11. Kitab-Kitab Suci merupakan Pedoman untuk Menempuh Jalan Kerohanian


     Seorang anak yang menderita demamdanterbaring di tempat tidur mungkin tidak mau menelan pil obat, tetapi bahkan menangis minta pisang. Tahukah engkau apa yang harus kaulakukan pada waktu itu? Obatnya jangan kaubuang. Masukkan pil itu ke dalam pisang dan berikan kepadanya agar ditelan. Dengan demikian keinginannya terpuaskan dan demamnya pun akan lenyap. (Di sini) asas pokoknya tidak dibuang atau diubah, hanya cara pemberian obatnya disesuaikan.

     Demikian pula di tengah kebiasaan dan tingkah laku gila-gilaan masa ini, tidak ada gunanya menyajikan petunjuk-petunjuk Śāstra dalam bahasa yang tidak lazim bagi publik. Petunjuk-petunjuk itu harus dijelaskan dalam bahasa yang mudah dimengerti. Asas pokok kitab-kitab Śāstra tidak akan terpengaruh oleh cara ini. Dengan demikian petunjuk tersebut dapat dipahami, dilaksanakan, dihayati, dan dinikmati. Akibatnya kepercayaan pada petunjuk-petunjuk Śāstra pun akan diperteguh, dan dengan keyakinan semacam itu, kedamaian batin pun menjadi mantap. Maka setiap orang yang percaya kepada Tuhan harus melaksanakan petunjuk-petunjuk penting kitab Śāstra dan memperlihatkan dengan teladan kehidupannya sendiri, betapa indahnya hidup yang diabdikan seperti itu. Dengan demikian ia akan membuat orang lain menghargai kebenaran dan nilai ideal serta disiplin tersebut.

     Beberapa tokoh terkemuka yang mengaku hebat, berbicara mengenai Veda, pedoman moral, dan Ātma. Dengan bebas mereka mengutip perumpamaan serta kiasan yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut, tetapi tingkah laku mereka memudarkan kecemerlangan kitab-kitab suci itu. Apakah gunanya mengisi tubuh manusia dengan kesadaran vital, jika matanya tertutup? Ia tidak dapat maju selangkah pun. Demikian pula jika mata kepercayaan manusia pada kitab-kitab Śāstra tertutup, ia tidak dapat menerapkan (petunjuk kitab- kitab suci itu) walau diminta untuk melaksanakannya. Karena itu, mulai hari ini danseterusnyakalian para peminat kehidupan rohani harus berusaha memahami makna utama kitab-kitab Śāstra. Hal itu merupakan pembimbing suci sepanjang jalan. Jika engkau tidak meyakini petunjuk-petunjuk ini, kenyataan sejati akan lolos dari jangkauanmu. Untuk memahaminya, engkau harus memiliki kedamaian dan keteguhan hati. Dalam hal ini ketenteraman batin akan sangat membantu. Jika saja para tokoh kenamaan yang berkhotbah kepada khalayak yang kurang terpelajar itu menjelaskan amanat kitab-kitab suci dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, maka ketidakpuasan dan keresahan akan lenyap dan kepercayaan kepada Tuhan akan meningkat. Kerukunan dan keselarasan akan tumbuh di antara manusia. Pelestarian (ajaran) Śāstra akan membantu perkembangan kesejahteraan dunia.

     Untuk melestarikan Śāstra, ucapkan kebenaran (satyaṁ vada), untuk memelihara dunia, ucapkan yang menyenangkan (priyaṁ vada). Jika kedua petunjuk ini selalu diingat dan dilaksanakan, disiplin yang lebih besar tidak diperlukan lagi. Meskipun demikian, ketentuan semacam ini hanya dapat dilaksanakan dalam suasana yang damai.

     Untuk memperoleh ketenangan itu diperlukan kerukunan dan usaha yang terus menerus, sama seperti yang diperlukan guna melestarikan amanat Śāstra dan memelihara dunia. Jika kedamaian batin diperoleh, maka semuanya akan rukun dan harmonis, samarasa (ketenangan hati). Samarasa adalah sifat kedamaian. Setiap orang harus memiliki kedamaian batin serta keselarasan ini dan menegakkan zaman yang beriman, bebas dari tingkah laku dan sikap yang tidak bertakwa, bebas dari kebiasaan buruk dan kebejatan.

     Untuk tujuan ini, suatu pasukan sādhaka harus dilatih dalam ashram dan pusat-pusat kerohanian untuk berkarya dalam berbagai bidang. Pekerjaan ini terutama merupakan tanggung jawab mereka yang mengelola ashram. Mereka harus memiliki keyakinan pada diri sendiri agar dapat melatih pasukan sādhaka mengikuti jalan yang baik. Jika tidak, keadaan akan makin kacau. Kelakuan para sesepuh, orang-orang terpandang, dan mereka yang disebut tokoh-tokoh ternama menyebabkan banyak orang kehilangan kepercayaan pada amanat kitab-kitab Śāstra dan  pada diri sendiri. Ini mengakibatkan perselisihan, perpecahan, dan kegelisahan. Karena itu, mereka harus menghimpun segenap kekuatan untuk memulihkan kedamaian dan menegakkannya kembali.