27. Delapan Tahap Jalan Kerohanian


     Tidak seperti dunia objektif yang kasat mata ini, ātma (yang tidak terlihat) harus disadari dan dihayati. Ini hanya mungkin bila engkau memiliki kemampuan viveka sehingga dapat membebaskan diri dari belenggu prakṛti ‘alam ciptaan’. Kemudian engkau akan dapat membebaskan diri dari kekaburan batin yang membuat manusia mengira bahwa dunia yang kasat mata ini nyata. Viveka semacam itu harus diperoleh dengan mengikuti aṣtāṅga ‘jalan kerohanian delapan tahap’ karena latihan rohani tersebut membersihkan kekaburan batin yang menggelapkan budi manusia. Kemudian budi menjadi murni, tajam, dan terarah kepada ātma. Kenyataan ātma berada di luar jangkauan pengertian orang-orang yang masih berada dalam kekaburan batin. Mereka tertipu oleh persepsi panca indra (yang mereka alami) sehingga yakin bahwa mereka dapat memperoleh kegembiraan dari dunia yang kasat mata ini. Meskipun demikian, jika manusia mau merenung sedikit saja (ia akan mendapati bahwa) kegembiraan kecil yang dialaminya pun adalah ātmananda ‘kebahagiaan Tuhan’ dan bukan suatu hal yang terpisah! Karena segala sesuatu di manapun juga adalah kebahagiaan dan kekekalan. Segala kebahagiaan adalah kebahagiaan ātma.

     Bila seseorang dapat beristirahat dalam kesejukan​ cahaya bulan purnama yang melayang di angkasa, ia tidak akan puas dengan gambar bulan serta cahayanya yang terlukis di kanvas. Ia bahkan tidak berminat melihatnya. Seperti kata pepatah, “Maukah lebah pengisap madu minum sari buah yang pahit?” Demikian pula sādhaka yang telah mengecap madu pengetahuan diri sejati, pengetahuan ātma, tidak akan pernah lagi menyukai dunia kebendaan yang berhubungan dengan indra. Orang yang asyik sepenuhnya dengan lukisan bulan, tidak akan pernah mengetahui bulan yang sesungguhnya. Demikian pula manusia yang disesatkan oleh daya tarik dunia kebendaan, meraba- raba dalam kekaburan batin karena tidak mengetahui kenyataan dirinya yang sejati. Mereka bergelimang dalam keanekaragaman dunia maya yang dibentuk oleh ketiga sifat sattva, rajas, dan tamas. Sebaliknya, orang bijaksana yang mencari kenyataan sejati, membuang kegemerlapan palsu dan bersukaria dalam ātma. Di situ ia memperoleh kedamaian. Karena itu, janganlah engkau keliru dan mengira bahwa dunia yang kasat mata ini langgeng atau benar!

     Engkau tidak akan memperoleh kebahagiaan (sejati) dalam apa pun juga selain dalam lautan kebahagiaan yang berasal dari ātma yang utuh, tidak terbagi, atau Brahman. Engkau hanya dapat memperoleh kepuasan sejati sepenuhnya dalam penghayatan Tuhan yang indah, penuh makna, dan penting. Hanya penghayatan itulah yang dapat memberimu hiburan dalam lingkaran kelahiran dan kematian ini. Segala hal yang fana di dunia ini tidak akan dapat memuaskan hatimu, (apa yang ada) sekarang ini tidak mempunyai eksistensi dan makna yang nyata. Selain diri sejati, tiada apa pun yang dapat memberimu kebaikan atau kedamaian, kapan pun juga, dengan cara apa saja. Selain Tuhan, tiada yang dapat mengakhiri penderitaanmu dan melimpahkan kebahagiaan jiwa.

     Selain ātma, segala sesuatu adalah asat māyā’ atau khayal, seperti perak yang tampak dalam indung mutiara, atau seperti air dalam fatamorgana, suatu kekeliruan (pandangan). Sesungguhnya (dalam indung mutiara itu) tiada perak yang dapat kau ambil​ atau dalam fatamorgana tiada air untuk memuaskan dahagamu. Demikian pula bila hidupmu kaulandaskan pada dunia kebendaan yang berhubungan dengan indra ini, yang bukan merupakan kenyataan diri sejatimu, dan ditimbulkan oleh kekaburan batin, engkau tidak akan pernah memperoleh kebahagiaan atau sukacita. Khayal semacam itu tidak dapat meredakan rasa lapar, melenyapkan dahaga, atau memuaskan keinginanmu. Hanya yang sejati dapat menghasilkan hal itu.