TUJUAN MEDITASI


Hidup mungkin menyenangkan atau tidak menyenang-kan (bagi seseorang) tergantung pada sikap dasarnya terhadap kehidupan. Lihatlah bagaimana objek yang sama pada suatu waktu menyenangkan dan pada kesempatan lain tidak menyenangkan! Hal yang disambut dengan penuh gairah pada suatu waktu, berubah jadi memuakkan pada saat  yang lain dan tak ada keinginan lagi sekalipun hanya untuk melihatnya. Hal ini disebabkan oleh keadaan pikiran dan perasaan hati pada saat tersebut. Karena hal itu, perlulah melatih pikiran dan perasaan hati agar selalu riang.


Kendalikan Perangai Pikiran dan Perasaan Hati

Air sungai timbul dari pegunungan, jatuh ke berbagai lembah, dan mengalir dengan deras melalui ngarai yang curam, selain itu, anak-anak sungai bergabung di berbagai tempat sehingga airnya menjadi keruh dan tidak bersih. Demikian pula dalam aliran kehidupan manusia, kecepatan serta kekuatannya meningkat dan menurun. Pasang surut semacam ini dapat terjadi setiap saat dalam kehidupan. Tidak seorang pun dapat menghindari hal ini. Semua itu dapat terjadi pada awal kehidupan, pada akhir, atau mungkin di tengah-tengah. Karena itu, peminat kehidupan rohani harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa hidup memang penuh dengan pasang surut; tidak perlu takut serta cemas mengenai hal-hal tersebut, sebaliknya ia harus menyambutnya sebagai hal yang dapat memperkaya pengalaman. Tidak hanya ia harusmerasa demikian, tetapi ia juga harus bahagia dan gembira apa pun yang terjadi kepadanya! Kemudian segala kesulitan, apa pun juga macamnya, akan berlalu dengan mudah dan cepat. Untuk ini, perangai pikiran, perasaan hati, serta ingatan sangat penting.


Konsentrasi dan Pemusatan Perhatian adalah Kunci- nya

Setiap menit berbagai dorongan dan godaan timbul dari dalam serta dari luar dan terkumpul dalam diri manusia. Ia tidak dapat menanggapi semua itu pada saat yang sama. Karena itu, ia  memusatkan  perhatiannya  hanya  pada  yang terpenting dari antaranya. Ini disebut konsentrasi (avadhāna). Konsentrasi diperlukan untuk memahami setiap hal dengan baik. Mengarahkan dan menetapkan perhatian ke suatu hal disebut pemusatan perhatian (ekāgratā). Ini juga merupakan suatu keadaan pikiran. Konsentrasi dan pemusatan perhatian membantu memusatkan usaha pada tugas apa pun yang hendak dilaksanakan.

Konsentrasi sangat penting bagi semua. Hal itu merupakan dasar segala keberhasilan. Konsentrasi diperlukan tidak hanya untuk meditasi, tetapi juga untuk urusan-urusan keduniawian dan kehidupan sehari-hari. Apa pun juga tugas yang dikerjakan seseorang, bila dilakukan dengan konsentrasi, akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri dan harga diri, karena semua itu merupakan hasil sikap pikiran dan perasaan orang itu sendiri. Pikiran, perasaan, dan ingatan mungkin condong pada yang buruk atau pada yang baik. Diperlukan perhatian yang terpusat untuk  menjaga  agar  pikiran,  perasaan  dan  ingatan hanya melekat pada dorongan-dorongan yang baik. Keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang baik, tergantung pada pemusatan perhatian.

Pemusatan perhatian akan meningkatkan kekuatan serta keahlian, tetapi ini tidak akan dapat diperoleh tanpa menaklukkan ketagihan atau keinginan duniawi yang mengganggu pikiran. Pemusatan perhatian atau penaklukkan pikiran, perasaan, dan ingatan ini diperoleh dengan latihan meditasi.


Dambakan Hal yang Benar!

Ada dua jenis manusia: yang satu selalu menuduh diri mereka sendiri sebagai pendosa dan yang lain memuji- muji diri sendiri, merasa dirinya hebat. Kedua jenis orang ini dicemaskan oleh kekeliruan pikiran mereka sendiri! Keduanya memerlukan kepuasan mental dan ini dapat diperoleh dengan meditasi, karena melalui meditasi, pengertian akan bertambah dan kebijaksanaan tumbuh.

Karena itu, engkau harus mengembangkan minat dan selera untuk meditasi. Dengan kata lain, suatu kerinduan sangat kuat yang tidak menginginkan cara-cara lain dan tidak mentolerir halangan apa pun. Tentu saja seseorang mungkin ingin mendengarkan musik dan mendapatkan kesenangan dari hal itu, atau ingin melihat badan kerabat dekatnya yang telah meninggal dan bersedih hati karena hal itu! Dengan demikian kerinduan yang sangat kuat dapat membawa akibat yang menyenangkan atau bahkan tidak menyenangkan! Hasrat atau kerinduan harus cukup kuat untuk mengilhami usaha; sesungguhnya keinginan yang kuat adalah usaha yang terpendam; usaha adalah keinginan yang dinyatakan dalam tindakan. Bila keinginan lemah, usaha menurun; bila yang satu kuat, lainnya pun giat.

Meditasi memberi konsentrasi dan keberhasilan dalam segala tugas. Hanya melalui meditasilah para ṛṣi dan pribadi- pribadi yang agung telah menguasai kegiatan mental mereka, mengarahkannya ke jalan yang murni (sāttvika) dan menetapkan diri mereka sendiri untuk merenungkan Tuhan sepanjang waktu hingga akhirnya berhasil mencapai persatuan dengan-Nya. Pertama-tama kerinduan, kemudian menetapkan tujuan, setelah itu konsentrasi, dan melalui disiplin, tercapailah penaklukan pikiran, perasaan dan ingatan. Itulah objek meditasi.

Manusia harus melepaskan ketagihannya pada kesenangan materiel dan kelekatan pada objek-objek indra. Ia harus membuang rasa takut yang keliru, keinginan yang bukan-bukan, kesedihan, kekhawatiran, dan kenikmatan buatan yang kini memenuhi rasa hatinya.  Dengan  kata  lain, ia harus dapat membeda-bedakan dan melatih dirinya sendiri untuk menyadari bahwa segala sesuatu bersifat sama khayalnya seperti hantu di dalam sumur! Setiap orang memerlukan pendidikan diri sendiri seperti ini. Keadaan setiap orang menyedihkan karena tidak adanya hal tersebut. Meditasi merupakan obat penyembuh bagi keadaan pikiran , perasaan dan ingatan semacam ini.


Mencapai Tujuan Melalui Meditasi

Melalui meditasi, peminat kehidupan rohani dapat membawa surga yang  merupakan  kerajaannya  ke  dalam  ingatan  dan membuang ciptaan-ciptaan pikiran serta perasaan yang sementara sebagai suatu mimpi dan khayal. Dengan menyibukkan diri dalam meditasi secara sistematis dan tenang, maka meditasi akan berhasil dan menjadi hening. Dengan demikian, terbukalah jalan menuju penghayatan yang tertinggi. Terbitlah pengertian yang baru, jelas, dan terang. Bila puncak meditasi tercapai, pengertian ini menjadi demikian kuat sehingga sifat-sifat rendah manusia musnah dan terbakar habis menjadi abu! Kemudian hanya ‘Engkau’- lah yang tinggal! Seluruh alam semesta adalah khayalan pikiranmu! Hanya Yang Maha Esa-lah yang benar (satya), Tuhan, Eksistensi-Kesadaran-Kebahagiaan (Satcidānanda), ātma yang tertinggi (Paramātma), Yang Esa adalah diri sejati (Shivoham).

Kebenaran (satya), sangat halus dan menenangkan. Sekali itu tercapai, tidak ada lagi meditasi dan tidak ada orang yang bermeditasi; semuanya lebur menjadi satu. Itulah penghayatan penerangan yang merupakan kepastian. Bersuka ria dalam hal itu adalah pengetahuan sejati. Orang yang bijak itu (jñāni) hanya akan menyadari kebahagiaan ātma (ātmānubhāva). Itulah tujuan, buah kekekalan. Setelah memperoleh pengalaman yang transenden ini, sang yogi menyelesaikan meditasinya dan bergerak di antara manusia, cemerlang dengan ketuhanan! Dalam dirinya Veda memperoleh pemenuhan. Ia berubah menjadi makhluk yang murni. Hanya meditasilah yang dapat membuat manusia mengatasi keterbatasan ruang serta waktu dan membuatnya menjadi pribadi yang selalu tenang, seakan-akan ia adalah Sang Pencipta sendiri.

Sekali individu (jiwa) berada di jalan yang mengarah ke tujuan, ia akan memperoleh kepuasan dari dirinya sendiri dan  menemukan  sumber  kebahagiaan  di  dalam batinnya.

Segala rasa ketagihan, ambisi, khayal, kepalsuan, dan kebutuhan-kebutuhan hewani yang selama itu mencemaskan jiwa, lenyap seluruhnya. Karena ātma memenuhi segala sesuatu secara sama dan tetap, maka jiwa pun kehilangan rasa keakuannya dan tenggelam dalam ketuhanan yang ada di dalam dirinya. Orang semacam itu adalah mahātma yang sejati; ia adalah jiwa yang telah mencapai kebebasan (jiivan- mukta). Kesempurnaan adalah kebahagiaan (ānanda). Kebahagiaan rohani adalah kedamaian, ketenteraman batin (śānti).

Mereka yang tidak melepaskan jalan pemilah-milahan atau vicāra-mārga (membedakan antara yang nyata dan tidak nyata, yang sementara dan kekal, dan sebagainya), akan memperoleh karunia Tuhan dan juga menyadari ātma. Mereka akan selalu mencari kebenaran abadi yang terletak di balik khayal dunia yang seperti mimpi ini.

Kendalikan indramu (jñānendriya) yang berkeliaran kian kemari, maka sumber-sumber penyakit akan musnah. Biarlah pikiran mengawasi segala tingkah lakunya; bendunglah arus gagasan-gagasan, rencana dan rancangan yang menggila, maka engkau tidak akan khawatir dan cemas lagi. Untuk mengurangi berkelananya pikiran, perasaan, dan ingatan, ulang-ulanglah nama Tuhan, itu akan menjauhkan segala kesedihan dan kesulitan. Tanpa menghapuskan pikiran, perasaan, dan ingatan, kebijaksanaan spiritual (jñāna) tidak akan timbul. Orang yang sempurna adalah mereka yang telah berhasil dalam hal ini.


Dapatkan Pandangan Batin

Pertama-tama peminat kehidupan rohani (sādhaka) harus mempelajari rahasia memandang ke dalam batin’  atau ‘penglihatan yang diarahkan ke dalam batin’ dan menjauhkan perhatiannya dari hal-hal yang lahir.

Sejauh ini kalian telah mendengar sedikit tentang dunia batin, tetapi kehidupan rohani tidak lain adalah cara ‘kehidupan batin’ ini. Seperti halnya bayi, setelah belajar mengawasi dan memahami kemudian berusaha berjalan kian kemari dengan tertatih-tatih di dalam rumah, demikian pula peminat kehidupan rohani dengan tertatih-tatih belajar berjalan di dunia batin dan memahaminya. Bayi yang sehat dalam buaian, mengayunkan tangan serta kakinya dengan gembira, mengawasi lampu di dinding dan mengoceh dengan riang. Peminat kehidupan rohani yang sehat dalam badan, pikiran, perasaan, serta kejiwaan, berbaring dalam ayunan kehidupan, mengawasi dunia batin dan bertepuk tangan dengan tiada putusnya karena sangat gembira oleh sukacita rohani. Ini harus dilakukan.

Selain itu, setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan harus timbul dari kesadaran pengetahuan yang sepenuhnya. Arahkan budimu agar tidak berkelana kian kemari, tetapi tetap tinggal dalam dunia batin! Inilah pencarian ke dalam batin (antar-vimarśa), dan meditasi adalah alat paling penting yang diperlukan untuk ini.

Peminat kehidupan rohani dapat memasuki wilayah batin melalui pintu gerbang wawas diri. Pintu gerbang itu memberi sambutan selamat datang bagi setiap peminat kehidupan rohani yang rendah hati dan penuh bhakti, untuk memasuki kedudukan paling tinggi dan paling suci yang mungkin dicapai dalam kehidupan ini.