21. Perbedaan Watak antara Manusia dan Raksasa
Manusia penuh dengan kasih (prema) dan hatinya adalah sumber belas kasihan. Bicaranya selalu benar. Tenteram dan damai adalah ciri khas perasaan manusia dan merupakan sifat bawaan dalam pemikirannya. Karena itu, engkau tidak perlu pergi ke mana-mana untuk mencari kedamaian hati. Emas dan perak tersembunyi di dalam tanah; mutiara dan batu koral terdapat di dalam lautan. Demikian pula kedamaian dan keriangan tersembunyi dalam kegiatan pikiran. Setiap orang yang ingin menemukan harta terpendam ini harus menyelam dan mengarahkan kegiatan mentalnya ke dalam batin. Kemudian ia akan dipenuhi dengan kasih Ilahi. Hanya mereka yang telah memenuhi diri mereka dengan kasih dan hidup dalam cahaya kasih dapat menyebut diri mereka manusia. Orang yang tidak memiliki kasih adalah raksasa, mereka lebih rendah dari manusia. Kasih, yang merupakan sifat suci manusia, adalah sifat yang tetap, tidak hilang timbul, selalu ada dan tidak berubah. Kasih adalah satu dan tidak terbagi. Mereka yang sarat dipenuhi kasih tidak dapat mendendam, menaruh dengki, egois, berlaku tidak adil, berbuat yang tidak benar, jahat, atau merusak, tetapi pada mereka yang tidak memiliki kasih, sifat-sifat buruk tersebut melebihi semuanya. Raksasa menganggap rendah kasih dan mengagung-agungkan sifat-sifat yang rendah serta keji sebagai hal yang penting. Manusia menganggap sifat-sifat keji sebagai ular yang harus dibinasakan. Hanya sifat pengasih sajalah yang harus mereka inginkan dan kembangkan. Kelakuan jahat dan kebiasaan jahat mengubah sifat-sifat manusiawi dalam diri seseorang. Hati yang penuh dengan madu kasih menunjukkan sifat kemanusiaan yang sejati dalam diri seseorang. Yang dimaksudkan dengan prema atau kasih adalah cinta yang tidak bercela, tidak mementingkan diri sendiri, tiada putusnya, dan tidak bernoda.
Dalam bahasa Sanskerta, manusia disebut manava, sedangkan raksasa disebut danava. Perbedaannya hanya pada huruf m dan d ! Tetapi secara simbolis huruf m melambangkan sesuatu yang lembut, manis, dan kekal, sedangkan huruf d menggambarkan sesuatu yang kejam, ingkar hukum, dan berapi-api. Dapatkah seseorang disebut manusia bila tidak ada kelembutan dalam dirinya, bila ia berusaha menekan hasrat untuk mencapai keabadian? Wujudnya manusia, tetapi sifatnya iblis! Karakterlah yang merupakan sifat yang menentukan, bukan rupa. Dapatkah mereka yang wujudnya manusia disebut manusia bila tidak memiliki kebaikan hati atau kejujuran, bila sifat-sifatnya seperti iblis? Tidak. Mereka tidak dapat dipandang sebagai manusia. Wejangan- Ku ini ditujukan kepadamu tidak didasarkan pada wujudmu, tetapi didasarkan pada sifat-sifat manusiawi yang kaumiliki. Ada banyak raksasa di antara manusia di dunia ini! Mungkin mereka semua tampak sebagai manusia, tetapi sifat dan kelakuan merekalah yang menentukan apakah mereka itu raksasa atau manusia. Manusia dapat dikenali karena tingkah laku mereka halus, mereka simpatik dan baik budi. Mereka penuh kasih dan berpegang pada kebenaran. Mereka adalah saksi yang menunjukkan kemampuan manusia untuk menyadari dan memanifestasikan kekekalannya. Sifat baik mereka memancar berseri-seri dari paras mereka sebagai kebahagiaan suci. Tanpa keindahan batin itu, sekalipun seseorang sedang bersenang hati, wajahnya hanya akan memperlihatkan api iblis yang membinasakan. Wajah orang semacam itu tidak akan pernah menampilkan rahmat kebahagiaan yang suci.