22. Pembicaraan Hari Ini adalah Hasil Jerih Payahmu Masa Lalu
Pada zaman Tretā Yuga, ketika Avatāra Rāma berada di dunia, resi Nārada datang kepada-Nya dan bertanya, “Oh Tuhan, apakah sifat-sifat abdi Rāma? Apakah ciri khasnya? Dan apakah sifat serta ciri-ciri seorang peminat kehidupan rohani?” Beliau menjawab sebagai berikut.
“Dengar oh Nārada! Abdi-Ku penuh kasih. Mereka selalu mempertahankan kebajikan. Mereka berbicara benar. Hati mereka penuh belas kasihan. Mereka tidak pernah melakukan hal yang tercela. Mereka menghindari dosa. Mereka teguh hati dan tabah. Mereka dapat melepaskan apa pun juga dengan senang hati. Mereka tahu batas dalam makanan dan ugahari. Mereka selalu sibuk berbuat baik bagi orang lain. Mereka tidak mementingkan diri sendiri. Mereka tidak khawatir atau bimbang. Mereka tidak mau mendengarkan sanjungan. Mereka senang mendengar pujian tentang kebajikan orang lain. Watak mereka indah, kuat, dan suci. Peminat kehidupan rohani adalah mereka yang berusaha memperoleh sifat-sifat seperti itu dan mempunyai karakter semacam itu.
Sekarang akan Kuberitahukan padamu tentang orang- orang yang Kukasihi: Siapa saja yang mengulang-ulang nama Tuhan, mempraktekkan disiplin spiritual, dan menjunjung tinggi aturan tingkah laku yang benar siapa saja yang memiliki pengendalian diri dan disiplin; mempunyai iman, kesabaran, sikap yang bersahabat, keramahan, kebaikan hati, dan keriangan maupun kasih yang murni kepada-Ku, orang-orang semacam itu adalah mereka yang Kukasihi.
“Kemudian tentang bakta-Ku yang sejati: mereka yang dengan viveka dan penyangkalan diri (vairāgya), dengan kerendahan hati dan kearifan, menyadari pengetahuan tentang kenyataan sejati; mereka yang selalu tenggelam dalam ketafakuran merenungkan permainan Ilahi-Ku; mereka yang selalu dan di mana-mana mengingat nama- Ku; mereka yang menitikkan air mata kasih bila mendengar nama Tuhan diucapkan, merekalah bhakta-Ku yang sejati,” demikian jawaban Śrī Rāma kepada Nārada.
Bila engkau berbakti kepada Tuhan dengan sepenuh hati, dengan pengabdian yang tulus dan murni, Ia akan melindungimu dengan segala cara sepanjang waktu. Seperti seorang ibu melindungi bayinya, seperti induk sapi meyelamatkan anaknya dari bahaya, seperti kelopak mata menjagai biji mata, demikian pula dengan mudah dan otomatis Tuhan akan melindungi engkau. Bila bayi itu tumbuh menjadi orang dewasa, ibunya tidak akan mencurahkan perhatian yang demikian besar untuk menjaga keselamatannya. Demikian pula Tuhan, Ibu Ilahi, tidak terlalu memperhatikan orang-orang yang telah mencapai kesadaran diri sejati. Tetapi mereka yang memuja Tuhan dengan wujud adalah seperti bayi bagi Tuhan. Mereka tidak memiliki kekuatan selain kekuatan Tuhan. Bagi seorang jñāni, kekuatannya sendiri cukup memadai. Karena itu, sebelum engkau dapat mengandalkan kekuatan spiritualmu sendiri, engkau harus menjadi bayi di tangan Tuhan, seperti mereka yang memuja Tuhan dengan wujud. Tidak seorang pun dapat memuja Tuhan yang tidak berwujud bila sebelumnya tidak memuja Tuhan yang berwujud. Karena itu, mulailah seperti bayi di pangkuan ibu hingga engkau tumbuh menjadi dewasa dan mencapai kesadaran diri yang sejati. Kemudian engkau dapat bertumpu pada kekuatanmu sendiri dan bebas. Namun, dalam kedua tingkat itu engkau memiliki sumber kekuatan yang sama, yaitu Ibu Ilahi. Engkau sungguh beruntung bila dapat memahami rahasia jalan bhakti ini. Dengan berbakti sepenuh hati kepada Tuhan dan mengembangkan watak serta sifat yang baik, engkau akan menjadi bayi di pangkuan Tuhan. Kemudian Ia akan melakukan segala sesuatu bagimu sesuai dengan kehendak-Nya.
Karena itu, bila engkau hendak menjadi abdi Tuhan, atau ingin dikasihi Tuhan, atau berhasrat menjadi bhakta yang memusatkan seluruh pikiran dan perasaannya kepada Tuhan, engkau harus menempuh jalan itu dan bertingkah laku serta hidup sesuai dengan jalan yang kaupilih. Bila engkau menganggap dirimu seorang bhakta, kembangkanlah sifat- sifat khas kebaktian yang telah diuraikan di atas. Bila engkau ingin dikasihi Tuhan, belajarlah mencintai dengan meneladan kasih Tuhan. Bila engkau ingin mencapai bhakti yang tulus, engkau harus pasrah sepenuhnya kepada Tuhan. Sekadar membaca buku spiritual atau mengulang-ulang mantra seperti mesin tidak akan ada faedahnya. Hanya tindakanlah yang akan mendatangkan kebahagiaan. Dan kebahagiaan rohani ini tidak tergantung pada kasta, suku bangsa, atau jenis kelamin. (Ada suatu kisah tentang Rāma, seorang Avatāra dan raja yang agung, dengan Śabarī, salah seorang bhakta Beliau yang termasyhur. Śabarī adalah seorang wanita kasta rendah yang ingin sekali memperoleh darshan Śrī Rāma. Ia tinggal seorang diri di suatu petapaan yang terpencil di dalam hutan, melewatkan hidupnya untuk menanti Rāma. Ia sangat yakin bahwa pada suatu hari Rāma akan datang melewati hutan tempat tinggalnya. Setiap hari ia mengumpulkan buah dan akar-akaran untuk dipersembahkan kepada Rāma. Buah dan akar-akaran itu dicobanya dulu satu persatu dan yang paling manis disiapkannya untuk persembahan. Pada suatu hari, kerinduannya terpenuhi. Rāma benar-benar datang melewati hutan itu). Ketika Rāma menikmati buah dan akar- akaran persembahannya, Śabarī menjatuhkan diri bersujud di kaki-Nya dan berkata, “Oh Tuhan, saya hanyalah seorang wanita yang bodoh. Lagi pula berasal dari kasta rendah. Bagaimana saya dapat memuji Tuhan? Saya tidak tahu harus berbuat apa atau bagaimana cara melakukannya!”
Rāma tersenyum dan berkata, “Śabarī, misi-Ku adalah untuk menjalin hubungan bakti. Aku tidak mempunyai pertalian dengan suku bangsa atau kasta. Apakah gunanya memiliki kedudukan, kekayaan, atau karakter tanpa bhakti kepada Tuhan? Orang yang tidak berbakti dapat dimisalkan sebagai awan yang berkelana di langit, tetapi tidak mengandung air hujan. Mereka berada dalam kekuasaan angin, tidak menjadi soal betapa hebatnya kedudukan, wewenang, atau ketenaran mereka. Bhakta dapat mencapai Aku melalui sembilan jalan; masing-masing jalan itu dapat membawa mereka kepada-Ku.”
Dengan penuh hormat Śabarī mohon agar Rāma memberitahukan kesembilan jalan tersebut dan Beliau menjawab;
- Śravaṇam (mendengarkan kisah Tuhan).
- Kīrtanam (menyanyikan nama Tuhan).
- Vishnohsmaranam (mengingat Tuhan, merenungkan kemuliaannya).
- Pādasevānam (memuja kaki Tuhan).
- Vandanam (menghormati alam dan segala yang hidup).
- Archanam (melakukan upacara suci).
- Dāsyam (melakukan segala pekerjaan sebagai pengabdian kepada Tuhan).
- Sneham (bersahabat, mencapai kedekatan dengan Tuhan).
- Ātmānivedanam (pasrah diri kepada Tuhan).
Bila bhakta mempraktekkan salah satu dari kesembilan jalan ini dengan sungguh-sungguh, ia dapat mencapai Aku. Aku terikat oleh kesembilan jenis kebaktian ini. Itulah sebabnya engkau dapat dengan mudahnya memperoleh kesempatan untuk melihat, menyentuh, dan berbicara dengan Aku, suatu kesempatan yang bahkan tidak terjangkau oleh para yogi. Hari ini engkau telah mendapatkan pemenuhan tujuan hidupmu. Pahamilah! Kata-kata-Ku hari ini adalah hasil semua jerih payahmu kemarin (pada masa lalu).”