CHINA KATHA 1


PILIHAN YANG TERAKHIR ADALAH GURU

 

Seorang pencari kesadaran batin pergi ke hutan dan berjalan dengan susah payah di hutan yang lebat melewati semak belukar yang rimbun. Ketika ia mendengar auman singa yang marah, dipanjatnya pohon untuk menyelamatkan diri. Tetapi singa itu melihatnya di antara dahan-dahan, maka binatang buas itu pun berkeliaran mengitari pohon dengan murka yang mengerikan. Di atas pohon ia diserang oleh seekor beruang, maka ia pun meluncur ke bawah pada akar yang menjulur dari dahan beringin. Untung ada dua akar yang tergantung sehingga ia dapat bergantung di situ, setiap tangan memegang satu akar. Kemudian dilihatnya dua ekor tikus, seekor putih dan seekor lagi hitam sedang mengerat pangkal akar. Setiap keratan membahayakan hidupnya. Ketika sedang dalam keadaan bahaya ini, ada sarang lebih penuh dengan madu yang terletak di puncak dahan, melelehkan madunya yang menitik jatuh di hadapannya. Maka orang yang malang itu pun menjulurkan lidahnya untuk menangkap tetesan madu itu agar dapat merasakan madu yang lezat. Tetapi tidak ada setetes pun yang sampai pada lidahnya. Dengan putus asa dan cemas, ia memanggil gurunya: "O, Guruji, datanglah dan selamatkanlah saya!" Guru yang sedang lewat di situ mendengar panggilannya; ia cepat-cepat menolong. Diambilnya panah dan busur lalu dibunuhnya sang singa dan beruang, ditakut-takutinya tikus dan diselamatkannya muridnya dari maut. Orang itu pun dibawa ke ashramnya dan diajarnya cara untuk mencapai kebebasan.

Ini adalah kisah kalian semuanya. Dunia ini adalah rimba tempat engkau mengembara. Rasa takut adalah singa yang mendesakmu ke pohon samsara kegiatan duniawi. Kekhawatiran adalah beruang yang menakut-nakuti dirimu dan membawa langkahmu ke dalam samsara; maka engkau meluncur turun dari keterikatan dan perbuatan yang mengikat dengan sepasang akar harapan dan keputusasaan. Kedua ekor tikus adalah siang dan malam yang menghabiskan masa hidupmu. Sementara engkau merenggut sedikit kesenangan dari tetesan manis egoisme dan rasa memiliki. Ketika akhirnya mengetahui bahwa tetesan itu tidak berarti dan tidak dapat dicapai, engkau berteriak dalam puncak penyangkalan diri dan memanggil guru. Sang Guru muncul, baik dari dalam batin maupun dari luar dan menyelamatkan engkau dari rasa takut dan khawatir.