wanita melewati jalan dengan menjunjung kendi berisi air di kepala mereka. Saat mereka berjalan, salah satu dari mereka tersandung batu itu, terjatuh dan menumpahkan air yang dibawanya. Dia segera bangun dan berjalan terpincangpincang. Sang raja melihat banyak orang melewati batu itu. Banyak dari mereka yang tersandung batu itu, tapi tak seorangpun berpikir untuk mengangkat dan memindahkannya ke pinggir jalan. Sang raja merasa tak seorangpun beruntung mendapatkan koin emas di bawah batu. Sang raja keluar dari tempat persembunyiannya. Ia mengangkat batu itu, menaruhnya di pinggir jalan, mengambil koin emas dan surat yang diletakkannya lalu kembali ke istana. Sekarang ia menyadari jika ia menginginkan agar rakyatnya disiplin dan bertanggung jawab, ia harus menerapkan administrasi dan pemerintahan yang tegas. Ke manapun kita pergi, kita harus selalu melakukan tugas kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Kita harus berpikir “ Saya bertanggung jawab, ini adalah tugas saya”, saat kita melakukan pekerjaan kita.

 

Cerita - Anugerah Bakat

Pada zaman dahulu kala terdapat dua orang anak laki-laki yang sangat pintar dan terampil. Bakat mereka yang luar biasa sudah terlihat sejak kecil, dan mereka dengan mudah melampaui semua orang di sekitarnya. Mereka sudah tahu bahwa mereka sangat istimewa, dan mereka menanamkan di hati mereka keinginan bahwa di masa depan semua orang akan mengakui betapa luar biasanya mereka. Masing-masing anak tumbuh dengan cara yang berbeda. Anak yang pertama menggunakan semua bakat dan kepintarannya untuk memiliki karir yang bagus dan menunjukkan pada semua orang kelebihannya. Ia mengikuti semua kompetisi, mengunjungi semua orang dan tempat penting, dan pandai berkawan dengan orang-orang kelas atas. Bahkan ketika ia masih sangat muda, tak seorangpun yang meragukan bahwa suatu hari ia akan menjadi yang paling bijaksana dan paling penting di negeri tersebut. Anak yang kedua, sama-sama menyadari kelebihannya, tidak pernah berhenti merasa bertanggung jawab. Ia hampir selalu dapat mengerjakan semua hal lebih baik daripada orang-orang di sekitarnya, dan ia merasa wajib menolong mereka. Hal ini menyebabkan ia tidak punya banyak waktu untuk mewujudkan impiannya menjadi mahsyur. Ia selalu sibuk mencari cara untuk menolong orang lain dengan efektif. Hasilnya, ia menjadi orang yang sangat dikasihi dan terkenal, tetapi hanya di dalam ruang lingkup terbatas. Menjadi takdir, suatu bencana dahsyat menimpa negeri itu, menyisakan masalah dan kesedihan di seluruh negeri. Pria brilian pertama tidak pernah mengalami hal ini, tetapi ideide briliannya berhasil hampir di seluruh negeri, dan berhasil sedikit memperbaiki keadaan. Namun pria yang kedua sudah terbiasa memecahkan masalah, dan memiliki trik-trik yang sangat berguna di bidang-bidang tertentu, hingga bencana nyaris tidak mempengaruhi penduduk di daerahnya. Metodenya yang sudah teruji kemudian diterapkan di seluruh 

negeri, dan keharuman namanya menyebar lebih luas daripada pria pertama. Tak heran, tak lama kemudian ia dipilih untuk menjadi gubernur. Pria yang pertama kemudian mengerti bahwa kemahsyuran dan kebijaksanaan sejati adalah yang lahir dari hal-hal yang kita lakukan dalam hidup, dari pengaruhnya pada orang lain, dan dari keinginan untuk memperbaiki diri tiap hari. Ia tidak pernah lagi mengikuti kompetisi atau khawatir dengan penampilannya, dan mulai saat itu, ke manapun ia bepergian, ia selalu membawa buku-buku, agar ia selalu siap membantu orang lain. Bakat terbaik kita secara bersamaan merupakan anugerah dan tanggung jawab dengan memandang orang lain, bukan hanya keuntungan diri sendiri untuk disalahgunakan. Cerita - Burung Kecil Dahulu ada seekor burung kecil yang sangat indah tetapi sangat sangat malas. Setiap hari jika saatnya bangun, semua harus berteriak berulang-ulang untuk membangunkannya sebelum akhirnya ia berusaha keluar dari sarangnya. Dan saat ada tugas yang harus dikerjakan, ia selalu menundanya sampai hampir tak ada waktu tersisa untuk mengerjakannya. Semuanya selalu berkata padanya "Kamu itu burung pemalas! Kamu tidak boleh selalu menunggu sampai detik-detik terakhir”. "Bah! Tidak masalah", sahut burung kecil, "Aku hanya butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan semua, itu saja ". Burung-burung mengabiskan musim panas terbang dan bermain-main, saat musin gugur tiba dan mulai terasa dingin, mereka mulai menyiapkan diri untuk perjalanan panjang menuju daerah yang lebih hangat. Tapi burung kecil ini, malas seperti biasa, terus menundanya, merasa yakin masih ada banyak waktu untuk mempersiapkan diri untuk perjalanan yang panjang. Sampai suatu hari ia bangun dan semua burung yang lain telah pergi. Seperti hari hari sebelumnya, beberapa temannya telah mencoba membangunkannya, tapi setengah tertidur ia mengatakan pada teman-temannya bahwa ia akan bangun nanti. Ia kembali tidur dan baru bangun setelah lama kemudian. Hari itu merupakan hari perjalanan yang panjang. Semuanya tahu peraturannya: kamu harus siap untuk berangkat; karena ada ribuan burung, mereka tidak akan menunggu. Maka si burung kecil, yang tidak tahu bagaimana harus menempuh perjalanan itu sendiri, menyadari karena kemalasannya, harus menghabiskan musim dingin yang panjang sendirian. Awalnya ia menangis terus-menerus, tapi ia harus mengakui itu karena kesalahannya. Ia tahu ia dapat melakukan segala hal dengan benar jika ia benar-benar berusaha, maka dengan mengesampingkan kemalasannya, ia mulai bersiap-siap menjelang musim dingin. Pertama, berhari-hari ia mencari tempat yang benar-benar terlindung dari sengatan cuaca dingin. Dia menemukan tempat di antara bebatuan, dan dia membangun sarang baru di sana, dibuatnya kokoh dengan ranting, batu, dan daun. Lalu ia bekerja tanpa mengenal lelah untuk mengisi sarangnya dengan buah-buahan aneka berries, cukup untuk bertahan sepanjang musim dingin. Akhirnya, ia menggali kolam kecil di dalam gua, agar ia punya cukup air. Saat ia  melihat rumah barunya sudah disiapkan dengan sempurna, ia melatih dirinya untuk bertahan dengan hanya sedikit makanan dan air, supaya dia bisa melalui badai salju yang terburuk. Dan walaupun banyak yang tidak percaya, semua persiapan itu membuatnya bertahan melalui musim dingin. Tentu saja ia sangat menderita, dan tiada hari selama musim dingin di mana ia tidak menyesali kemalasannya. Ketika musim semi akhirnya tiba, dan temanteman lamanya kembali dari perjalanan mereka, mereka semua sangat bersuka cita dan kaget melihat si burung kecil masih hidup. Mereka hampir tidak percaya bahwa si burung pemalas bisa membangun sarang yang begitu bagus. Dan ketika mereka menyadari tidak ada sedikitpun kemalasan yang masih tersisa di burung kecil itu, dan ia telah berubah menjadi burung yang bekerja paling keras di kelompoknya, semua setuju bahwa ia harus memimpin pengaturan perjalanan panjang tahun berikutnya. Ketika waktunya tiba, semuanya dilakukan dan disiapkan dengan sempurna hingga mereka masih memiliki waktu untuk menciptakan lagu bangun pagi, maka sejak hari itu tidak ada burung kecil, betapapun malasnya, yang harus menghabiskan musim dingin sendirian lagi.

 

Cerita - Lelaki Tua yang Bijaksana

Seorang pria kaya raya meminta seorang cendekiawan untuk menghentikan kebiasaan buruk putranya. Sang cendekiawan mengajak si anak berjalan-jalan di taman. Tiba-tiba ia berhenti dan meminta anak itu untuk mencabut tanaman kecil yang tumbuh di sana. Anak itu memegang tanaman itu di antara ibu jari dan jari telunjuknya dan menariknya. Lelaki tua itu kemudian memintanya untuk mencabut tanaman yang lebih besar. Anak itu menariknya dengan keras dan tanaman itu tercabut sampai ke akarnya. “Sekarang cabutlah tanaman yang itu,” kata lelaki tua itu sambil menunjuk ke semak-semak. Anak itu harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencabutnya. “Sekarang cabutlah yang ini,” kata lelaki tua itu, menujtuk ke pohon jambu biji. Anak itu mencengkeram batangnya dan berusaha menariknya. Tapi pohon itu tak bergerak sedikitpun. “Tidak mungkin,” kata si anak lelaki itu, terengah-engah. “Begitu juga dengan kebiasaan buruk,” kata lelaki arif itu. “Saat masih muda mudah untuk dibuang tapi kalau sudah mendarah daging tidak bisa dihilangkan.” Pertemuan dengan orang tua itu mengubah hidup si anak lelaki. Moral: Jangan menunggu kebiasaan buruk tumbuh di dalam dirimu, tinggalkanlah saat kamu masih memiliki kendali, kalau tidak ia akan mengendalikanmu.


Aktivitas
1. Minta anak-anak untuk menuliskan beberapa kebiasaan yang baik
2. Ambillah contoh pada butir 1 diatas, kemudian minta anak-anak untuk membuatdrama pendek (berpasangan), pertama mereka memerankan kebiasaan yang buruk,dan kedua mereka memerankan kebiasaan yang baik.
3. Rancanglah sebuah poster tentang "Bertanggung Jawab" yang menggambarkanbeberapa kebiasaan yang bertanggung jawab. Pasang di dinding kelas