SUARA BATIN


Mungkin timbul suatu kebimbangan, “Baba berada jauh di India, saya tidak bisa berbicara kepada Beliau. Bagaimana saya bisa mengetahui bimbingan Tuhan dari dalam hati? Bukankah suara batin itu meragukan? Orang-orang bahkan menyatakan suara Tuhan dari dalam yang menyebabkan mereka melakukan perbuatan yang berbahaya dan merugikan.”

Pertanyaan itu diajukan langsung kepada Baba sebagai berikut, “Baba mengatakan bahwa hati nurani adalah suara Tuhan. Tetapi, bagaimana mungkin? Jutaan orang telah dibunuh secara besar-besaran karena alasan religius, dan suara hati nurani memberitahu orang-orang yang melakukan pembunuhan itu bahwa perbuatan mereka benar.”

Baba menjawab, “Tidak demikian. Dalam kasus semacam  itu, telah diterima suatu ide atau konsep dari luar. Jika orang itu mau berhenti, membuang semua ide dan konsep dari orang lain, melihat ke dalam batin, dan bertanya kepada hati nuraninya, akan datang jawaban yang benar.

Selain jawaban dari hati nurani, jika kita mengesampingkan semua ide dan konsep, kita akan mendapat beberapa tambahan petunjuk seperti bagaimana caranya menempuh hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Avatar Tuhan memberi tahu kita bahwa Tuhan adalah kasih, kita harus bertindak dalam kasih, dan tidak melakukan perbuatan yang timbul dari rasa marah, iri, sombong, hawa nafsu, ketamakan, dan khayal. Beliau berkata, “Lihatlah hal yang baik. Lakukan perbuatan yang baik. Jadilah orang yang baik.” Beliau menasihatkan agar kita berteman dengan orang yang suci, menaruh belas kasihan kepada mereka yang menderita, bersuka-cita dalam kebahagiaan orang yang saleh, menyadari sifat-sifat buruk kita sendiri, dan tidak menganggap penting cacat cela orang lain. Dengan demikian, kita tidak kekurangan pedoman untuk menempuh hidup kita. Lebih jauh, bila kita percaya kepada Baba dan mengabdikan hidup kita pada kebijaksanaan-Nya yang suci, dorongan hati kita menjadi suka mengoreksi diri sendiri. Sementara latihan untuk kehidupan spiritual terus berlangsung, kita merasa tidak mampu melakukan perbuatan buruk. Jika mulai ada dorongan untuk melakukan perbuatan yang berbahaya atau merugikan, akan timbul sesuatu dalam diri kita, dan kita tidak mungkin meneruskan dorongan jahat tersebut. Tuhan yang laten di dalam batin kita, terungkap sebagai hati nurani, membimbing hidup dan perbuatan kita.

Namun, walaupun kita sudah berhati-hati memperhatikan hidup kita dan mengetahui adanya bimbingan Tuhan, kita masih mungkin menghadapi masalah yang membingungkan atau tidak pasti. Bila dan jika ini masalahnya, Baba berkata bahwa kita boleh hening sebentar, memikirkan Beliau dengan segenap hati selama sepuluh atau lima belas menit, kemudian mengajukan pertanyaan itu kepada Beliau. Beliau menjamin, tidak lama kemudian, pikiran kita akan menjadi jernih, dan kita akan mengetahui apa yang sebaiknya kita lakukan. Ini benar- benar dialami oleh para bakta Sri Sathya Sai yang bersungguh- sungguh; pikiran kita menjadi jernih dan masalahnya dapat diatasi.

Sementara kita menempuh hidup kita dengan memprak- tekkan ajaran suci Baba, Beliau berkata, kita juga harus belajar mempunyai kepercayaan pada diri kita yang sejati dan pada akal sehat kita yang baik. Jangan sampai kita mendapati diri dalam posisi yang menyedihkan seperti kisah seorang pastor di suatu gereja di perbukitan. Ia sudah memasrahkan hidupnya dalam penjagaan Tuhan. Pada suatu hari ada badai di kawasan perbukitan itu. Hujan yang luar biasa deras turun di bukit dan lembah. Air sungai meluap melampaui batas dan gereja pastor itu dilanda banjir. Ia mendapatkan tempat berlindung di atap gereja. Pertama, seseorang di darat berteriak bahwa ia akan menyelamatkan sang pastor dengan melemparkan tali ke arahnya. Jawaban pastor itu adalah, “Tidak, terima kasih. Tuhan adalah penyelamat saya, dan Tuhan akan menolong saya.” Kemudian datang dua orang dengan perahu menawarkan pertolongan yang sama dan mendapat jawaban yang sama. Setelah itu, sebelum bencana terakhir, beberapa orang dengan perahu motor datang mendekat untuk menyelamatkan pastor tersebut, tetapi ia memberikan lagi jawaban yang sama. Kemudian, setelah bencana terjadi, pastor itu muncul di gerbang surga yang bagaikan mutiara untuk meminta izin masuk. Ia mengeluh kepada para malaikat penjaga gerbang bahwa Tuhan telah meninggalkannya ketika ia memerlukan bantuan. Para malaikat itu agak terkejut dan menjawab, “Tetapi Pastor, kami telah mengirim bantuan kepada Anda. Kami segera mengirim seseorang yang membawa tali, setelah itu kami mengirim dua perahu yang berbeda!” Dalam konteks yang sama, Baba pernah berkata, “Pertama harus ada akal sehat, kemudian datang nalar dari Tuhan.”

Nasihat Baba tentang bagaimana kita harus menempuh kehidupan spiritual sudah Beliau berikan dalam ajaran Beliau dengan kata-kata yang jelas. Kita tidak perlu merasa bimbang dan salah paham. Baba memberitahu dengan kata-kata yang sederhana, bagaimana kita harus menjalani hidup, dan Beliau selalu ada sebagai suara hati kita bila kita berada dalam kesulitan atau kebimbangan.

Rentang usia 16 – 30 tahun itu penting sekali, karena itulah masa ketika hidup menambahkan keindahannya, ketika bakat, keterampilan, dan sikap dikumpulkan, dimurnikan, dan disucikan. Jika dalam masa ini tonikum pelayanan tanpa pamrih diberikan ke dalam pikiran, maka tujuan hidup akan terpenuhi karena proses pemurnian dan penyucian akan dipercepat dengan tonikum ini. Jangan melayani atau menolong karena ingin mendapat ganjaran, menarik perhatian, mendapatkan rasa terima kasih, atau karena engkau merasa bangga atas keunggulanmu dalam bakat, kekayaan, status, atau kekuasaan. Layani dan tolonglah karena dorongan kasih. Jika engkau berhasil, anggaplah keberhasilan itu berasal dari karunia Tuhan yang menggerakkanmu sebagai kasih di dalam dirimu. Jika engkau gagal, anggaplah kegagalan itu timbul karena ketidakcakapanmu, karena engkau kurang bersungguh-sungguh, atau kurang pemahaman.