CHINA KATHA 1
TUHAN AKAN MEMPERHATIKAN PERASAAN DI BALIK SUATU PERBUATAN
Abdullah sedang tidur di sudut mesjid di Mekah. Ia terbangun ketika mendengar percakapan dua orang malaikat di atas kepalanya. Mereka sedang menyiapkan daftar orang yang diberkati Tuhan. Malaikat yang satu berkata pada yang lain bahwa Mahbub dari kota Sikandar layak masuk golongan pertama, walaupun ia tidak pergi berziarah ke kota suci. Mendengar ini, Abdullah pergi ke kota Sikandar dan mengetahui bahwa orang itu adalah tukang sepatu yang memperbaiki sepatu orang banyak. Ia amat kelaparan dan miskin karena penghasilannya hampir tidak cukup untuk hidup. Dengan pengorbanan yang keras, ia memisahkan beberapa keping uang tembaga dan ditabungnya selama bertahun-tahun. Suatu hari seluruh kekayaannya digunakannya untuk menyediakan makanan yang istimewa. Maksudnya akan diberikan pada istrinya yang sedang hamil sebagai hadiah kejutan. Ketika ia membawa hadiah itu pulang, di jalan ia mendengar ratapan pengemis yang nampaknya sedang amat kelaparan. Mahbub tidak dapat berjalan lebih jauh lagi. Diberikannya mangkuk berisi makanan yang lezat itu kepada pengemis dan ia pun duduk di sampingnya, menikmati kepuasan yang timbul di wajah pengemis yang kepayahan. Perbuatan itu memberinya tempat yang terhormat dalam daftar orang yang terberkati, suatu tempat yang tidak dapat diperoleh oleh para peziarah yang pergi ke Mekah, yang telah menghabiskan berjuta-juta dinar untuk beramal. Tuhan lebih memperhatikan perasaan di balik perbuatan, bukan suara ribut yang tidak berguna.