28. Dhyana adalah Nutrisi bagi Jiwa untuk Menyadari Ketuhanan


Dhyana, menurut banyak penafsirannya, adalah suatu kegiatan selama beberapa menit ketika seseorang mencoba untuk mengambil postur tertentu, mengontrol masuk dan keluarnya napas, dan berusaha untuk memusatkan perhatiannya pada sebuah citra atau suatu yang ideal, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang lain. Selama meditasi tersebut, orang merasa gembira, mengalami suka cita dan kedamaian, dan merasakan semacam rasa riang yang meluap - luap. (Namun) Ketika periode (meditasi) berakhir, mereka kembali terjerumus ke dalam rutinitas biasanya, skandal, kecemburuan, (fanatisme) golongan, dan ketakutan. Jadi dengan demikian, dhyana hanya menjadi mode, rutinitas, hobi atau kebiasaan, obat atau tonik, bukannya nutrisi bagi jiwa.

Meditasi tidak boleh (sekedar) dilaksanakan di yang ditentukan kemudian ditinggalkan; meditasi harus menjadi proses yang berkesinambungan, mengisi kepribadian (sifat-sifat kita) dengan manisnya Ketuhanan. Pikiran harus dibersihkan dari kepahitan (ket : kekesalan, kekawatiran, kecemburuan, dll) dan diisi dengan nektar kasih universal. Kasih itu harus mengungkapkan kepadamu bahwa jiva (hakikat individu) hanyalah deva (Tuhan), yang sedang mengenakan pakaian (badan).

Sathya Sai Speaks Vol XI halaman 185

===

Dhyana, according to manyexponents, its the performance for a few minutes when man tries to assume a certain posture, controls the ingress and egress of his breath, and endeavours to fix his attention on an image or ideal, to the exclusion of everything else. During meditation, people feel elated, experience joy and peace, and feel a kind of exultation. When the period is over, they lapse into the normal routine of scandal, envy, faction and fear. So, dhyana has become a fad, a routine, a pastime or habit, a drug or tonic, instead of the very sustenance of the Spirit.

It should not be taken up and left off at stated hours of the day; it must be a continous process, filling the personality with the sweetness of the Divine. The mind must be rid of bitterness and be charged with the nectar of universal love. That love must reveal to you that the jeeva (individual) is only deva (God), clothed in that garment.

Sathya Sai Speaks Vol XI page 185