REINKARNASI


Lahir kembali (reinkarnasi) adalah suatu konsep yang kini diketahui oleh hampir setiap orang. Hal ini diketahui oleh orang-orang di berbagai penjuru dunia, tetapi tidak ada kesesuaian pendapat tentang apa arti yang sebenarnya, atau hal ini berlaku pada aspek kepribadian manusia yang mana. Apakah kelahiran kembali itu sama bagi setiap orang, apakah ada awal dan akhirnya? Dapatkah kemauan yang keras atau latihan tertentu mengubah kelahiran kembali? Adakah kelahiran kembali untuk jenis kehidupan yang lebih rendah dan jenis kehidupan yang lebih tinggi (jika ada yang seperti itu), atau apakah kelahiran kembali itu hanya sebuah konsep? Topik ini sangat menarik sehingga mungkin timbul banyak pertanyaan tentang kelahiran kembali dalam usaha mencari kebenaran tentang masalah ini.

Buddha menjelaskan pengalaman beliau tentang kelahiran kembali secara sangat rinci, dan uraian ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Baba menegaskan bahwa kelahiran kembali adalah fakta di dunia empiris. Namun, walaupun Beliau menerangkan bahwa kelahiran kembali memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan makhluk-makhluk di planet bumi, Beliau tidak memberikan rincian bagaimana ber- langsungnya. Beliau hanya mengatakan bahwa apa yang telah terjadi setelah kematian itu tidak sama bagi setiap orang, bahwa jenazah adalah hal yang sama bagi semua orang, tetapi di luar itu tidak ada yang seragam.

Kelahiran kembali adalah suatu konsep yang berkaitan dengan konsep evolusi progresif. Katanya evolusi progresif membawa setiap manifestasi khusus kesadaran universal melalui perjalanan evolusi yang sangat lama, hingga akhirnya yang khusus menunggal dengan yang universal dan menyadari bahwa sebenarnya ia adalah yang universal. Jika ditinjau dari jangka waktu (kehidupan) manusia, lamanya waktu perjalanan evolusi manusia membuat pikiran menjadi takjub. Baba mengatakan bahwa perjalanan itu dimulai ketika kehidupan diawali sebagai granit. Perjalanannya adalah dari granit ke tanaman, hewan, manusia, manusia super, kosmis, lalu menuju kesadaran Tuhan; dan perjalanan itu berakhir ketika jiwa menyadari dirinya sebagai prinsip ketuhanan yang mutlak dan tidak berubah, sebagai energi Tuhan yang kreatif. Pemahaman evolusi universal yang progresif ini tidak dapat dijejalkan dalam batasan kerangka waktu yang bisa dipahami dengan pikiran, sehingga kita bisa mengabaikan semua itu dan mempelajari apa yang dikatakan Baba tentang bagaimana pengaruhnya terhadap manusia. Kita dapat dengan cepat memulai inti persoalan ini dengan pernyataan Baba bahwa akibat perbuatan baik dan buruk yang telahkitalakukanadalahsatu-satunyabebanyangharuskitabawa dari kematian menuju kelahiran kembali, dan lebih jauh, hal itu menentukan dalam jenis kehidupan apa jiwa itu akan dilahirkan, dan juga jenis sifat serta watak yang akan dimiliki. Namun, kita tidak perlu risau, karena Baba meyakinkan kita bahwa kekuatan yang mengikat yang timbul sebagai akibat aneka perbuatan kita, bisa diatasi dengan berpaling pada kehidupan spiritual dan berdoa kepada Tuhan untuk memohon karunia-Nya. Beliau berkata, “Jangan memikirkan atau merisaukan kematian dan kelahiran, atau kegembiraan dan kesedihan yang menimpamu. Semua itu hanya berkaitan dengan badan jasmani. Karena itu, engkau tidak perlu memikir-mikirkan sesuatu yang wajar, seperti kelahiran dan kematian, suka dan duka. Cepat atau lambat segala sesuatu yang ada di dunia akan mengalami perubahan. Carilah Tuhan, dan pada waktu melaksanakan tugasmu, ingatlah Tuhan selalu.”

Baba, karena  kasih-Nya yang suci, menunjukkan kepada kita, bagaimana cara yang tepat untuk membebaskan diri dari akibat perbuatan baik dan buruk yang menakutkan, yang terus mengikuti kita hingga kita tersadar dan memeriksa keadaan kita yang sulit secara saksama. Baba memberitahu kita bahwa bila kita mau mempelajari ajaran Beliau dan mempraktekkannya, maka kita sama sekali tidak perlu khawatir. Beliau berkata bahwa latihan spiritual yang  telah  Beliau  beritahukan  kepada  kita,  bila dilakukan, akan membawa kita menuju kebahagiaan dan kedamaian yang melampaui segala pengertian, menuju sukacita dalam masa sekarang yang abadi, dan kebebasan total dari masa lalu.

Ada dikatakan bahwa gagasan tentang reinkarnasi ada tertulis dalam awal pemikiran Kristen, tetapi belakangan dihapuskan. Tentu saja soal reinkarnasi tidak diajarkan secara seragam dalam gereja Kristen sekarang. Walaupun demikian, banyak orang Barat heran memikirkan, jika konsep tentang perbuatan, akibat, dan kelahiran kembali tidak menerangkan kejadian yang tampaknya tidak adil dalam masalah duniawi dan kehidupan individual. Sebagai contoh, jika kita mendorong seseorang, dan sebagai balasannya kita juga didorong, perbuatan dan konsekuensinya tampak jelas, dan sebagian besar dari kita tidak akan berteriak, “Tidak adil!” Namun, jika seseorang yang baik hati dan jujur dihancurkan oleh kemalangan yang bertubi-tubi, sedangkan pada waktu yang bersamaan orang yang bersifat jahat dan berbuat jahat mendapat ketenaran dan keberuntungan, kita cenderung untuk berteriak, “Tidak adil!” Akan tetapi, menurut konsep reinkarnasi, hal yang tampak  sebagai  ketidakadilan ini tidak ada jika kerangka waktu diperluas. Orang yang baik sekarang sedang mengalami akibat perbuatan buruknya pada masa lalu, dan orang yang jahat sekarang sedang mengalami hasil perbuatan baiknya pada masa lampau.

Seperti dalam contoh mendorong dan sebagai akibatnya engkau didorong, maka sebagian besar peristiwa dalam kehidupan kita adalah akibat perbuatan kita sekarang, demikian menurut Baba, dan hanya perbuatan-perbuatan besarlah yang membawa benihnya ke kehidupan berikutnya. Sebagian besar hal yang kita alami dapat dilihat sebagai akibat perbuatan kita sekarang. Contohnya tidak ada habisnya. Belajarlah mengemudi dan jadilah pengemudi yang baik, berlatihlah olah raga agar menjadi kuat, cintailah sesama dan perlakukan mereka dengan baik dan pengertian, (biasanya) sebagai balasannya, kita juga diperlakukan dengan baik. Disebutkan biasanya karena ada kemungkinan kita mempunyai hubungan karma dengan orang-orang tertentu. “Dorongan” yang kita berikan kepada mereka mungkin adalah perbuatan yang serius dalam kehidupan sebelumnya, dan mungkin kita akan didorong balik. Untunglah, sebagian besar orang tidak bisa melihat atau memahami komplikasi dan arus silang perbuatan serta akibatnya. Kita tidak terlalu menyukai perbuatan kita dalam kehidupan sekarang ini. Bayangkan beban yang tidak tertanggungkan bila kita harus menanggung kesedihan yang tak terhingga memikirkan semua perbuatan kita pada masa lalu yang tidak terhitung jumlahnya.

Perbuatan dan akibatnya tampak seperti putaran roda yang kejam, tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri, karena setiap reaksi juga merupakan suatu perbuatan yang menimbulkan akibat lebih jauh. Roda adalah lambang yang digunakan Buddha untuk menggambarkan rangkaian kelahiran, kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali. Buddha menunjukkan bahwa kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian bisa dicapai dengan kesadaran yang kuat dan mendalam terhadap empat kebenaran mulia dan pengamalannya yang dilakukan terus menerus.

Jika seseorang menjadi biku yang meninggalkan kehidupan duniawi dan melakukan disiplin spiritual di dalam gua atau hutan, maka ada kemungkinan yang lebih besar bahwa latihan itu akan menghasilkan kebebasan. Baba, Guru Sejati masa kini yang mulia, dari ajaran Beliau yang sangat mendalam dan tidak terbatas, memberi tahu kita bahwa dalam zaman ini, kita dapat terlepas dari kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali, dengan disiplin spiritual dan pengabdian sepenuhnya kepada Tuhan, walaupun kita tetap hidup dalam keluarga dan masyarakat. Disiplin spiritual yang sesuai untuk masa ini dijelaskan dalam ajaran Baba yang suci. Rahasia kebebasan yang tidak ternilai ini adalah memberikan kepada Tuhan apa yang menjadi milk-Nya. Dalam analisis final, segala sesuatu adalah milik-Nya.

Baba memberitahu agar kita membuang anggapan bahwa kita melakukan sesuatu untuk menikmati hasil perbuatan kita. Sebaliknya, kita harus mempersembahkan hasil segala perbuatan kita kepada Tuhan. Dengan demikian Tuhan sendirilah yang akan menjadi pelaku segala perbuatan itu dan dengan penuh welas asih menanggung semua bebannya. Kita tidak akan lagi menganggap diri kita sebagai pelaku, tidak lagi menuai akibatnya. Tuhan sebagai pelakunya, mengambil hasil perbuatan itu. Baba memberitahu kita, “Baik jñāni ‘orang yang telah bebas dari kelahiran kembali’, maupun ajñāni ‘orang yang tidak mengetahui kenyataan dirinya yang sejati’ akan memiliki keinginan— keinginan untuk alam yang lain—dan beban karma masa lalu, semuanya dalam ukuran yang sama. Hanya saja, seorang jñāni tidak akan mempunyai kesadaran diri sebagai pelaku segala kegiatannya (karena kesadarannya telah menunggal dengan kesadaran semesta, keterangan penyunting), maka ia tidak akan terikat. Pikiran adalah penyebab keterikatan, yaitu keterikatan pada lingkaran kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali, dan pikiran jugalah yang menyebabkan kebebasan. Pikiran adalah penyebab segala sesuatu.”

Ada  cara  yang  sederhana  dan  efektif  untuk  mulai tidak terikat pada reinkarnasi. Cara yang sederhana ini adalah berbuat baik kepada orang lain, berbuat baik untuk orang lain, dan tidak selalu bertujuan mendapatkan keuntungan untuk diri sendiri. Baba menunjukkan bahwa seperti halnya benih tanaman bunga yang tertutup tanah terlalu banyak tidak akan tumbuh, maka benih-benih perbuatan buruk kita masa lalu tidak akan tumbuh bila  ditutup  dengan  banyak  perbuatan  baik.  Dengan  kata- kata yang sederhana adalah, “Perbuatan-perbuatan yang baik menutupi banyak dosa.” Kita sendiri tidak mengetahui secara langsung tentang adanya reinkarnasi. Bahkan apa yang disebut penampakan masa lalu hanyalah pikiran yang ada pada waktu itu, timbul secara singkat, kemudian lenyap. Kita harus mencari informasi tentang reinkarnasi dari orang yang kita percaya.

Sathya Sai Baba layak dipercaya. Beliau selalu tenang dan seimbang dalam kebenaran; tidak membutuhkan apa  pun  dari kita, dan tidak mempunyai alasan untuk  menyesatkan kita atau mengambil keuntungan dari kita. Sesungguhnya Baba berkata, “Memang benar engkau tidak mengetahuinya sendiri. Dalam kehidupan spiritual, yang pertama adalah iman dan kepercayaan, kemudian pengalaman akan menyusul. Laksanakan disiplin spiritual dengan iman, dengan demikian engkau akan menemukan kebenaranmu sendiri, dan engkau akan memahami sepenuhnya segala hal yang layak diketahui.

Apakah reinkarnasi itu benar atau tidak? Jika—dalam keyakinan—kita menerimanya sebagai sesuatu yang benar dan kemudian melakukan perbuatan yang sesuai, di manakah bahayanya? Untuk mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dan melakukan perbuatan baik kepada orang lain, di manakah bahaya mencintai Tuhan dan melakukan perbuatan baik?

Masih ada pertanyaan yang sukar dimengerti siapa atau apa yang berinkarnasi? Apakah kepribadian yang selalu berubah ini yang berinkarnasi? Hal itu agaknya tidak mungkin. Namun, jika kita berpaling kepada Baba, Beliau memberikan jawaban. Beliau berkata, “Apakah aku ini, yang batasannya adalah badan, tetapi yang dibedakan dari badan? Tidak ada jiwa selain dari itu, dan jika itu sudah berakhir, yang ada hanya roh yang satu, yang Esa. Hal yang khusus ada pada manusia adalah badan kausal yang tetap ada sampai ia mencapai kesadaran diri sejati.”

Yang dikatakan Baba yaitu selama kita melakukan perbuatan untuk mendapatkan hasilnya, kita sepenuhnya terlibat di dalamnya dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses tersebut. Karena itu, kita harus mengalami akibat-akibat proses tersebut, apakah itu akibat yang menyenangkan atau menyakitkan. Kita telah melibatkan diri dalam proses tersebut dan menyamakan diri dengan itu. Kehidupan proses itu berasal dari energi kita, dan jika kita berhenti memberikan energi, proses itu tidak akan berlangsung. Buddha berkata bahwa karma yang kita alami dapat diibaratkan dengan untaian manik-manik yang mengikuti jejak kita. Manik-manik itu tidak mengikuti kita. Kita yang menyeretnya di belakang kita sehingga selalu menyertai kita. Pada saat benang yang menarik manik-manik itu kita potong, kita terbebas dari untaian itu. Jika kita meninggalkan singgasana perasaan diri sebagai pelaku, singgasana yang telah kita rampas, dan membiarkan Tuhan, Raja yang berhak dan sah agar menempati singgasana-Nya, maka kita akan langsung bebas dari beban seorang raja.

Jika kita menyerahkan pikiran kita kepada Tuhan, menerima pernyataan Baba bahwa segala sesuatu adalah (perwujudan) Tuhan, maka identitas kita sebagai aktor dialihkan dari diri  kita sendiri (yang dimaksud dengan diri sendiri di sini adalah kesadaran aku yang berkaitan dengan badan) kepada Tuhan, dan apa yang telah dilakukan adalah perbuatan Beliau. Kemudian kita akan merasakan kebahagiaan lepas dan bebas, dan dengan itu kita telah melampaui batasan diri pribadi kita.

Kita dapat membebaskan diri dari identitas (yang keliru dengan) ego ini dan menyerahkan kepada Tuhan gagasan bahwa kita terpisah dari Tuhan. Sesungguhnya Baba berkata bahwa hal itu dapat kita lakukan setiap saat. Begitu awan ketidaktahuan tersapu, diri kita yang sejati, yakni kesadaran Tuhan, akan bersinar. Baba telah mengatakan dengan jelas bahwa cahaya kebenaran ini dapat timbul dengan seketika. Jika kebodohan kita berakar dalam serta sulit dihilangkan, dan biasanya hampir selalu demikian, sehingga kita tidak mengetahui kebebasan yang seketika, paling tidak kita dapat mengetahui dan yakin bahwa hal itu mungkin dicapai dengan latihan. Tidak ada seorang pun dapat mencegah kita menerima bahwa apa pun yang kita lakukan adalah dorongan dari Tuhan yang merupakan kenyataan diri kita yang terdalam. Kita dapat mencoret (anggapan bahwa) sayalah yang melakukan, namun kegiatan akan terus berlangsung.

Jika kita menyerahkan perasaan dan anggapan, “saya yang melakukan,” kepada Tuhan, yang merupakan sumber asal adanya manusia dan dunia, dan dengan demikian adalah aktor yang sesungguhnya, maka kita dapat menerima apa pun yang terjadi pada diri kita sebagai kehendak-Nya, dan tidak lagi membuat perbedaan seperti saya ingin atau saya tidak ingin. Baba menjadikannya amat sederhana ketika Beliau berkata, “Jalan menuju kebahagiaan itu bukannya melakukan apa yang kausukai, tetapi menyukai apa yang harus kaulakukan.”

Ketidakterikatan itu mungkin, dan itulah jalan menuju kebebasan. Baba meyakinkan kita, walaupun awal reinkarnasi tidak dapat diketahui, hal itu dapat diakhiri. Lebih jauh Baba berkata bahwa kelahiran kembali dapat berakhir dalam kehidupan sekarang ini juga. Kata lepas atau kebebasan yang digunakan Baba itu identik dengan penggunaan kata menyadari Tuhan, menyadari diri sejati, penerangan, kebebasan, bebas dari perbudakan, dan bebas dari kelahiran dan kematian.

Baba melukiskan kebebasan sebagai berikut. “Jika segenap ciptaan di dalam dirinya dan di sekelilingnya menjadi peng- hayatan kasih yang penuh kebahagiaan dan bersinar cemerlang, maka sādhaka itu kehilangan kesadaran individunya yang terbatas, melampaui batasan kepribadiannya, dan dengan segenap indranya sepanjang waktu menghayati kebahagiaan Tuhan yang ada dalam kesadarannya, yang selama itu selalu ada dalam dirinya sendiri. Hidup adalah peziarahan, tempat orang menyeret kakinya sepanjang jalan yang kasar dan berduri. Dengan selalu meng- ucapkan nama Tuhan, ia tidak akan kehausan; dengan wujud Tuhan di hatinya, ia tidak akan merasa lelah. Berteman dengan orang suci akan mengilhaminya untuk menempuh perjalanan itu dengan penuh harapan dan iman. Kepastian bahwa Tuhan mendengar panggilan kita, bahwa Beliau selalu dekat, dan Beliau cepat datang, akan memberikan kekuatan pada anggota badannya dan keberanian di matanya.