UNTUK INI, KITA TIDAK DAPAT MENGHARAPKAN BANTUAN BABA


Salah satu hal yang membingungkan tentang Baba adalah sikap Beliau terhadap kritik. Kadang-kadang Beliau memberikan komentar yang baik tentang saya dan Beliau katakan langsung kepada saya serta kepada orang lain. Ini amat menyenangkan, tetapi bersamaan dengan itu saya tahu benar bahwa saya orang yang tidak sempurna, dan seperti diketahui semua orang, jika mereka tidak menyadari ketidaksempurnaannya, maka istri mereka yang baik siap mengoreksi dan membawa mereka kembali pada sifat kemanusiaan mereka yang sebenarnya.

Namun, diberitahu bahwa kita tidak sempurna, tidak sama dengan mengetahui sendiri secara tepat di mana letak kesalahannya. Masuk akal jika keluarga atau teman mungkin menunjukkan aspek-aspek kepribadian kita yang menjengkelkan mereka. Namun, mereka mungkin tidak mengetahui kesalahan sesungguhnya yang menjadi penghalang sehingga kita dapat menyadari kebenaran terakhir atau mutlak tentang siapa dan apa sebenarnya diri kita yang sesungguhnya. Akan tetapi, sekarang ada manusia yang hidup di dunia ini, yang benar- benar mengetahui seluruh diri saya, dan orang itu adalah Baba. Mengingat hal ini, bila saya sedang sendirian bersama Baba, dan jika ada kesempatan, saya bertanya kepada Beliau, “Swamiji, jika sifat saya yang sejati adalah kebahagiaan dan kebebasan, pasti ada kesalahan atau kekurangan serius yang menyebabkan saya tidak menyadari sifat saya yang sejati. Mohon tunjukkan kekurangan saya yang serius. Itu akan menolong sekali, dan saya akan sangat menghargainya.

Sebagai jawabnya Baba tersenyum, menolak dengan meng- gelengkan kepala dan berkata, “Tidak. Tidak. Teruskan saja yang telah kaulakukan.” Apa yang bisa saya lakukan? Tidak ada gunanya mendesak Beliau agar menjawab pertanyaan itu, maka saya terpaksa menghentikan usaha yang sebetulnya merupakan cara sem- purna untuk menunjukkan dengan tepat  sifat-sifat  buruk saya yang terpenting. Mengapa Baba tidak mau mengatakan? Saya kira tidak benar-benar bermanfaat bagi saya, jika Beliau memberitahukannya. Mungkin cacat cela yang penting dan mendalam harus kita ketemukan sendiri.

Entah aneka keinginan remeh yang membuatmu datang kepada Tuhan terkabul atau tidak, entah permohonan untuk promosi dan kemajuan yang kausampaikan kepada Tuhan dipenuhi atau tidak, semua itu sama sekali tidak penting. Tujuan utamamu haruslah untuk menjadi penguasa dirimu sendiri, dan menjalin hubungan yang erat serta tetap dengan (kesadaran) Tuhan yang ada dalam dirimu dan juga di seluruh alam semesta,   dan engkau merupakan bagian dari (kesadaran) Tuhan itu. Terimalah kekecewaan karena itu membuatmu tegar dan menguji ketabahanmu.