BABA MELINDUNGI RUMAH KAMI/RUMAH BELIAU


 

Pada pertengahan tahun 1976, empat rumah di bukit kami, Loma De Carmen, longsor dan jatuh ratusan meter ke permukaan laut, sedangkan tujuh rumah lagi, termasuk rumah kami, berada dalam bahaya. Kelompok masyarakat Villa De San Miguel terletak kira-kira 160 km di sebelah Selatan perbatasan Amerika. Pantai yang termasuk kawasan Mexico disebut Baja California. Rumah kami berada di atas bukit dengan pemandangan yang sangat indah karena bagian rumah sebelah Barat dan Selatan menghadap ke laut, kepulauan, dan garis pantai. Di sebelah Timur tampak panorama darat dengan pegunungan yang indah. Kami membangunnya sebagai sebuah rumah untuk Baba di dunia Barat, dan direncanakan dengan sangat teliti. Jendela yang melengkung dari lantai hingga ke langit-langit semuanya dilindungi dengan besi yang disarankan di kawasan ini. Kisi-kisi terali besi dihias dengan 48 simbol Om yang berwarna putih seperti warna rumah itu. Namun, mendadak nasib bangunan ini menjadi tidak jelas. Menurut para ahli geologi dan insinyur Mexico, rumah ini akan segera hancur. Ada celah yang muncul di tanah, dan katanya dalamnya ratusan meter, sampai lebih dalam daripada dasar laut. Sesungguhnya bagian pertama bukit yang longsor telah meningkatkan sebagian dasar laut hingga ketinggian kira-kira enam setengah meter di atas permukaan air. Kekuatan alam yang bergerak di bukit kami sungguh sangat kuat.

Istri  saya,  Victoria,  ketakutan  dan  amat  khawatir. Namun, bersamaan dengan itu, ia tidak dapat percaya bahwa Baba akan membiarkan rumah Beliau hancur sebelum Beliau mengunjunginya! Ini adalah dua arus pikiran dan perasaan yang saling bertentangan dalam kesadarannya. Ia berusaha menyelenggarakan pertemuan kelompok orang-orang yang tinggal di Loma De Carmen sehingga kami semua dapat bergabung dan berdoa kepada Baba agar menyelamatkan rumah-rumah kami. Namun, keluarga lain mempunyai gagasan mereka sendiri tentang Tuhan, dan rencana Victoria tidak berhasil.

Tepat pada waktu yang sulit ini, ketika kapan saja ada kemungkinan rumah kami runtuh dari bukit dan jatuh ke laut, saya dijadwalkan untuk melakukan perjalanan ke Sathya Sai Baba Center di Barat Tengah, ujung Selatan, dan Pantai Timur. Tampaknya saya kejam karena meninggalkan Victoria sendirian menghadapi kesulitan, tetapi kami berdua sepakat bahwa pekerjaan Baba harus diutamakan, maka saya pun pergi. Perjalanan itu akan berlangsung tiga minggu lamanya, dan kami tidak bisa berkomunikasi lewat telepon karena pemerintah Mexico belum (dan masih belum juga) memperluas pelayanan telepon ke San Miguel.

Perjalanan, pertemuan dengan para bakta Sai, dan percakapan dengan mereka membuat saya sibuk siang malam. Namun, walaupun mempunyai kepercayaan yang teguh kepada Sri Sathya Sai Baba, saya tetap saja khawatir memikirkan bagaimana Victoria menghadapi bahaya dan situasi. Ketika tugas saya selesai dan saya mengendarai mobil menempuh perjalanan pulang dari San Diego ke San Miguel, saya pun tegang dan agak khawatir. Ketika mobil saya melewati bagian yang tinggi di jalan tol, sebelum turun ke pantai dan San Miguel, saya mencermati puncak bukit yang terlihat karena dari situ rumah kami akan tampak, jika masih di sana! Ya, rumah itu masih di sana! Ketika saya menyalami Victoria, ia memberi tahu saya bahwa ada dua rumah lagi yang runtuh sebagian, dua di sebelah Utara rumah kami. Kemudian saya bertanya tentang situasi kami. Sebagai jawabannya, ia membawa saya ke beranda dan menunjukkan apa sebabnya rumah kami masih tetap berdiri, sama sekali tidak tersentuh kesulitan. Ketika ia sendirian setelah saya pergi, dalam hati Victoria terus memohon kepada Baba, tetapi ia pun melakukan sesuatu. Dari simpanan koleksi foto-foto Sai yang kami anggap sangat berharga, ia mengambil satu, dan mengikatnya pada jendela yang menghadap ke laut. Itu adalah foto Baba yang sangat terkenal dan disukai semua bakta. Foto itu memperlihatkan Beliau berdiri, tersenyum, dengan tangan terangkat dalam sikap memberkati, telapak tangan menghadap ke depan. Sekarang Beliau ada di sana, menghadap ke laut, tangan terangkat dengan telapak menghadap ke laut. Beliau tersenyum dengan pandangan yang lembut ke arah laut, tetapi tangan yang terangkat seolah-olah mengatakan kepada laut, “Sampai di situ saja, anak-Ku, jangan lebih!”

Apa pun alasannya—dan kami tidak bisa memikirkan alasan yang lain selain Sai—rumah kami tetap berdiri dengan kokoh dan tidak terganggu hingga hari ini. Sebagian dari bumi di bukit kami tetap bergerak, diikuti kerusakan yang tidak terelakkan, tetapi rumah Sai tetap tidak berubah, masih menunggu untuk menyambut kunjungan Baba yang kami kasihi.

Setelah acara kidung suci sore, engkau duduk bermeditasi selama sepuluh menit; sejauh ini baik-baik saja. Tetapi, biarkan Aku bertanya, jika setelah sepuluh menit engkau bangkit dan melakukan berbagai kegiatan, apakah engkau melihat setiap orang secara lebih jelas sebagai (perwujudan) Tuhan? Jika tidak, meditasi hanyalah membuang-buang waktu. Apakah engkau lebih mengasihi, apakah bicaramu berkurang, apakah engkau lebih bersungguh-sungguh membantu dan melayani orang lain? Inilah tanda-tanda keberhasilan dalam meditasi. Kemajuan (spiritual) harus dibuktikan dengan sifat dan tingkah lakumu. Meditasi harus mengubah sikapmu terhadap semua makhluk dan segala sesuatu. Jika tidak, itu hanya olok-olok. Karena terkena matahari dan hujan, panas dan dingin, bahkan batu cadas pun akan hancur menjadi lumpur dan menjadi makanan tanaman. Bahkan hati yang paling keras pun dapat dilunakkan sehingga Tuhan dapat bersemi di dalamnya.