PENGUASA RUANG DAN WAKTU


Pada suatu sore tahun 1973, kira-kira pukul 20.00, kami meninggalkan Brindavan untuk kembali ke Bangalore. Kami berlima di dalam taksi, termasuk sopir. Jalan di Bangalore hanya dua jalur. Beberapa kilometer dari Bangalore kami berusaha mendahului sebuah bus. Walaupun pengemudi kami  melihat  ada cahaya di depan, ia memperkirakan masih ada banyak waktu untuk melewati bus tersebut. Ternyata ia salah besar. Cahaya di depan itu berasal dari sebuah mobil yang bergerak sangat cepat ke arah kami.

Pada saat ini dan di tempat ini, tindakan sederhana mendahului bus telah berubah menjadi situasi yang mungkin mengerikan yaitu bagian depan kedua mobil bisa bertabrakan secara fatal. Di tempat itu keadaan jalan juga mematikan. Karena jalan itu sedang diperbaiki, gundukan tinggi sampah dan batu teronggok menutupi sisi jalan. Jadi mobil yang datang tidak mungkin bisa mengelak ke luar dari jalur tersebut. Kami pun tidak bisa menghindar karena bus tersebut berada di sebelah kiri kami, dan material perbaikan jalan ada di sebelah kanan, sedangkan saat itu mobil dari depan langsung berada di hadapan kami. Sopir mobil tersebut bodoh dan sopir taksi kami pun sama bodohnya! Tentu saja pada saat tabrakan nyaris terjadi, tidak ada waktu untuk melakukan analisis. Kejadian ini seperti ledakan yang menimpa kami tanpa peringatan lebih dahulu. Cahaya lampu mobil yang datang dari depan sekarang langsung menyinari kaca depan taksi kami. Jarak kedua mobil itu tidak mungkin lebih dari sedetik. Kami sangat terkejut. Tidak seorang pun di antara kami ingat Baba atau memanggil Beliau. Kami merasa seperti sudah mati, dan secara naluri kami tegang karena akan bertabrakan. Akan tetapi, pada saat itu juga terjadilah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara rasional. Pada satu saat kedua mobil itu berhadapan satu sama lain, akan bertabrakan secara fatal. Pada saat berikutnya, mobil yang ada di depan sudah berada di belakang kami, dan kami terus mendahului bus dengan jalan yang lapang di depan kami. Ketika menoleh ke belakang, kami dapat melihat lampu belakang mobil satunya bergerak semakin menjauh ke belakang. Tidak ada tabrakan. Tidak ada waktu yang hilang, dan tidak ada kemungkinan untuk berbelok.

Keesokan harinya kami pergi ke Brindavan seperti biasa, kira-kira pukul 8.00, menunggu di beranda untuk melihat Baba keluar memberikan darshan pagi. Begitu Beliau masuk ke ruang itu, saya menyentuh kaki suci Beliau dan berkata, “Kami ingin berterimakasih kepada Baba karena menyelamatkan hidup kami semalam.”

Baba tersenyum dan berkata, “Ya, hampir saja. Kalian demikian terkejut sehingga tidak ada seorang pun di antara kalian memanggil Swami! Meskipun demikian, Swami menyelamatkan kalian.” Kemudian Beliau berjalan ke arah sekelompok pria dan berbicara kepada mereka dalam bahasa Telugu, menceritakan seluruh kisah kejadian itu.

Kemudian saya berkata, “Swami, pasti Swami sudah meng- ubah ruang dan waktu untuk menyelamatkan kami.” Baba hanya tersenyum dan tidak menjawab.

Pada tahun 1978 kebetulan saya bertemu dengan Joe King di tempat tinggalnya di New York. Ia adalah salah satu penumpang taksi yang pada waktu itu bersama dengan kami. Ia bertanya, “Dapatkah Anda memahami apa yang waktu itu terjadi di taksi?” Saya tersenyum, menggelengkan kepala, dan berkata, “Tidak.”