Sabda Bhagavan tentang hubungan manusia dan alam:

“Manusia memperoleh manfaat yang tidak terhitung jumlahnya dari alam, tetapi apa rasa terima kasih yang mereka tunjukkan kepada alam”

(Sathya Sai Baba, 2009)

“Hari ini dunia kehilangan keseimbangan ekologisnya selama manusia karena sifat mementingkan dirinya sedang merampok sumber daya dari ibu pertiwi berupa batu bara, minyak bumi, besi, dsb. Sebagai hasilnya, kita mengalami gempa bumi, banjir dan bencana alam yang menghancurkan. Hidup manusia hanya akan mencapai pemenuhan ketika keseimbangan ekologis tetap dijaga. Keseimbangan dalam hidup manusia dan keseimbangan di alam, keduanya adalah sama-sama penting”.

(SSS, Vol. 33 bab 15)

Swami telah mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan telah terjadi dan sudah menyebabkan berbagai dampak pada kehidupan manusia. Manusia telah mengeksploitasi alam melebihi kapasitas alam dan Mulai mengabaikan keharmonisan antara manusia dan alam. Swami menyarankan kita untuk menjaga alam diantaranya adalah dengan mempraktekkan “ceiling on desires” atau pengendalian keinginan yang merupakan salah satu dari sembilan pedoman perilaku.

 

Melayani alam adalah melayani Tuhan

Mengacu dengan sabda Swami, Sai Green Indonesia menyusun program untuk dapat melayani planet bumi. Secara umum, sai Green Indonesia menetapkan 6 program untuk masa program 2 tahun yaitu:

  1. Program zero waste atau bebas sampah atau mengurangi sampah
  2. Eco-enzyme
  3. Urban farming atau berkebun di rumah
  4. Save energy atau menghemat energy
  5. Penghijauan (pohon trembesi)
  6. Penelitian pengembangan eco-enzyme sebagai pupuk organik di  padi sawah

Dalam rangka persembahan perayaan Guru Purnima, SSGi menjalan program satu bulan yang dijalankan Mulai tanggal 6 Juni hingg 5 Juli, Sai Green Indonesia menjalankan empat program sebagai gerakan utama dibawah tema Hidup Dalam Cahaya Sai. Keempat program tersebut yaitu zero waste, eco-enzymes, urban farming, dan save energy.  Keempat program tersebut saling terkait satu dengan yang lain.

 

1.Program Bebas Sampah/ Zero Waste (melalui pembuatan kompos)

Pendahuluan

Program zero waste adalah program untuk mengembangkan gaya hidup mengurangi sampah atau bebas sampah. Gaya hidup mengurangi sampai saat ini dapat dilakukan dengan lima tahapan yang dikenal dengan istilah 5R yaitu reduce (mengurangi), reuse (memanfaatkan kembali), recycle (mengolah ulang), refuse (menolak) and rot (composting/ pembusukan).

Manfaat untuk melakukan gaya hidup bebas sampah ini adalah membuat hidup menjadi lebih sehat, efisien, dan kreatif. Salah satu gerakan untuk mengurangi sampah plastik khususnya yang sudah banyak dilakukan di kalangan para bhakta adalah tidak menggunakan botol mineral tetapi membawa botol minuman sendiri (tumbler) kemana pun kita pergi, termasuk ke pengurangan penggunaan minuman dalam kemasan plastic di Sai Center. Pengurangan sampah plastic juga sudah banyak dilakukan dengan menggunakan tas kain pada saat berbelanja untuk menggantikan penggunakan tas plastic.

Kegiatan zero waste diawali dengan pemilahan sampah yaitu antara sampah sampah organik dan non-organik. Sementara itu, pemilahan sampah non-organik juga sangat disarankan yaitu memisahkan sampah plastic dan non-plastik. Dari pemilahan tersebut, akan dihasilkan:

  • Sampah organik: sisa buah, sayuran, daun-daunan
  • Sampah plastic: botol plastic, bungkus plastic
  • Sampak non-organik lainnya

 

Manfaat gerakan bebas sampah terhadap pemanasan global

Berdasarkan hasil observasi terhadap produksi sampah di lingkungan Keluarga Sai, diperoleh informasi bahwa secara umum  masing-masing Keluarga menghasilkan sampah rata-rata 0.7 kg per hari. Jika menggunakan asumsi bahwa satu Keluarga terdiri dari 4 anggota Keluarga, maka masing-masing Keluarga dapat menghasilkan sampah sekitar 1 ton per tahun. Angka tersebut tentunya akan bervariasi sesuai dengan konsumsi harian dalam satu Keluarga.

Berdasarkan hasil kajian dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) disebutkan bahwa sampah yang diproduksi oleh Indonesia setiap hari mencapai sekitar 175 ton dan dalam satu tahun dapat mencapai angka 64 juta ton per tahun.  Sekitar 64 persen dapat dikumpulkan ke tempat penambungan akhir, namun sisanya terbuang ke lingkungan sekitar tanpa ada pengolahan. Namun, beban di TPA juga sudah melebihi kapasitasnya sehingga berpotensi menimbulkan bencana lingkungan. 

Oleh karena itu, mengurangi sampah dengan meniadakan sampah organik yang terbuang ke tempat penampungan sementara atau penampungan akhir adalah tindakan yang sangat mulia untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat limbah sampah.

 

Pembuatan Kompos: salah satu tindakan meniadakan sampah organik

Salah satu upaya untuk mengurangi sampah organik adalah dengan membuat kompos. Pembuatan kompos ini berguna untuk menyediakan pupuk untuk tanaman. Namun, manfaat lain dari pembuatan kompos adalah dapat membantu mengurangi pemanasan global yang saat ini sudah semakin memburuk. Hasil penelitian menyebutkan bahwa satu ton kompos dapat mengurangi20-30 ton emisi (Suprihatin dkk, 2008). Proses dalam pembuatan kompos adalah menahan produksi methane yang merupakan contributor terbesar terhadap emisi di udara. Kompos juga dapat menyuburkan tanah yang membuat tanah menjadi lembab yang juga bermanfaat untuk menahan panas karena aliran air dan udara menjadi lebih baik.

Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam membuat kompos:

  • Tempat kompos: dapat menggunakan tong yang sudah jadi atau membuat sendiri dengan menggunakan ember atau tong. Link youtube dari SSG Denpasar tentang pembuatan komposter
  • Sampah kering atau sampah coklat yang merupakan komponen karbon, dan sampah hijau yang merupakan komponen nitrogen. 
  • Penambahan cairan komposter bersifat optional.

 

Cara pembuatan

  • Sediakan tempat untuk kompos
  • Siapkan komposisi sampah organik, yaitu sampah kering (karbon) : sampah hijau (nitrogen) adalah 3 : 1. Kemudian dicampur menjadi satu b again.
  • Campurkan satu bagian gabungan sampah tersebut dengan satu bagian media tanah dengan komposisi 1 : 1.
  • Kemudian sampan di tempat yang sudah disediakan.
  • Dapat ditambahkan cairan untuk mempercepat fermentasi, namun dapat juga dibiarkan alami.

Gambar: Proses pembuatan kompos

Pembuatan kompos sudah dilakukan sejak tahun 2007 khususnya di SSG Denpasar. Hingga saat ini diperkirakan terdapat 50 komposter yang aktif untuk menghasilkan kompos, termasuk dengan hasil pupuk cair.

Gambar: pembuatan kompos di SSG Denpasar

Pada perayaan Guru Purnima tahun 2020, pada bulan Juni, Tim Sai Green Indonesia melakukan survey cepat mendata Sai Bhakta yang melakukan kegiatan pembuatan kompos. Hasil pendataan menunjukkan ada sekitar 87 keluarga yang sudah membuat kompos. Sebagian diantaranya yaitu 85,3 persen dari jumlah tersebut sudah mendapatkan manfaat dengan beberapa kali melakukan panen karena sudah melakukan sejak lebih dari 3 tahun. Sebagian masih baru memulai kurang dari satu tahun terakhir.  Hal yang menarik adalah, walaupun saat ini belum memiliki kompos, sebagian besar menyebutkan mereka akan mencoba membuat kompos.

 

2. Program Eco-enzyme

Pengenalan Eco-enzyme

Kegiatan membuat Eco-enzyme merupakan salah satu kegiatan untuk mengurangi sampah organik dan juga memanfaatkan kembali botol plastic. Sampah organik berupa Kulit buah dan juga Sayur segar yang tidak terpakai dapat diolah menjadi Eco-enzyme, sehingga sampah organik dari dapur dapat dikurangi secara signifikan.

Eco-enzyme merupakan cairan organik yang merupakan hasil dari proses fermentasi selama sekitar 3 bulan dari cairan yang merupakan campuran antara Kulit buah, sayuran dengan gula dan air. Penemu dari Eco-enzyme adalah Dr. Rosukan Poompanvong dari Thailand yang telah mendapatkan penghargaan dari Organisasi Pangan Dunia atau FAO atas temuan eco-enzyme yang menjadi pengganti pestisida kimia di lahan pertanian.

Namun, dalam perkembangannya, manfaat eco-enzyme sudah diketahui dapat bermanfaat untuk antiseptic yang berguna untuk menjadi cairan pembersih di dalam rumah seperti cairan untuk mengepel laintai, mencucuk piring dan keperluan kebersihan lainnya. Manfaat lain yang juga sudah dibuktikan adalah kemampuan eco-enzyme untuk menjernihkan air seperti air danau dan juga kolam. Kemudian cairan juga ditemukan memiliki manfaat untuk menetralisasi kualitas udara yang buruk.

 

Cara pembuatan eco-enzyme

Tahapan persiapan:

  1. Botol atau toples plastic atau sejenisnya. Usahkan menggunakan plastic dan hindari menggunakan botol atau toples kaca. Hal ini disebabkan karena proses fermentasi akan menghasilkan gas dan membutuhkan ruang yang lebih fleksible.
  2. Kulit buah dan sisa sayuran segar. Tidak disarankan menggunakan sayuran yang sudah direbus atau sayuran yang sudah tercampur minyak atau bumbu-bumbu. Usahakan juga Kulit buah tidak dalam kondisi busuk. Karena hal ini akan mempengaruhi proses fermentasi.
  3. Gula merah atau molase. Disarankan untuk menghindari penggunaan gula putih karena ada kandungan kimia di dalamnya. Prosuk eco-enzyme adalah produk organik yang seharusnya bebas dari bahan-bahan kimia.
  4. Air bersih. Hindari air yang mengandung bahan kimia kuat atau air dengan kadar besi yang tinggi.

Cara pembuatan

  • Komposisi antara bahan:
  • Gula : Kulit buah dan Sayur : air adalah 1 : 3 : 10

 

Gerakan 1 juta botol Eco Enzyme

Tim Sai Green Indonesia menetapkan program 1 juta botol untuk masa kepengurusan dua tahun. Angka tersebut didasari pada upaya untuk mendukung upaya perubahan gaya hidup menuju pada gaya hidup tanpa sampah. Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dari Sai Bhakta untuk melayani alam dengan mengurangi sampah melalui pembuatan eco-enzyme.

Pada perayaan Guru Purnima, jumlah botol yang dipersembahkan adalah sekitar 7000 botol. Jumlah tersebut akan terus meningkat hingga akhir kepengurusan dan yang paling mendasar adalah kegiatan ini menjadi kebiasaan dari setiap Sai Bhakta dimanapun berada.

Untuk mensukseskan gerakan tersebut, Sai Green Indonesia bekerjasama dengan semua wing yang ada di dalam organisasi seperti Mahila dan Balvikas. Sai Mahila sepenuhnya mendukung dengan menggerakkan ibu-ibu yang lebih memahami kondisi di dalam rumah untuk melakukan gerakan ini. Demikian juga anak-anak Balviaks dikenalkan dengan konsep melayani alam sama dengan melayani Tuhan. Pemahaman mendasar terkait dengan ceiling on desire dan pemberian pemahaman tentang kondisi alam saat ini dan hubungannya dengan sadhana diberikan terlebih dahulu sebelum melakukan praktek pembuatan eco-enzyme. Jumlah botol EE yang sudah dibuat hinggal tanggal 10 Juli 2020 adalah 8080 dari seluruh Indonesia. Jumlah sai Bhakta yang mendaftarkan diri untuk ikut menjalankan gerakan Eco-Enzyme ada sekitar 139 Sai Bhakta, namun jumlah ini akan  terus bertambah seiring dengan semangat dan motivasi yang sudah terbangun.

Gerakan membuat eco-enzyme di antara anak-anak balvikas.

 

Berbagai hasil pembuatan Eco-enzyme dari para sai Mahilas

 

Pembuatan Eco-enzyme di SSG Denpasar

 

3. Urban Farming

Pengenalan urban farming

Urban farming atau berkebun di rumah, khususnya di wilayah perkotaan masih merupakan hal yang baru jika dibandingkan dengan di negate-negara maju. Hal ini disebabkan karena Indonesia dikenal sebagai negara agragris. Bahkan pada tahun 1980an Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai negara yang mampu melakukan swasembada pangan. Namun, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan juga pembangunan yang terus berlangsung, jumlah lahan pertanian semakin berkurang dan permasalahan pangan menjadi meningkat. Indonesia Mulai banyak mengimpor produk pangan dari negara lain bahkan dari negara tetangga di Asia Tenggara.

Gerakan urban farming di Indonesia banyak dilakukan di jakarta pada masa krisis ekonomi pada tahun 1998. Banyak migran di jakarta yang menanam sayuran untuk memenuhi kebutuhannya karena harga-harag yang sangat tinggi pada masa tersebut. Kemudian gerakan tersebut kembali muncul di kawasan perkotaan untuk mengatasi permasalahan pangan.

Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, urban farming diketahui dapat membantu penurunan emisi sebanyak 20-30 persen. Hal ini disebabkan Karena adanya pengurangan proses produksi masal dan penyediaan kebutuhan pangan termasuk juga transportasi produk pangan tersebut. 

 

Memulai urban farming

Urban farming dapat dilakukan dengan mudah dan memerlukan biaya sangat minimal. Hal ini disebabkan lahan yang dibutuhkan sangat sedikit, bahan dan material yang digunakan dapat berasal dari bahan bahan plastic atau produk lainnya sebagai pot. Selanjutnya untuk benih dapat disiapkan dari biji sisa sayuran yang sudah digunakan atau membeli benih yang harganya masih sangat terjangkau. Media tanam dapat digunakan tanah yang ada dengan memberikan kompos atau pupuk organik (darikompos yang dibuat sendiri akan lebih baik hasilnya).

Selama pandemi COVID-19, banyak Keluarga yang Mulai berkebun di rumah. Pertama karena adanya pembatasan kegiatan di luar rumah sehingga waktu untuk melakukan di rumah menjadi lebih banyak dan kedua adalah untuk memenuhi kebutuhan pasokan sayur sehari-hari.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Tim Sai Green Indonesia, terdapat setidaknya 49 keluarga yang sudah melakukan urban farming bahkan sebelum masa pandemi. Banyak yang sudah menghasilkan panen dan menggunakannya untuk pemenuhan kebutuhan sayur dalam satu Keluarga.

 

Gambar: Beberapa contoh tanaman sayuran di halaman rumah Sai Bhakta

\

 

4.Save Energy atau Hemat Energy

Program save energy masih dalam proses untuk terus dikembangkan.  Gerakan hemat energy sangat penting bahkan Bhagavan bersabda:

“Pengurangan konsumsi yang sia-sia melalui kesadaran bahwa kebahagiaan sejati terletak pada konservasi sumber daya yang diciptakan oleh Tuhan dan bukan dalam eksploitasi yang sewenangwenang”

<Baba, 2009, vol. 16 dan vol. 31>

Untuk dapat melakukan penghematan energy, kita harus paham yang dimaksud dengan energy tersebut. Bhagavan bersabda:

“Energi adalah Brahman dan Brahman adalah energi. Kosmos diliputi dengan energi. Semua yang engkau lihat dan semua yang engkau lakukan adalah energi. Engkau mengamati sebuah benda. Engkau bertemu seseorang. Kedua-duanya, benda dan seorang tersebut adalah perwujudan dari energi.” 

<Sathya Sai Baba (SSS 30.18: 20 Juli 1997)>

Kegiatan saat ini yang sudah dilakukan adalah memberikan tips untuk hemat energy yang disampaikan melalui Whatsapp Group Sai Green Indonesia.

TIPS UMUM SAI GREEN INDONESIA

Untuk meningkatkan semangat melayani alam, sai Green Indonesia mengembangkan 9 tips sesuai dengan kepanjangan dari nama Sai Green Indonesia.