23. Dua Jenis Bhakti
Bhakta yang mengikuti salah satu dari sembilan jalan menuju kesadaran Tuhan, dapat digolongkan dalam dua kelompok. (1) Pengikut jalan yang sulit. (2) Pengikut jalan yang aman serta mudah. Ini kadang-kadang disebut sebagai (1) bhakti dan (2) pasrah diri secara total (prapatti). Bhakti dapat disamakan dengan kelakuan bayi kera (marjalakishora), pasrah diri sama dengan kelakuan bayi kucing (prapatti).
Walaupun kedua golongan ini pada dasarnya sama; pelaksanaannya berbeda. Pada keduanya, bhakti harus mengalir terus menerus dengan tiada hentinya, seperti aliran minyak dari suatu wadah ke wadah lainnya. Tidak ada apa pun yang dapat diperoleh di dunia ini tanpa kasih yang mendalam kepada Tuhan. Hanya kasih semacam itulah menimbulkan keterikatan pada Tuhan dan hal itu membangkitkan keinginan Tuhan untuk menjaga serta melindungi. Apakah seseorang memilih jalan bhakti, atau jalan pasrah diri, keduanya sama-sama memiliki kasih kepada Tuhan, tetapi pernyataan kasih itu berbeda. Dalam markatakishora marga, bayi monyet harus mengandalkan kekuatannya sendiri untuk menjaga dirinya. Ke mana pun induk monyet melompat, Ia harus berpegang erat-erat pada perut induknya dan tidak melepaskan pegangan walau mungkin ada usaha untuk menariknya! Demikian pula bhakta harus bertahan menghadapi cobaan-cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Sepanjang waktu dan dalam keadaan apapun juga ia harus berpegang terus pada nama Tuhan, tanpa lelah, tanpa rasa tidak suka atau jengkel sedikitpun. Walaupun ia harus menanggung ejekan dan kecaman dunia, ia bertahan terus, mengatasi rasa malu dan kekalahan. Contoh hubungan semacam ini dengan Tuhan adalah Prahlāda, bhakta yang utama.
Jalan kepasrahan (prapatti marga) berbeda caranya. Di sini bhakta dapat dimisalkan sebagai anak kucing. Ia melihat setiap orang dengan pandangan yang sama tanpa membedakan kasta, kepercayaan, suku bangsa, dan sebagainya; dengan rendah hati ia mempersembahkan semuanya kepada Tuhan. Seperti anak kucing yang hanya tinggal di satu tempat, mengeong dan meletakkan seluruh beban pada induknya, demikian pula bhakta percaya penuh kepada Tuhan. Induk kucing memegang anaknya di mulutnya dan memindahkannya ke tempat yang lebih tinggi atau membawanya dengan selamat melalui berbagai lintasan yang sempit. Demikian pula bhakta meletakkan seluruh bebannya pada Tuhan dan pasrah sepenuhnya pada kehendak-Nya. Lakshmana adalah contoh yang menempuh jalan ini.
Jalan kepasrahan (prapatti) lebih unggul daripada bhakti. Ciri khasnya adalah kepasrahan total dalam segala hal. Untuk mengabdi Śrī Rāma. Lakshmana meninggalkan semua halangan yang merintangi jalannya: kekayaan, istri, ibu, rumah, dan bahkan makan serta tidur. Dan ini bukannya untuk sehari, sebulan, atau setahun, tetapi selama empat belas tahun penuh. Ia merasa bahwa Rāma adalah segala-galanya baginya, kebahagiaannya dan kegembiraannya. Lakshmana mengerti bahwa Rāma akan memberinya segala sesuatu yang diperlukannya. Tujuan hidupnya hanyalah untuk mengikuti serta mengabdi Rāma dan menyerahkan kehendaknya pada Rāma. Karena itu, bila engkau memberikan seluruh bebanmu pada Tuhan, mengikuti-Nya tanpa henti dan tidak pernah melupakan-Nya, pastilah Tuhan akan memberikan segala sesuatu yang kauperlukan. Inilah sifat jalan kepasrahan.
Bhakta yang mengikuti salah satu dari sembilan jalan menuju kesadaran Tuhan, dapat digolongkan dalam dua kelompok. (1) Pengikut jalan yang sulit. (2) Pengikut jalan yang aman serta mudah. Ini kadang-kadang disebut sebagai (1) bhakti dan (2) pasrah diri secara total (prapatti). Bhakti dapat disamakan dengan kelakuan bayi kera (marjalakishora), pasrah diri sama dengan kelakuan bayi kucing (prapatti).
Walaupun kedua golongan ini pada dasarnya sama; pelaksanaannya berbeda. Pada keduanya, bhakti harus mengalir terus menerus dengan tiada hentinya, seperti aliran minyak dari suatu wadah ke wadah lainnya. Tidak ada apa pun yang dapat diperoleh di dunia ini tanpa kasih yang mendalam kepada Tuhan. Hanya kasih semacam itulah menimbulkan keterikatan pada Tuhan dan hal itu membangkitkan keinginan Tuhan untuk menjaga serta melindungi. Apakah seseorang memilih jalan bhakti, atau jalan pasrah diri, keduanya sama-sama memiliki kasih kepada Tuhan, tetapi pernyataan kasih itu berbeda. Dalam markatakishora marga, bayi monyet harus mengandalkan kekuatannya sendiri untuk menjaga dirinya. Ke mana pun induk monyet melompat, Ia harus berpegang erat-erat pada perut induknya dan tidak melepaskan pegangan walau mungkin ada usaha untuk menariknya! Demikian pula bhakta harus bertahan menghadapi cobaan-cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Sepanjang waktu dan dalam keadaan apapun juga ia harus berpegang terus pada nama Tuhan, tanpa lelah, tanpa rasa tidak suka atau jengkel sedikitpun. Walaupun ia harus menanggung ejekan dan kecaman dunia, ia bertahan terus, mengatasi rasa malu dan kekalahan. Contoh hubungan semacam ini dengan Tuhan adalah Prahlāda, bhakta yang utama.
Jalan kepasrahan (prapatti marga) berbeda caranya. Di sini bhakta dapat dimisalkan sebagai anak kucing. Ia melihat setiap orang dengan pandangan yang sama tanpa membedakan kasta, kepercayaan, suku bangsa, dan sebagainya; dengan rendah hati ia mempersembahkan semuanya kepada Tuhan. Seperti anak kucing yang hanya tinggal di satu tempat, mengeong dan meletakkan seluruh beban pada induknya, demikian pula bhakta percaya penuh kepada Tuhan. Induk kucing memegang anaknya di mulutnya dan memindahkannya ke tempat yang lebih tinggi atau membawanya dengan selamat melalui berbagai lintasan yang sempit. Demikian pula bhakta meletakkan seluruh bebannya pada Tuhan dan pasrah sepenuhnya pada kehendak-Nya. Lakshmana adalah contoh yang menempuh jalan ini.
Jalan kepasrahan (prapatti) lebih unggul daripada bhakti. Ciri khasnya adalah kepasrahan total dalam segala hal. Untuk mengabdi Śrī Rāma. Lakshmana meninggalkan semua halangan yang merintangi jalannya: kekayaan, istri, ibu, rumah, dan bahkan makan serta tidur. Dan ini bukannya untuk sehari, sebulan, atau setahun, tetapi selama empat belas tahun penuh. Ia merasa bahwa Rāma adalah segala-galanya baginya, kebahagiaannya dan kegembiraannya. Lakshmana mengerti bahwa Rāma akan memberinya segala sesuatu yang diperlukannya. Tujuan hidupnya hanyalah untuk mengikuti serta mengabdi Rāma dan menyerahkan kehendaknya pada Rāma. Karena itu, bila engkau memberikan seluruh bebanmu pada Tuhan, mengikuti-Nya tanpa henti dan tidak pernah melupakan-Nya, pastilah Tuhan akan memberikan segala sesuatu yang kauperlukan. Inilah sifat jalan kepasrahan.